Minggu, 13 Oktober 2013

SENI BATIK SERTA ASAL USULNYA


Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi




















Malaysia, Singapura, Brunei
Batik disebutkan dalam Annals Melayu abad ke-17. Legenda pergi ketika Laksamana Hang Nadim diperintahkan oleh Raja Malaka, Sultan Mahmud, untuk berlayar ke India untuk membeli 140 lembar kain serasah (batik) dengan 40 jenis bunga yang digambarkan pada masing-masing. Tidak dapat menemukan apapun yang memenuhi persyaratan menjelaskan kepadanya, ia membuat sendiri. Setelah kembali sayangnya, kapalnya tenggelam dan dia hanya berhasil membawa empat potong, produktif ketidaksenangan dari Sultan. [16] [17]
Batik Malaysia sebagian besar motif floral besar, ringan dan bersemangat dalam mewarnai.
Saat ini, batik Malaysia dapat ditemukan di pantai timur Malaysia seperti Kelantan, Pahang dan Terengganu, sementara batik di Johor jelas menunjukkan pengaruh Jawa dan Sumatera karena ada sejumlah besar imigran Jawa dan Sumatera di selatan Malaysia.
Motif yang paling populer adalah daun dan bunga. Batik Malaysia sering menampilkan tanaman dan bunga untuk menghindari interpretasi citra manusia dan hewan sebagai penyembahan berhala, sesuai dengan ajaran Islam setempat. [18] Namun, tema kupu-kupu adalah pengecualian umum. Batik Malaysia juga terkenal dengan desain geometris, seperti spiral. Metode pembuatan batik Malaysia berbeda dari orang-orang Indonesia batik Jawa, pola yang lebih besar dan sederhana, jarang atau tidak pernah menggunakan canting untuk menciptakan pola rumit, sangat bergantung pada metode lukisan kuas untuk menerapkan warna pada kain. Warna juga cenderung lebih ringan dan lebih bersemangat daripada dalam batik Jawa berwarna.


Batik Gajah Uling
Batik Gajah uling melambangkan sesuatu kekuatan, yang tumbuh dari dalam jati diri masyarakat Banyuwangi. Pemaknaannya berkaitan dengan karakter masyarakat yang bersifat religius. Dengan penyebutan Gajah Eling, yang artinya eling (mengingat) kemahabesaran sang pencipta adalah sebuah jalan terbaik dalam menjalani hidup masyarakat Banyuwangi.
Selain itu, adanya keterkaitan dengan sosok misteri pada sejarah Blambangan. Penaklukan Blambangan oleh Mataram, yakni pada masa Sultan Agung Hanyokro Kusumo (1613-1645 M). Dimana kekusaan Mataram inilah banyak kawula Blambangan yang dibawa ke pusat pemerintahan Mataram Islam di Plered, Kotagede.
Mereka banyak yang belajar membatik di Keraton Mataram Islam.
Sejarah batik sudah dikenal oleh tradisi keratin di Jawa sejak abad 15. Khususnnya pada pemerintahan Sultan Agung. Setelah perkembangan zaman terjadi kepentingan politik mutualisme, dengan menetapkan tradisi membatik sebagai sebuah tradisi sebuah identitas. Penguasaan terhadap budaya yang dilingkupinya. Menariknya, sosok batik khas Banyuwangi tidak terpengaruh unsur Mataram atau pun Bali.
Kurang gregetnya batik di Banyuwangi bukan berarti Banyuwangi tidak memiliki nilai estetika ragam hias arsitektural atau ragam hias ornamental. Justru menumbuh kembangkan batik Banyuwangi berarti menggali kembali segi atau nilai estetika Blambangan yang tersebar pada tinggalan Arkeologi yang ada.
“Ayo Jenggirat Tangi Lare-Lare Osing Banyuwangi!!!”




















Batik Pekalongan
Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibanding dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun motifnya terkadang sama dengan batik Solo atau Yogya, seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Motif yang paling populer di dan terkenal dari pekalongan adalah motif batik Jlamprang  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar