Ged a Widget

Minggu, 17 November 2013

TUGAS MAKALAH BPUPKI KELAS 2 SMP

1. Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. (3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. (6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. (7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. (2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. (3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. (4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. (5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. (6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. (7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. (8) Berani membela kebenaran dan keadilan. (9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. (10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. 3. Persatuan Indonesia (1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. (2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. (3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. (4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. (5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. (6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. (7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan (1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. (2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. (3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. (4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. (5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. (6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. (7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. (8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. (9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. (10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. (2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. (3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. (4) Menghormati hak orang lain. (5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. (6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain. (7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. (8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. (9) Suka bekerja keras. (10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. (11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Sidang pertama BPUPKI membicarakan mengenai rumusan dasar negara Indonesia merdeka. Ketua BPUPKI dalam pembukaannya meminta pandangan pada para anggota mengenai rumusan dasar negara Indonesia tersebut. Tokoh-tokoh yang mengusulkan rumusan dasar negara tersebut diantaranya adalah Mr. Muh. Yamin, Prof. Dr. Supomo dan Ir. Soekarno. Sidang pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945, namun belum menghasilkan keputusan akhir mengenai dasar negara Indonesia merdeka. Akhirnya diadakan masa reses selama satu bulan. Kemudian BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945 membentuk panitia kecil dengan tugas membahas usul dan konsep para anggota mengenai dasar negara Indonesia. Panitia kecil ini beranggotakan sembilan orang. Oleh karena itu, panitia ini disebut juga dengan Panitia Sembilan. Panitia Sembilan ini beranggotakan Ir. Soekarno, Drs. Moh. hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim dan Abikusno Cokrosuyoso. Panitia Sembilan ini menghasilkan dokumen yang berisi asas dan tujuan negara Indonesia merdeka. Dokumen tersebut dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter), yang isinya sebagai berikut. 1. Ketuhanan dengan mewajibkan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 2. Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan/perwakilan. 5. Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hasil-Hasil Sidang PPKI Secara Lengkap Berikut ini beberapa keputusan penting dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. 1. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang telah dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi Coosakai (BPUPKI), yang kemudian dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945. 2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil presiden. Pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi atas usul dari Otto Iskandardinata. 3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu presiden selama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum terbentuk. Pada hari berikutnya, tanggal 19 Agustus 1945 PPKI melanjutkan sidangnya dan berhasil memutuskan beberapa hal berikut. 1. Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi. a. Jawa Barat, gubernurnya Sutarjo Kartohadikusumo b. Jawa Tengah, gubernurnya R. Panji Suroso c. Jawa Timur, gubernurnya R.A. Suryo d. Borneo (Kalimantan), gubernurnya Ir. Pangeran Muhammad Noor e. Sulawesi, gubernurnya Dr. G.S.S.J. Sam Ratulangi f. Maluku, gubernurnya Mr. J. Latuharhary g. Sunda Kecil (Nusa Tenggara), gubernurnya Mr. I. Gusti Ktut Pudja h. Sumatra, gubernurnya Mr. Teuku Mohammad Hassan 2. Membentuk Komite Nasional (Daerah). 3. Menetapkan 12 departemen dengan menterinya yang mengepalai departemen dan 4 menteri negara. Berikut ini 12 departemen tersebut. a. Departemen Dalam Negeri dikepalai R.A.A. Wiranata Kusumah b. Departemen Luar Negeri dikepalai Mr. Ahmad Subardjo c. Departemen Kehakiman dikepalai Prof. Dr. Mr. Supomo d. Departemen Keuangan dikepalai Mr. A.A Maramis e. Departemen Kemakmuran dikepalai Surachman Cokroadisurjo f. Departemen Kesehatan dikepalai Dr. Buntaran Martoatmojo g. Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan dikepalai Ki Hajar Dewantara h. Departemen Sosial dikepalai Iwa Kusumasumantri i. Departemen Pertahanan dikepalai Supriyadi j. Departemen Perhubungan dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso k. Departemen Pekerjaan Umum dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso l. Departemen Penerangan dikepalai Mr. Amir Syarifudin Sedangkan 4 menteri negara yaitu: 1. Menteri negara Wachid Hasyim 2. Menteri negara M. Amir 3. Menteri negara R. Otto Iskandardinata 4. Menteri negara R.M Sartono Di samping itu diangkat pula beberapa pejabat tinggi negara yaitu: 1. Ketua Mahkamah Agung, Dr. Mr. Kusumaatmaja 2. Jaksa Agung, Mr. Gatot Tarunamihardja 3. Sekretaris negara, Mr. A.G. Pringgodigdo 4. Juru bicara negara, Soekarjo Wirjopranoto Sidang PPKI yang ketiga tanggal 22 Agustus 1945 memutuskan: 1. Pembentukan Komite Nasional 2. Membentuk Partai Nasional Indonesia 3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat

Sabtu, 16 November 2013

MAKALAH SEJARAH WAWASAN NASIONAL

DAFTAR ISI JUDUL…………………………………………………………………………… 1 BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….. . 3 BAB II PERMASALAHAN A. Apa Pengertian dan Sejarah singkat Wawasan Nasional……………………...….. 5 B. Apa Kaitan kasus Ambalat dengan Wawasan Nasional………………………...… 5 C. Bagaimana Hikmah dan Solusi kasus Ambalat kaitannya dengan Implementasi Wawasan Nusantara……………………………..………………………………… . . . . . . . 5 BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Sejarah singkat Wawasan Nasional……………………...…..….. 6 B. Kaitan kasus Ambalat dengan Wawasan Nasional………………………..…...… 6 C. Hikmah dan Solusi kasus Ambalat kaitannya dengan Implementasi Wawasan Nusantara……………………..……………..………………………………..…… 14 BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………….… 18 BAB I PENDAHULUAN Masalah perbatasan wilayah erat kaitannya dengan pemahaman dan pelaksanaan konsepsi wawasan nusantara. Akhir-akhir ini makin marak berita yang menayangkan berbagai persengketaan wilayah antar Negara, mulai dari persengkataan wilayah oleh palestina dan Israel yang belum juga menemukan titik pemecahan sampai detik ini sampai masalah yang terjadi di wilayah Nusantara sendiri. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan dengan pulau-pulau besar dan ribuan pulau kecil, dan letaknya yang di antara dua benua dan dua samudra sangat rawan dengan akan adanya masalah perbatasan ini. Masalah perbatasan sudah 2 kali terjadi antara Indonesia dan Malaysia yaitu yang pertama persengketaan mengenai wilayah Sipadan dan Ligitan yang berujung dengan kemenangan oleh pihak Malaysia, dan kasus yang terbaru mengenai persengketaan atas wilayah Ambalat. Sebelum membahas mengenai perbatasan Ambalat dan kaitannya dengan konsep serta implementasi wawasan nusntara, ada baiknya kita kilas balik mengenai masalah Sipadan dan Ligitan sebagai acuan untuk masalah ini. Mahkamah Internasional telah memutuskan bahwa Malaysia memiliki kedaulatan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan berdasarkan pertimbangan “effectivitee”, yaitu bahwa Pemerintah Inggris telah melakukan tindakan administratif secara nyata sebagai wujud kedaulatannya berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak 1930-an, dan operasi mercu suar sejak awal 1960-an. Sementara itu kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia hampir 15 tahun terakhir tidak menjadi faktor pertimbangan. Pada pihak lain, Mahkamah menolak argumentasi Indonesia yang bersandar pada Konvensi 1891 yang dinilai hanya mengatur perbatasan darat dari kedua negara di Kalimantan. Garis paralel 4ยบ 10' Lintang Utara ditafsirkan hanya menjorok ke laut sejauh 3 mil dari titik pantai timur Pulau Sebatik sesuai ketentuan hukum laut internasional pada waktu itu yang menetapkan laut wilayah sejauh 3 mil. Sebaliknya, Mahkamah juga menolaak argumentasi Malaysia mengenai perolehan kepemilikan atas kedua pulau tersebut berdasarkan “chain of title” (rangkaian kepemilikan dari Sultan Sulu). Hampir tidak dapat dielakkan adanya rasa kecewa yang mendalam bahwa upaya maksimal yang dilakukan oleh empat pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997 ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang kita harapkan bersama. Suatu fakta penting yang perlu kita ketahui adalah UU No. 4 Tahun 1960 yang memuat peta Wawasan Nusantara kita dimana ditarik dengan garis pangkal yang menghubungkan titik terluar dari pulau-pulau terluar yang dimiliki Indonesia, kedua pulau Sipadan dan Ligitan berada diluar peta tersebut. Sementara itu perlu juga dicatat bahwa pihak Malaysia juga tidak memuat kedua pulau tersebut dalam peta-peta mereka hingga tahun 1979. Namun kita berkewajiban untuk menghormati Persetujuan Khusus untuk bersama-sama mengajukan sengketa antara Indonesia dan Malaysia tentang kedaulatan atas Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan kepada Mahkamah Internasional, yang ditandatangani pada tanggal 31 Mei 1997. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia menerima keputusan Mahkamah Internasional tersebut sebagai final dan mengikat. (Pernyataan Pers Hassan Wirajuda Tentang Keputusan Kasus Sipadan dan Ligitan) Belajar dari masalah Sipadan dan Ligitan maka diperlukan suatu pemahaman mengenai konsep kepulauan Indonesia yang lazim disebut dengan Wawasan Nusantara serta implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini penting untuk menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh yang terbentang dari ujung barat, sabang ke ujung timur, merauke. BAB II PERMASALAHAN Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Apa Pengertian dan Sejarah singkat Wawasan Nasional ? 2. Apa Kaitan kasus Ambalat dengan Wawasan Nasional ? 3. Bagaimana Hikmah dan Solusi kasus Ambalat kaitannya dengan Implementasi Wawasan Nusantara ? BAB III PEMBAHASAN Menilik semua permasalahan diatas semua berawal dari konsep dan implementasi dari wawasan nusantara. Dalam rangka menerapkan wawasan nusantara, kita sebaiknya terlebih dahulu mengerti dan memahami pengertian ,ajaran dasar, hakikat ,asas, kedudukan dan fungsi serta tujuan wawasan nusantara. A. Pengertian dan sejarah singkat timbulnya wawasan nusantara 1. Pengertian Wawasan Nusantara Istilah wawasan nusantara berasal dari kata wawas yang berarti pandangan, tinjauan, atau penglihatan inderawi. Istilah wawasan berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara melihat. Sedangkan istilah nusantara berasal dari kata “nusa” yang berarti pulau-pulau, dan “antara” yang berati diapit di antara dua hal. Secara unum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya. Wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasionalnya. B. Kaitan Kasus Ambalat dengan Wawasan Nusantara Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar dan wilayah yang luas baik darat maupun lautan memiliki tantangan tersendiri untuk menjaga keutuhan dan persatuan serta kesatuan wilayahnya. Berbagai ancaman, hambatan, tantangan dan gangguan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Hal yang berkaitan dengan konsep wawasan nusantara serta implementasinya salah satunya mengenai persengketaan berkaitan dengan daerah perbatasan antar Negara. Seperti hal yang sangat marak baru-baru ini yaitu sengketa antar dua negara serumpun, Indonesia-Malaysia mengenai daerah perbatasan di wilayah Ambalat. Adapun latar belakang yang memunculkan masalah tersebut yaitu Pemberian konsesi eksplorasi pertambangan di Blok ND7 dan ND6 dalam wilayah perairan Indonesia. Tepatnya di Laut Sulawesi, perairan sebelah timur Kalimantan oleh perusahaan minyak malaysia, petronas kepada PT Shell, pada tanggal16 Februari 2005. Padahal Pertamina dan Petronas sudah lama saling mengklaim hak atas sumber minyak dan gas di Laut Sulawesi dekat Tawau, Sabah yang dikenal dengan East Ambalat. Kedua perusahaan minyak dan gas itu sama-sama menawarkan hak eksplorasi ke perusahaan asing. Blok Ambalat diperkirakan memiliki kandungan 421,61 juta barel minyak dan gas 3,3 triliun kaki kubik. Pemberian konsesi minyak oleh Malaysia tersebut menimbulkan reaksi dari berbagai pihak di Indonesia. klaim tersebut dilakukan Malaysia dengan argumentasi peta tahun 1979 yang diterbitkan secara sepihak oleh Malaysia. dan menurut Marty Natalegawa "Jangankan Indonesia, negara lain saja sudah protes atas penerbitan peta itu, karena mengubah wilayah perairan di Asia Tenggara,".Protes terhadap peta itu sudah dilakukan sejak Tahun 1980 dan tetap dilakukan secara berkala. Indonesia sendiri telah memberikan konsesi minyak kepada beberapa perusahaan minyak dunia di lokasi ini sejak tahun 1960-an tanpa ada keberatan dan protes dari negara lain. "Karena memang dilakukan di wilayah Indonesia," kata Marty. Malaysia semula mengklaim memiliki wilayah perairan Indonesia lebih dari 70 mil dari batas pantai Pulau Sipadan dan Ligitan. Belakangan Malaysia memperluas wilayahnya sampai sejauh dua mil. Dengan demikian, total luas wilayah Indonesia yang telah "dicaplok" Malaysia adalah 15.235 kilometer persegi. Adapun titik awal penarikan garis batas pengakuan dimulai dari garis pantai Pulau Sebatik, Kaltim. Salah satu bukti kesewenang-wenangan Malaysia yang lain adalah mencantumkan kawasan Karang Unarang ke dalam wilayah perairan Malaysia pada peta terbaru yang dikeluarkan pemerintahan pimpinan Perdana Menteri Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi. Padahal selama ini Karang Unarang berada di kawasan Indonesia. Pengakuan tersebut kontan ditolak Indonesia. Alasannya, Malaysia bukan negara kepulauan dan hanya berhak atas 12 mil dari garis batas pantai Pulau Sipadan dan Ligitan. Patut diketahui, konsep Wawasan Nusantara atau status Indonesia sebagai negara kepulauan telah diakui dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1982 (UNCLOS 1982). Kontan saja, tindakan sepihak ini menuai tanggapan yang beragam dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dari mulai demo, sikap untuk melakukan diplomasi, hingga sikap keras untuk melakukan perang terbuka. Tindakan pemerintah Malaysia yang mengklaim blok perairan Ambalat sebagai wilayah teritorial negaranya telah memicu sikap dan tindakan "reaksi" dari berbagai komponen masyarakat Indonesia. Bahkan, banyak anggota masyarakat yang siap mengikrarkan diri sebagai korps sukarelawan apabila konflik klaim wilayah perairan Ambalat termanifestasi menjadi perang terbuka. Perasaan sakit hati masyarakat (bangsa) Indonesia tersebut sesungguhnya merupakan akumulasi kekecewaan dan tumpukan rasa sakit hati atas berbagai kebijakan pemerintah Malaysia yang begitu antikemanusiaan dan antipenghargaan martabat bangsa lain (khususnya bangsa Indonesia). Dari kasus TKI, di mana pemerintah Malaysia lebih banyak bertindak represif dan seolah menempatkan para TKI asal Indonesia sebagai "budak belian" yang disia-siakan. Juga kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan melalui keputusan ICJ (International Court Justice) tahun 2002, menjadi inspirasi sentimen nasionalisme bangsa ini. Perkembangan kasus Ambalat sendiri, saat ini telah menaikkan ketegangan hubungan diplomatik antara Malaysia dan Indonesia, meski dalam strategi politik media di Malaysia kasus klaim Ambalat sengaja ''didinginkan'' agar publik Malaysia tidak terlibat jauh dalam sengketa politik tersebut. Ada beberapa sikap masyarakat di dalam negeri Indonesia yang merespons kasus Ambalat. Pertama, sikap anti-Malaysia dalam pengertian politik. Sikap ini ditunjukkan oleh kalangan nasionalis dan masyarakat awam yang sebenarnya memiliki perasaan sakit hati atas kebijakan politik pemerintah Malaysia dalam kasus TKI. Sikap ini ditunjukkan dalam berbagai demonstrasi dengan isu "Ganyang Malaysia". Kedua, sikap kritis dan rasional. Sikap ini mencoba mengkritisi kasus Ambalat sebagai bentuk sengketa kewilayahan antardua negara tetangga karena perbedaan sudut pandang politik kemaritiman dan juga kepentingan ekonomi-politik. Sikap ini ditunjukkan oleh kalangan cerdik pandai di Indonesia yang memposisikan kasus Ambalat setara dengan kasus-kasus sengketa batas wilayah atau klaim teritorial seperti Kepulauan Spratly, yang diperebutkan lima negara asia. Ketiga, sikap kritis-progresif. Sikap ini ditunjukkan Oleh berbagai komponen gerakan mahasiswa yang mencoba membaca kasus Ambalat sebagai bentuk pertaruhan harga diri bangsa dan negara dari deraan kepentingan ekonomi-politik neo-imperalisme.Sikap kritis-progresif kalangan gerakan mahasiswa -- yang terekspresi dalam berbagai aksi, demonstrasi, pernyataan sikap -- tersebut dilandasi oleh kerangka berpikir bahwa kasus konflik Ambalat sebenarnya merupakan konflik kepentingan rezim neo-liberalisme dan neo-imperalisme yang terwakili berbagai serikat perusahaan minyak global yang ingin mengeksploitasi sumber daya minyak di gugus perairan Ambalat (East Ambalat). Yakni antara perusahaan minyak UNOCAL (AS) dan ENI (Italia) yang telah menjalin kontrak dengan pemerintah Indonesia, diwakili Pertamina melawan perusahaan SHELL (Inggris-Belanda) yang telah menjalin kontrak kerja sama dengan pemerintah Malaysia,yang telah menjalin kontrak kerja sama dengan pemerintah Malaysia, yang diwakili "mitra bisnisnya'', yakni Petronas.Dalam catatan pengamat politik Riswanda Imawan, sengketa perairan Ambalat merupakan medan "pertempuran'' kepentingan antarperusahaan kapitalis minyak di atas untuk memperebutkan sumber daya minyak dan gas yang ada di dasar perairan Ambalat. Dalam konteks demikian sebenarnya konflik Ambalat adalah pertentangan kepentingan antarperusahaan minyak global dengan memanfaatkan politik intervensi pemerintah Malaysia yang mungkin memiliki sikap berani berkonflik melawan pemerintah Indonesia, yang saat ini lemah secara politik, ekonomi dan kekuatan persenjataan karena deraan praktik korupsi serta krisis ekonomi sejak akhir kekuasaan Orde Baru. Sikap masyarakat Indonesia sangat wajar, mengingat luka akan lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan masih belum hilang. Selain itu, hingga saat ini, pihak Malaysia tidak pernah berniat baik dalam menyelesaikan permasalahan perbatasan dengan negara tetangga. Sikap arogansi Malaysia ini dicerminkan oleh ditetapkannya peta wilayah buatan Malaysia tahun 1979 secara sepihak dan dengan gampangnya memasukkan wilayah negara lain sebagai wilayahnya, seperti wilayah Indonesia, China, Filipina, Thailand, Vietnam, serta Inggris yang mengatasnamakan Brunei Darussalam. Sebagaimana Indonesia, negara-negara yang wilayahnya diklaim oleh Malaysia melakukan protes keras. Ironisnya, hingga saat ini pihak Malaysia belum menuntaskan masalah ini secara penuh. Padahal, klaim suatu wilayah secara sepihak tidak dibenarkan oleh ketentuan internasional sebagaimana tertuang dalam hukum laut internasional (UNCLOS 1982). Dengan kata lain, apabila suatu wilayah negara pantai berhadapan (opposite) atau berdampingan (adjacent) dengan negara lain, maka negara tersebut harus melakukan perundingan untuk mencapai persetujuan. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada keputusan Mahkamah Internasional 18 Desember 1951 dalam kasus perikanan atau yang dikenal dengan Anglo norwegian fisheries case antara Inggris dan Norwegia. Pada kasus itu disebutkan, bahwa delimitasi batas wilayah laut tidak hanya bergantung pada kehendak sepihak satu negara pantai saja yang dituangkan dalam undang-undang nasionalnya, melainkan keabsahannya delimitasi batas wilayah laut harus didasarkan pada hukum internasional. Sementara itu yang patut diingat dalam menuntaskan permasalahan sengketa Ambalat, di samping show of force militer, Pemerintah Indonesia juga harus menyiapkan strategi jitu secara diplomatik agar tidak kembali menelan kekalahan seperti dalam persidangan kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan. Akankah kedaulatan wilayah kita yang disatukan oleh lautan kembali terlepas dari pangkuan Ibu Pertiwi? Perjuangan Indonesia untuk memperoleh pengakuan sebagai negara kepulauan merupakan sebuah perjalanan panjang yang sangat melelahkan. Hal ini dikarenakan usaha-usaha untuk memasukkan rezim kepulauan selama diadakan Konferensi Kodifikasi Den Haag tahun 1930 dan Konferensi Hukum Laut di Jenewa tahun 1958 selalu mengalami kegagalan. Di samping tidak adanya kesepakatan mengenai pengertian negara kepulauan, kegagalan tersebut dipengaruhi oleh berbagai kepentingan antarnegara, khususnya negara-negara maritim besar yang ingin terus menancapkan hegemoninya di wilayah laut. Mochtar Kusumaatmadja (2003) menyebutkan, sekurang-kurangnya ada empat golongan yang berkepentingan dengan prinsip-prinsip negara kepulauan, yaitu: Pertama, negara-negara tetangga, yakni anggota-anggota ASEAN dan negara-negara tetangga lainnya, termasuk Australia. Kedua, negara yang berkepentingan terhadap perikanan dan pemasangan kabel komunikasi di dasar laut, seperti Jepang yang melakukan kegiatan perikanan di Perairan Indonesia sejak sebelum perang. Ketiga, negara maritim yang berkepentingan terhadap lalu lintas pelayaran laut. Dalam golongan ini termasuk negara- negara Eropa Barat yang memiliki armada niaga besar dan maju. Keempat, negara maritim besar yang mempunyai kepentingan terhadap strategi militer, seperti Amerika Serikat dan Rusia. Sementara itu jauh sebelum bergabungnya Indonesia, Filipina, Fiji, dan Mauritus sebagai negara pendukung asas-asas kepulauan pada akhir tahun 1972, Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan suatu deklarasi tentang wilayah Perairan Indonesia yang dikenal dengan istilah Deklarasi Djuanda. Deklarasi ini mengubah batas laut teritorial Indonesia dari 3 mil berdasarkan Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonnantie (TZMKO) 1939 menjadi 12 mil. Artinya, bagian laut yang sebelumnya termasuk laut lepas (high seas), sekarang menjadi laut teritorial Indonesia, seperti Laut Jawa yang terletak antara Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa. Untuk memperkuat Deklarasi Djuanda 1957 dan melaksanakan konsepsi Wawasan Nusantara, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Perpu Nomor 4 Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia yang kemudian diganti oleh UndangUndang No 6/1996. Dalam perkembangan selanjutnya, konsepsi negara kepulauan akhirnya mendapat pengakuan pada Konvensi Hukum Laut 1982. Dimasukannya poin-poin negara kepulauan dalam Bab IV UNCLOS 1982 yang berisi 9 pasal, bagi seluruh rakyat Indonesia hal ini memiliki arti penting karena selama 25 tahun secara terus-menerus Pemerintah Indonesia memperjuangkan asas-asas negara kepulauan. Pengakuan resmi asas negara kepulauan ini merupakan hal yang penting dalam rangka mewujudkan satu kesatuan wilayah yang utuh sesuai dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 dan Wawasan Nusantara sebagaimana termaktub dalam TAP MPR tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang menjadi dasar bagi perwujudan kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Berdasarkan informasi yang berkembang, mencuatnya konflik Malaysia-Indonesia di Perairan Sulawesi disebabkan salah satunya oleh kesalahan Malaysia dalam melakukan penarikan garis pangkal (base line) pascasidang kasus Sipadan-Ligitan. Sejak beralihnya kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan, pihak Pemerintah Malaysia menempatkan dirinya sebagai negara kepulauan (archipelagis state), yang kemudian menggunakan garis pangkal lurus kepulauan (straight archipelagic baseline) dalam penentuan batas wilayahnya sehingga wilayah perairannya menjorok jauh ke selatan, mengambil wilayah perairan Indonesia. Dengan dasar itu, materi yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, benarkah Malaysia merupakan negara kepulauan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam UNCLOS 1982? Secara umum, definisi yang diberikan UNCLOS 1982 terhadap negara kepulauan ialah negara-negara yang terdiri atas seluruhnya dari satu atau lebih kepulauan. Selanjutnya ditentukan, bahwa yang dimaksud dengan kepulauan adalah sekumpulan pulau-pulau, perairan yang saling bersambungan (inter-connecting water) dan karakteristik alamiah lainnya dalam pertalian yang demikian erat sehingga membentuk suatu kesatuan intrinsik geografis, ekonomis, dan politis atau secara historis memang dipandang sebagai demikian (Pasal 47). Dengan demikian, Malaysia tidak dibenarkan menggunakan garis pangkal lurus kepulauan karena mereka tidak berstatus sebagai negara kepulauan. Selain itu, klaim Malaysia juga didasarkan pada konsepsi Landasan Kontinen (continental shelf) yang merupakan kelanjutan alamiah (natural prolongation) dari wilayah daratannya sampai pada ujung luar dari tepian kontinen atau sampai pada jarak 200 mil laut dari garis pangkal. Ironisnya, lagi- lagi Malaysia keliru, karena Indonesia sebagai negara kepulauan yang berhak melakukan penarikan garis pangkal dari ujung luar batas pulau-pulaunya, maka batas laut teritorial bagian utara pulau Jawa berada di Lautan Sulawesi. C. Hikmah dan Solusi Kasus Ambalat Kaitannya dengan Implementasi Wawasan Nusantara Lepasnya Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia, dan kini Blok Ambalat dalam klaimnya juga, secara hukum sebenarnya akibat kelalaian Indonesia yang tidak segera menetapkan batas terluar kepulauan Indonesia, terutama sejak rezim hukum negara kepulauan mendapat pengakuan dari masyarakat internasional melalui Konvensi Hukum Laut (KLH) 1982. Bab IV KLH, 1982 (Pasal 46 hingga Pasal 54) mengatur tentang Negara Kapulauan (Archipelagic States) Indonesia telah meratifikasi KLH 1982 melalui UU No. 17 Tahun 1985. Namun, ratifikasi KLH 1982 ternyata dalam perkembangannya tidak segera diikuti dengan langkah-langkah tindak lanjut sebagai penjabarannya ke dalam peraturan perundang-undangan nasional. Kondisi tersebut sebenarnya kurang menguntungkan bagi Indonesia, karena berarti Indonesia belum dapat mengambil manfaat dari adanya perubahan dan atau pembaruan di bidang pengaturan atas laut khususnya yang diatur dalam Bab IV KLH 1982 tentang Negara Kapulauan. Rezim hukum "negara kepulauan" Indonesia yang telah diperjuangkan dengan susah payah sejak deklarasi Juanda 1957, harus dijaga keutuhannya dan dipertahankan eksistensinya, bila perlu dengan mengerahkan kekuatan bersenjata dan seluruh rakyat Indonesia. Aksi Malaysia dengan klaimnya atas Blok Ambalat merupakan tamparan nyata terhadap kedaulatan teritorial "negara kepulauan" Indonesia. Aksi tersebut tidak boleh dibiarkan menjadi kenyataan. Tunjukkan dan tegaskan baik secara "faktual" maupun "yuridis" bahwa Blok Ambalat adalah milik Indonesia. Pengaturan masalah kelautan bagi pemerintah Republik Indonesia merupakan hal yang penting dan mendesak mengingat bentuk geografi Republik Indonesia sebagai suatu negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan sifat dan corak tersendiri. Hal tersebut sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 bahwa, "Pemerintah Republik Indonesia berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia". Penetapan batas-batas laut teritorial selebar 3 mil dari pantai sebagaimana terdapat dalam Territiriale Zee en Maritieme Kringen-Ordonnantie 1939 (TZMKO 1939) Pasal 1 ayat 1 tidak sesuai lagi dengan kepentingan keselamatan dan keamanan negara Republik Indonesia. Demi kesatuan wilayah negara Republik Indonesia, semua pulau-pulau serta laut yang terletak di antaranya harus dianggap sebagai satu kesatuan yang bulat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pada tanggal 13 Desember 1957, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan suatu pernyataan mengenai wilayah perairan Indonesia (deklarasi Juanda). Deklarasi tersebut yang di dalamnya mengandung konsepsi nusantara menimbulkan konsekuensi bagi pemerintah dan bangsa Indonsia untuk memperjuangkan dan mempertahankannya hingga mendapat pengakuan dari masyarakat internasional. Deklarasi Juanda 1957 mendapat tantangan dari negara-negara yang saat itu merasa kepentingannya terganggu seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Belanda dan New Zealand dengan menyatakan tidak mengakui klain Indonesia atas konsepsi nusantara. Negara yang mendukung pernyataan Indonesia mengenai konsepsi nusantara hanya Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Tapi dalam visi dan orientasi pembangunan, khususnya sejak Orba, kita melupakan visi dan orientasi negara kepulauan ini dan lebih berorientasi tanah daratan (land based oriented) yang mengakibatkan kita bersifat inward looking. Tanpa orientasi kepulauan, seperti dikatakan Dimyati Hartono, kita tidak punya national security belt, yakni titik-titik kawasan strategis bagi mengamankan kewilayahan dan kedaulatan negara. Setiap titik itu bukan saja menjadi pos pertahanan tetapi juga dikembangkan ekonomi dan sarana-prasarana pendidikannya sehingga kawasan-kawasan titik ini dengan sendirinya akan terbangun sistem peringatan dini (early warning system). Dengan orientasi kepulauan, Indonesia akan membangun dengan pandangan integratif darat, laut dan udara. Dan orientasi ini akan membuat kita lebih outward looking. Dalam menghadapi sengketa dan konflik daerah perbatasan ada beberapa model dan pola yang pernah dan dapat dilakukan untuk mengatasinya seperti dijelaskan dalam Pasal 33 Piagam PBB tentang Hukum Laut Internasional bahwa bila tak bisa diselesaikan secara bilateral, ada pelbagai alternatif, misalnya mediator, arbitrator dan mekanisme regional. Dalam kasus Ambalat, Malaysia pasti tak akan menggunakan mekanisme regional di ASEAN, karena dia punya persoalan dengan semua negara tetangganya seperti Singapura, Vietnam, Brunei Darusalam, Filipina dan Thailand mengenai batas laut. Malaysia takut semua anggota ASEAN berpihak ke Indonesia. Bila perundingan bilateral menemui jalan buntu, bisa dipilih solusi joint development, di mana Indonesia termasuk pelopor dalam penggunaan mekanisme itu. Pada 1989, setelah bertahun-tahun menemui jalan buntu, kita sepakat tak membuat garis batas dengan Australia di Celah Timor. Kita menyepakati membuat joint development dengan melakukan kerja sama ekonomi di wilayah yang disengketakan. Model joint development banyak mendapat pujian dari dunia dan konsep ini akhirnya ditiru negara-negata lain. Sebagai negara kepulauan, kita mempunyai persoalan dalam menjaganya karena saat kemerdekaan, laut kita cuma 3 mil dari pantai. Jadi luas laut kita tak lebih dari 100 ribu kilometer persegi. Setelah konsep wawasan nusantara diterima dunia, dan mendapat tambahan ZEE 200 mil, total laut kita menjadi 6 juta kilometer persegi. Dengan demikian, dengan alasan apa pun, klaim wilayah di Blok Ambalat dan Blok East Ambalat tidak dibenarkan oleh hukum laut internasional. Apalagi Indonesia diperkuat oleh serentetan sejarah yang mencatat bahwa perairan di Ambalat masuk ke dalam wilayah pengaturan Kerajaan Bulungan. Namun, langkah yang juga harus segera ditempuh oleh Pemerintah Indonesia adalah segera perbaiki dan depositkan PP No 38/2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia ke Sekjen PBB untuk dicatatkan sebagai bukti dalam penguasaan wilayah. Semoga usaha diplomasi yang kuat dan terukur dapat mempertahankan kedaulatan keutuhan Negeri Bahari yang kita cintai. Persengketaan atas wilayah Ambalat membutuhkan penyelesaian yang logis, relevan, tanpa merugikan pihak manapun apalagi sampai menimbulkan peperangan. Jika terjadi kontak senjata antar Angkatan Laut maka masing-masing negara bersengketa RI-Malaysia mengalami kerugian. Diusahakan sedapat mungkin persengketaan atas wilayah Ambalat dapat diselesaikan secara damai. Sebuah sentilan mengenai kasus sipadan, ligitan, dan yang terakhir adalah ambalat, harusnya menyadarkan kita bahwa kita telah jauh dari konsep wawasan nasional yang merupakan landasan visional bangsa dan Negara Indonesia. Berkaitan dengan masalah perbatasan ini kaitannya dengan Wawasan Nusantara, penulis menawarkan solusi untuk menilik kembali kepada diri kita masing-masing harusnya setiap warga Negara Indonesia perlu memiliki kesadaran untuk: 1. Mengerti, memahami, dan menghayati hak dan kewajiban warga Negara serta hubungan warga Negara dan Negara, sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia yang cinta tanah air berdasarkan pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nuasantara 2. Mengerti, memahami, dan menghahayati bahwa di dalam menyelenggarakan kehidupannya Negara memerlukan konsepsi wawasan nusantara, sehingga sadar sebagai earga Negara memiliki wawasan nusantara guna mencapai cita-cita dan tujuan nasional Indonesia harus lebih jeli dalam melihat setiap wilayahnya yang berbatasan dengan Negara lain, dan tentu apapun yang berkaitan dengan hal ini dibutuhkan bukti autentik. Indonesia harus belajar dari kasus Sipadan Ligitan agar wilayah Indonesia tetap merupakan satu kesatuan utuh yang berlandaskan kebhinekaan BAB IV KESIMPULAN Suatu bangsa yang telah mendirikan suatu negara, dalam menyelenggarakan kehidupannya Negara Indonesia tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Pengaruh itu timbul dari hubungan timbal balik antara filosofis bangsa kita, ideologi, aspirasi serta cita-cita dan kondisi sosial masyarakat, budaya, tradisi, keadaan alam, wilayah serta pengalaman sejarah bangsa Indonesia .Pemerintah dan rakyat memerlukan suatu konsep berupa wawasan nusantara untuk menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan ini dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup Negara kesatuan republic Indonesia , keutuhan wilayah serta jati diri bangsa Indonesia. Kehidupan suatu bangsa dan negara senantiasa dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan strategis. Karena itu, wawasan itu harus mampu memberi inspirasi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan strategis dan dalam mengejar kejayaannya Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai warga negara ingin mempertahankan daerah kita dari ganguan bangsa/negara lain, maka kita harus memperkuat ketahanan nasional kita. Ketahanan nasional adalah cara paling ampuh, karena mencakup banyak landasan seperti : Pancasila sebagai landasan ideal, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan Wawasan Nusantara sebagai landasan visional, jadi dengan demikian katahanan nasional kita sangat solid. Daftar Pustaka • ST. Munadjat Dasaputro, 1980, Wawasan Nusantara (dalam Implementasi & Implikasi hukumnya), Buku II, Alumni, Bandung. • Sanit, Arbi, 1998, Reformasi Politik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. • Sekretariat Jendral MPR, 2004, Undang-Undang Dasar 1945 dengan Amandemen, Jakarta. • Soehino, SH., 1980, Ilmu Negara, Liberti, Yogyakarta. • Soemarwoto, Otto, 1992, Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

MAKALAH TENTANG KONSEP LINK DAN MATCH

BAB I. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah : Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada dasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah menyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari pada bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus penduduk memperhatikan kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga penganggur lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Ace Suryadi, 1993: 134). Dengan kata lain persentase jumlah penganggur tenaga sarjana lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah pengganggur lulusan SMA atau jenjang pendidikan yang lebih rendah. Namun, kritik tersebut juga belum benar seluruhnya karena cara berfikir yang digunakan dalam memberikan tafsiran terhadap data empiris tersebut cenderung menyesatkan. Cara berfikir yang sekarang berlaku seolah-olah hanya memperhatikan pendidikan sebagai satu-satunya variabel yang menjelaskan masalah pengangguran. Cara berfikir seperti cukup berbahaya, bukan hanya berakibat pada penyudutan sistem pendidikan, tetapi juga cenderung menjadikan pengangguran sebagai masalah yang selamanya tidak dapat terpecahkan. Berdasarkan keadaan tersebut, penjelasan secara konseptual terhadap masalah-masalah pengangguran tenaga terdidik yang dewasa ini banyak disoroti oleh masyarakat, sangat diperlukan. Penjelasan yang bersifat konseptual diharapkan mampu mendudukkan permasalahan pada proporsi yang sebenarnya, khususnya tentang fungsi dan kedudukan sistem pendidikan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan. Berangkat dari asumsi bahwa bertambahnya tingkat pengangguran disebabkan karena kegagalan sistem pendidikan, maka diperlukan adanya pendekatan-pendektan tertentu dalam pendidikan dan konsep Link and Match perlu dihidupkan kembali dalam sistem pendidikan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa pertanyaan terkait konsep link and macth dalam pendidikan, yaitu: 1. Bagaimana konsep dasar Link and Match dalam pendidikan? 2. Mengapa Link and Match itu diperlukan dalam pendidikan? 3. Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match dalam pendidikan? 4. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan ketenagakerjaan? C. Tujuan Penulisan Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk: 1. Mengetahui konsep dasar Link and Match dalam pendidikan 2. Mengetahui perlunya Link and Match dalam pendidikan 3. Mengetahui Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match dalam pendidikan 4. Mengetahi hubungan pendidikan dan ketenagakerjaan BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Link and Match Pada mulanya, sebelum ada pendidikan melalui sekolah seperti sekarang, pendidikan dijalnkan secara spontan dan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak petani langsung mempelajri pertanian dengan langsung bekerja di sawah, anak-anak nelayan langsung mempelajari kelautan dan perikanan langsung mengikuti orang dewasa menangkap ikan. Selagi mempelajari pekerjaan yang dilakukan, mereka sekaligus juga belajar tentang nilai-nilai dan norma-norma yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dilihat secara demikian, maka pendidikan pada dasarnya merupakan sesuatu yang kongkret, spontan, dan tidak direncanakan tetapi langsung berhubungan dengan keperluan hidup. Dengan kata lain, dalam situasi yang belum mengenal sistem sekolah, sifat pendidikan pada dasarnya sesalu bersifat linked and matched. Konsep keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang dicetuskan mantan Mendiknas Prof. Dr. Wardiman perlu dihidupkan lagi. Konsep itu bisa menekan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi yang dari ke hari makin bertambah. Selanjutnya Soemarso, Ketua Dewan Pembina Politeknik dan juga dosen UI mengatakan bahwa konsep Link and Match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja dianggap ideal. Jadi, ada keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan penggunanya. Menurut Soemarso, dengan adanya hubungan timbal balik membuat perguruan tinggi dapat menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja. Contoh nyata Link and Match dengan program magang. Perbaikan magang, dimaksudkan agar industri juga mendapatkan manfaat. Selama ini ada kesan yang mendapatkan manfaat dari magang adalah perguruan tinggi dan mahasiswa, sedangkan industri kebagian repotnya. Di sisi lain, produk dari Perguruan Tinggi menghasilkan sesuatu yang amat berharga dan bukan hanya sekedar kertas tanpa makna, yaitu produk kepakaran, produk pemikiran dan kerja laboratorium. Produk-produk ini masih sangat jarang dilirik oleh industri di Indonesia. Produk kepakaran yang sering dipakai adalah yang bersifat konsultatif. Tetapi produk hasil laboratorium belum di akomodasi dengan baik. Menjalankan Link and Match bukanlah hal yang sederhana. Karena itu, idealnya, ada tiga komponen yang harus bergerak simultan untuk menyukseskan program Link and Match yaitu perguruan tinggi, dunia kerja (perusahaan) dan pemerintah. Dari ketiga komponen tersebut, peran perguruan tinggi merupakan keharusan dan syarat terpenting. Kreativitas dan kecerdasan pengelola perguruan tinggi menjadi faktor penentu bagi sukses tidaknya program tersebut. Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan suatu perguruan tinggi untuk menyukseskan program Link and Match. Perguruan tinggi harus mau melakukan riset ke dunia kerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui kompentensi (keahlian) apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan salah satu perguruan tinggi di Indonesia diketahui, keahlian (kompentensi) yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja adalah kemampuan komputasi (komputer), berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan kemampuan akuntansi. Selain itu, perguruan tinggi juga harus mampu memprediksi dan mengantisipasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan teknologi sepuluh tahun ke depan. Seharusnya perguruan tinggi mulai menjadikan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja sebagai materi kuliah di kampusnya. Dengan demikian, diharapkan, lulusan perguruan tinggi sudah mengetahui, minimal secara teori, tentang kompetensi apa yang dibutuhkan setelah mereka lulus. Meskipun demikian, perguruan tinggi tidak harus menyesuaikan seluruh materi kuliahnya dengan kebutuhan dunia kerja. Sebab, harus ada materi kuliah yang berguna bagi mahasiswa yang termotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang strata yang lebih tinggi d. Langkah penting lainnya, perguruan tinggi harus menjalin relasi dan menciptakan link dengan banyak perusahaan agar bersedia menjadi arena belajar kerja (magang) bagi mahasiswa yang akan lulus. Dengan magang langsung (on the spot) ke dunia kerja seperti itu, lulusan tidak hanya siap secara teori tetapi juga siap secara praktik. Jika program Link and Match berjalan baik, pemerintah juga diuntungkan dengan berkurangnya beban pengangguran (terdidik). Karena itu, seyogianya pemerintah secara serius menjaga iklim keterkaitan dan mekanisme implementasi ilmu dari perguruan tinggi ke dunia kerja sehingga diharapkan program Link and Match ini berjalan semakin baik dan semakin mampu membawa manfaat bagi semua pihak. Manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan Link and Match sangat besar. Karena itu, diharapkan semua stake holders dunia pendidikan bersedia membuka mata dan diri dan mulai bersungguh-sungguh menjalankannya. Perguruan tinggi harus lapang dada menerima bidang keahlian (kompentensi) yang dibutuhkan dunia kerja sebagai materi kuliah utama. Perusahaan juga harus membuka pintu selebar-lebarnya bagi mahasiswa perguruan tinggi yang ingin magang (bekerja) di perusahaan tersebut. Sedangkan Pemerintah harus serius dan tidak semata memandang program Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) sebagai proyek belaka. Secara tradisional teori kependidikan menekankan tiga tujuan instruksional pokok: kognitif, afektif dan psikomotorik. Banyak orang berpendapat bahwa sisi afektif dari pendidikan adalah yang paling penting. Seperti ditekankan oleh Paola friere, suatu konsep pendidikan, dimana otak manusia hanya seperti rekening bank tidak berlaku atau sesuai lagi. Tujuan yang lebih berkaitan dengan proses menyadarkan orang bahwa kemampuan berfikir dan menentukan identitasdiri sekarang ini jauh lebih penting. Pendidikan dan pembelajaran adalah proses bukan produk akhir. Ivan Illich pernah mengatakan bahwa kita tidak boleh mengijinkan pendidikan formal mengganggu proses belajar terus menerus. Tidak selayaknya orang berhenti dari proses belajar sesudah pendidikan formal selesai (Sindhunata, 2000: 130). B. Pendekatan dalam Mewujudkan Link and Match 1. Pendekatan Sosial Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat pada saat ini. Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan dan pada pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan (Husaini Usman, 2006: 56). Menurut A.W. Gurugen pendekatan sosial merupakan pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit dan orang tua secara bebas (Djumberansyah Indar, 1995: 30). Sebagai contoh penerapan pendekatan ini adalah diterapkannyaa sistem ganda melalui kebijakan Link and Match. Menurut Bohar Soeharto perencanaan sosial adalah proses cara menjelaskan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan masyarakat atau berhubungan dengan aspek sosial dari kehidupan individu untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Bohar Soeharto, 1991: 28). Pendekatan yang dikemukakan Geruge ini bersifat tradisional dimana penekanan ini didasarkan kepada tujuan untuk memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh individu terhadap pendidikan pada tempat dan waktu tertentu dalam situasi perekonomian, politik, dan kebudayaan yang ada pada waktu itu. Ini berarti bahwa sektor pendidikan harus menyediakan lembaga-lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampuk seluuruh kelompok umur yang ingin menerima pendidikan. Pendekatan sosial dalam perencanaan pendidikan sebagaimana dimaksud diatas, pernah dituang secara tepat dalam Robbins Comunitte on Higher Education di Inggris pada tahun 1963 dengan alasan pemilihan pendektan ini bahwa: ”all young person qualified by ability and attaint ment to pursue a full time course in higher education should have the opportunity to do so” (Bohar Soeharto, 1991: 28). Selanjutnya dalam pendekatan ini ada beberapa kelemahan dalam pendekatan ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan ini mengabaiakan masalah alokasi dalam skala nasional, dan secara samar tidak mempermasalahkan besarnya sumber daya pendidikan yang dibutuhkan arena beranggapan bahwa penggunaan sumberdaya pendidikan yang terbaik adalah untuk segenap rakyat Indonesia. 2. Pendekatan ini meng`baiakn kebutuhan ketenagakerjaan (man power planning) yang diperlukan dimasyarakat sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sebenarnya kurang dibutuhkan masyarakat. 3. Pendekatan ini cenderung hanya menjawab pemerataan pendidikan saja sehingga kuantitas lebih diutamakan dari pada kualitanya (Syaefudin Sa’ud, 2006: 236). 2. Pendekatan Ketenagakerjaan Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaan pendidikan suatu negara sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah yang sedang dilaksanakan. Karenanya wajar jikalau timbul pendekatan yang berbeda-beda antara beberapa negara dan juga terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaan antara berbagai periode pembangunan dalam satu negara. Dalam kebijakan pemerintah (sebut saja kebijakan lima tahunan), disana tergambar secara jelas harapan-harapan yang akan dan harus dipenuhi oleh sektor pendidikan. Dengan kata lain kebutuhan akan pendidikan yang akan menjadi sasaran dalam perencanaan selalu dijadikan penuntun atau bisa dikatakan sebagai kebijakan awal perencanaan. Di dalam pendekatan ketenagakerjaan ini kegiatan-kegitan pendidikan diarahkan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja pada tahap permulaan pembangunan tentu saja memerlukan banyak tenaga kerja dari segala tingkatan dan dalam berbagai jenis keahlian. Dalam keadaan ini kebanyakan negara mengharapkan supaya pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga kerja yang terampil untuk pembangunan, baik dalam sektor pertanian, perdagangan, industri dan sebagainya (Jusuf Enoch, 1992: 90). Untuk itu perencana pendidikan harus mencoba membuat perkiraan jumlah dan kualitas tenaga kerja dibutuhkan oleh setiap kegiatan pembangunan nasional. Dalam hal ini perencana pendidikan dapat menyakinkan bahwa penyediaan fasilitas dan pengarahan arus murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja tadi. Akan tetapi metode-metode untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja perlu ditetapkan terlebih dahulu sesuai dengan kepentingan dan kondisi negara yang bersangkutan. Salah satu metode misalnya bukan hanya sekedar memperhatikan kebutuhan saja tetapi perlu meneliti berbagai jenis tenaga yang telatih yang diperlukan oleh negara atas dasar perbandingan atau ratio yang seimbang, misalnya perbandingan antara insiyur dan teknisi ahli. Pendidikan ketenagakerjaan ini sering dipergunakan oleh negara-negara yang sudah berkembang ataupun negara yang teknologinya sudah maju, dimana setiap waktu diperlukan jenis keahlian yang baru. Ahli teknologi modern dengan menciptakan teori dan sistem yang baru dengan sendirinya mendorong teknologi untuk berkembang secara pesat dan hal ini menyebabkan pula timbulnya kebutuhan akan tenaga ahli dari jenis yang baru untuk menangani atau mengelolanya. Negara-negara yang mempergunakan pendekatan ketenagakerjaan mengarahkan kegiatan-kegiatan pendidikannya secara teratur kepada usaha untuk memenuhi tuntutan dunia lapangan kerja dalam segala bidang. Para ahli ekonomi mengharapkan agar ada keseimbangan antara penambahan lapangan kerja dengan peningkatan pendapatan nasionl. Penambahan lapangan kerja akan meningkatkan pendapatan nasional, pendapatan nasional yang telah ditingkatkan akan memberi peluang untuk memperluas lapangan kerja. Ini berarti penyerapan tenaga kerja akan lebih banyak. Perencana pendidikan diminta untuk merencanakan kegiatan/usaha pendidikan sedemikian rupa sehingga menjamin setiap individu, tentunya seorang lulusan lembaga pendidikan dapat terjun ke masyarakat dengan suatu kemampuan untuk menjadi seorang pekerja yang produktif. Dengan kata lain sistem pendidikannya harus menghasilkan lulusan dari berbagai tingkat dan jenis yang siap pakai. Dalam pendekatan keperluan akan tenaga kerja (manpower approach), jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dihitung dari jumlah pendapatan nasional yang direncanakan atau yang diperhitungkan akan dicapai. Dengan kata lain, anak didik melalui sistem pendidikan harus disiapkan menjadi tenaga kerja, dan perencanaan mengenai keperluan akan tenaga kerja harus diintegrasikan secara menyeluruh ke dalam perencanaan ekonomi. Jadi, dal;am merencanakan keprluan tenaga kerja, perkembangan ekonomi dimasa depan dianggap sebagai variabel yang independen karena dianggap sebagai tujuan atau target yang ditetapkan secara tersendiri. Menurut pendekatan ini, perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan perencanaan pendidikan yang ditujukan kearah pembetukan tenaga kerja dianggap sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang secara struktural seimbang dan sebagi prasyarat bagi sistem pendidikan yang fungsional. Kebutuhan akan tenaga kerja semat-mata dari pertumbuhan ekonomi di masa depan dianggap relevan bagi alokasi tenaga kerja yang efisien dan bagi penggunaan secara optimal sumber-sumber yang tersedia pada sistem pendidikan. Cara pendekatan persoalan pendidikan seperti ini dapatt dikatkan sebagai pendekatan ekonomi uni-dimensional atau pendekatan pendidikan yang ditujuakan kepada pasaran kerja, dimana pembiayaan-pembiayaan pendidikan diperlakukan sebagai pengeluaran konsumsi dan bukan sebagai pengeluaran investasi (Sindhunata, 2001: 17). Dalam teorinya pendekatan ini lebih mengutamakan keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja, didalam pendekatan ini juga mempunyai kelemahan, dimana ada tiga kelemahan yang paling utama, yaitu; 1. Mempunyai peranan yang terbatas dalam perencanaan pendidikan, karena pendekatan ini mengabaikan keberadaaan sekolah umum karena hanya akan menghasilkan pengangguran saja, pendekatan ini lebih mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan kerja. 2. Menggunakan klasifikasi rasio permintaan dan persediaan 3. Tujuan dari pada pendekatan ini hanyalah untuk memenuhan kebutuhan tenaga kerja, disisi lain tuntutan dunia kerja berubah ubah sesuai dengan cepatnya perubahan zaman (Husaini Usman, 2006: 59). Blaug dan Faure menyimpulkan bahwa masalah pengangguran dikalangan terdidik dapat ditekan dengan memperbaiki sistem dan perencanaan pendidikan yang baik. Perlu kita cermati sebenarnya peningkatan pengangguran bukan semata-mata kesalahan dunia pendidikan, peningkatan pengangguran di karenakan sempitnya lapanfan kerja, sempitnya lapangan kerja disebabkan pemerintah yang kurang bisa membuka lapangan kerja yang baru. Perbaikan sistem dan perencanaan pdndidikan bukan berarti pendidikan harus melahirkan atau meluluskan lulusan yang siap pakai. Kalau yang dimaksud dengan siap pakai ialah kemampuan lulusan yang mengenali dan menguasai permasalahan rutin serta mampu mengaplikasikan ilmunya; maka bukan pada tempatnya hal itu dibelajarkan pada pendidikan formal yang ada sekarang ini. Perencanaan pendidikan di Indonesia selain menggunkan pendekatan sosial juga menggunakan pendekatan ketenagakerjaan. Disadarai dengan benar bahwa tanpa tenaga pembangunan yang ahli, terampil dan sesuai dengan lapangan kerja tidak mungkin pembangunan nasional dapat berjalan dengan lancar. Namun dalam kenyataannya masih banyak hambatan-hambatan dalam usaha menyusun perencanaan pendidikan dengan menggunakan pendekatan ketenagakerjaan ini, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. C. Pendidikan dan Ketenagakerjaan Apakah pendidikan formal merupakan penentu dalam menunjang pertumbuhan ekonomi?. Apakah pengembangan sumber daya manusia selalu dilakukan melalui pendidikan formal?. Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital. Teori Human Capital menerangkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan produktivitas kerja. Teori ini merasa yakin bahwa pertumbuhan suatu masyarakat harus dimulai dari prodiktivitas individu. Jika setiap individu memiliki penghasilan yang tinggi karena pendidikannya juga tinggi, pertumbuhan msyarakat dapat ditunjang karenanya. Teori Human Capital ini menganggap bahwa pendidikan formal sebagai suatu investasi, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Dari teori ini timbul beberapa model untuk mengukur keberhasilan pendidikan bagi pertumbuhan ekonomi, misalnya dengan menggunakan teknik cost benefit analysis, model pendidikan tenaga kerja dan lain sebagainya. Namun dalam kenyataannya, asumsi-asumsi yang digunakan oleh teori Human Capital tidak selalu benar. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Cummings bahwa di Indonesia ternyata menunjukkan kecenderungan yang tidak berbeda antara negara maju dan negara berkembang, yaitu bahwa pendidikan formal hanya memberikan kontribusi kecil terhadap status pekerjaan dan penghasilan lulusan pendidikan formal dibandingkan dengan faktor-faktor luar sekolah. Teori Human Capital dianggap tidak berhasil, maka muncullah teori baru sebagai koreksi terhadap teori sebelumya, yaitu teori kredensialisme. Teori ini mengungkapkan bahwa strukrur masyarakat lebih ampuh dari pada individu dalam mendorong suatu pertumbuhan dan perkembangan. Pendidikan formal hanya dianggap sebagai alat untuk mempertahankan status quo dari para pemenang status sosial yang lebih tinggi.Menurut teori ini perolehan pendidikan formal tidak lebih dari suatu lambang status (misalnya melalui perolehan ”ijazah” bukan karena produktivitas) yang mempengaruhi tingginya penghasilan. Dua teori yang dikemukan diatas, masing-masing memiliki kaitan erat dengan fungsi sistem pendidikan yang diungkap oleh Sayuti Hasibuan. Menurutnya, fungsi sistem pendidikan dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan meliputi dua dimensi penting, yaitu: 1). Dimensi kuantitatif yang meliputi fungsi sistem pendidikan dalam pemasok tenaga kerja terdidik dan terampil sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia, 2). Dimensi kualitatif yang menyangkut fungsinya sebagai penghasil tenaga terdidik dan terlatih yang akan menjadi sumber penggerak pembangunan atau sebagai driving force (Sayuti Hasibuan, 1987). Sistem pendidikan sebagai suatu sistem pemasok tenaga kerja terdidik lebih banyak diilhami oleh teori Human Capital. Sistem pendidikan memiliki arti penting dalam menjawab tuntutan lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja terampil dalam berbagai jenis pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja terdidik tidak hanya harus memenuhi kebutuhan akan suatu jumlah yang dibutuhkan. Akan tetapi, yang lebih penting ialah jenis-jenis keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Teori Human Capital percaya bahwa pendidikan memiliki anggapan lapangan kerja yang membutuhkan kecakapan dan keterampilan tersebut juga sudah tersedia. Fungsi pendidikan sebagai penghasil tenaga penggerak pembangunan (driving force) cenderung lebih sesuai dengan teori Kredensialisme. Sistem pendidikan harus mampu membuka cakrawala yang lebih luas bagi tenaga yang dihasilkan, khususnya dalam membuka lapangan kerja baru. Pendidikan harus dapat menghasilkan tenaga yang mampu mengembangkan potensi masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa termasuk cara-cara memasarkannya. Kemampuan ini amat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Dengan demikian, lulusan sistem pendidikan tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang telah ada yang pada dasarnya sangat terbatas, akan tetapi mengembangkan kesempatan kerja yang masih potensial. Teori Kredensialisme merasa yakin bahwa pelatihan kerja merupakan medha yang strategis dalam menjembatani antara pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Jika ada masalah ketidaksesuaian, hal ini dianggap sebagai ”gejala persediaan” (supply phenomina), yaitu ketidaksesuaian antara pendidikan dan lapangan kerja yang diungkapkan sebagai gejala ketidakmampuan sistem pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang mudah dilatih atau yang dapat membelajarkan diri agar menjadi tenaga terampil sesuai dengan kebttuhan pasar. Ketidaksesuain tersebut mungkin juga dapat dianggap sebagi gejala prmintaan (demand phenomina), yaitu ketidaksesuaian tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh sistem pendidikan itu sendiri, tetapi lapangan kerja juga belum memfungsikan sistem pelatihan kerja secara optimal. Jika ketidaksesiaian anatra keterampilan kerja dengan kebutuhan dunia industri dianggap sebagai demand phenomina, sitem pelatihan kerja juga harus merupakan bagian yang integral di dalam industri atau perusahaan. Dalam hubungan dengan hal tersebut, dunia industri akan berfungsi sebagai training ground. Jika industri atau perusahaan sudah berfungsi sebagai training ground, produktivitas tenaga kerja secara langsung merupakan kontrolnya. Pelatihan dalam industri atau perusahaan ialah tempat yang paling tepat untuk dapat menghasilakn tenaga kerja yang siap pakai (ready trained), sementara sistem pendidikan formal secara maksimal harus mampu menghasilkan tenaga potensial atau yang memiliki kecakapan dasar yang dapat dikembangk`n lebih jauh di dunia kerja. Sekat-sekat yang ada antara pendidikan, pelatihan dan tenaga kerja seperti yang kita alami dewasa ini, setidak-tidaknya secara konseptual tidak terjadi dalam masyarakat industri modern. Diperlukan program yang terintegrasi antara dunia pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh dunia industri (Tilaar, 1999: 178). Program-program pelatihan tidak hanya dilaksanakan di dalam industri, tetapi sistem pendidikan sekolah dan luar sekolah harus menyelenggarakan program pelatihan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam kaitan ini perlu ada refungsionalisasi SISDIKNAS yang membuka diri terhadap keterlibatan penuh dari masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Dengan sistem yang seperti itu, bukan berarti akan menghilangkan pengangguran, tentu saja masalah pengangguran akan selalu ada karena berbagai sebab ekonomis ataupun non-ekonomis namun masalah pengangguran setidaknya dapat diminimalisir. Fungsi pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdidik dan terlatih dapat diuji berdasarkan kemampuannya dalam memenuhi jumlah angkatan kerja yang dibutuhkan oleh lapangan kerja yang telah ada atau yang diperkirakan tersedia dalam suatu sitem ekonomi. Untuk menguji kemampuan ini diperlukan perbandingan antara persediaan angkatan kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan dan latihan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam lapangan kerja yanga ada menurut kategori tingkat pendidik`n pekerja. Terjadinya kelebihan persediaan tenaga kerja berpendidikan dasar ini disebabkan oleh masih banyak tersedianya lapangan kerja pada sektor tradisional dan sektor informal pada saat truktur tenaga kerja telah mulai bergeser ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan ini didukung pila oleh kenyataan bahwa kelebihan persediaan tenaga kerja terjadi pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan yang menjadi akibatnya pengangguran tenaga terdidik atau lulusan Perguruan Tinggi akan terus bertambah setiap tahun. Salah satu sebab kesenjangan supply dan demand pendidikan tinggi ialah kesenjangan antara keinginan mahasiswa (dan dorongan orang tua serta persepsi masyarakat) dengan kebutuhan akan tenaga kerja. Mahasiswa lebih menyenangi program studi profesional seperti ahli hukum dan ekonomi dibanding dengan program teknologi maupun pertanian. Gejala ini terjadi juga di negara industri maju dan sangat kuat di negara berkembang. Sebaliknya kebutuhan akan tenaga kerja yang banyak ialah di bidang industri dan pertanian. Angka partisipasi dan bertambahnya lulusan Perguruan Tinggi belum dengan sendirinya meningkatkan produktivitas kerja karena adanya pengangguran sarjana yang semakin meningkat. Data pendidikan nasional kita menunjukkan kecenderungan sebagai berikut: 1). Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar kemungkinan terjadinya pengangguran; 2). Pada tingkat pendidikan SLTP kebawah cenderung terdapat kekurangan tenaga kerja terdidik; 3). Tamatan SLTA cenderung untuk menganggur dan jumlahnya semakin besar; 40. surplus lulusan Perguruan Tinggi cenderung berlipat ganda dari tahun ke tahun. Gambaran mengenai kesenjangan supply dan demand lulusan pendidikan tinggi kita buka terletak pada angka absolutnya, karena sebenarnya kita masih kekurangan tenaga lulusan Perguruan Tinggi. Kekurangan ini masih dipersulit lagi dengan adanya ”mis-match” jenis keahlian yang diproduksi oleh pendidikan tinggi kita. Menurut Darlaini Nasution SE ada tiga faktor mendasar yang menjadi penyebab masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Ketiga faktor tersebut adalah, ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja, ketidakseimbangan demand (permintaan) dan supply (penawaran) dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan masih rend`h. Ia menjelaskan, lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja umumnya tidak sesuai dengan tingkat pendidikan atau ketrampilan yang dimiliki. Umumnya perusahaan atau penyedia lapangan kerja membutuhkan tenaga yang siap pakai, artinya sesuai dengan pendidikan dan ketrampilannya, namun dalam kenyataan tidak banyak tenaga kerja yang siap pakai tersebut. Justru yang banyak adalah tenaga kerja yang tidak sesuai dengan job yang disediakan. Kalau kita flasback pada tahun-tahun yang lalu, Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja pada tahun 1997 jumlah pengangguran terbuka sudah mencapai sekitar 10% dari sekitar 90 juta angkatan kerja yang ada di Indonesia, dan jumlah inipun belum mencakup pengangguran terselubung. Jika persentase pengangguran total dengan melibatkan jumlah pengangguran terselubung dan terbuka hendak dilihat angkanya, maka angkanya sudah mencapai 40% dari 90 juta angkatan kerja yang berarti jumlah penganggur mencapai sekitar 36 juta orang. Adapun pengangguran terselubung adalah orang-orang yang menganggur karena bekerja di bawah kapasitas optimalnya. Para penganggur terselubung ini adalah orang-orang yang bekerja di bawah 35 jam dalam satu minggunya. Jika kita berasumsi bahwa krisis ekonomi hingga saat ini belum juga bisa terselesaikan maka angka-angka tadi dipastikan akan lebih melonjak. Ledakan pengangguranpun berlanjut di tahun 1998, di mana sekitar 1,4 juta pengangguran terbuka baru akan terjadi. Dengan perekonomian yang hanya tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%, maka tenaga kerja yang bisa diserap hanya sekitar 1,3 juta orang. Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka tadi. Total pengangguran jadinya akan melampauai 10 juta orang. Berdasarkan pengalaman, jika kita mengacu pada data-data tahun 1996 maka pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 sampai 4% belumlah memadai. Berdasarkan data sepanjang di tahun 1996, perekonomian hanya mampu menyerap 85,7 juta orang dari jumlah angkatan kerja 90,1 juta orang. Tahun 1996 perekonomian mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah relatif besar karena ekonomi nasional tumbuh hingga 7,98 persen. Tahun 1997 dan 1998, pertumbuhan ekonomi dapat dipastikan tidak secerah tahun 1996, karena pada tahun 2007 adalah awal mula terjadinya krisis moneter. ketika menginjak tahun 2000, jumlah pengangguran di tahun 2000 ini sudah menurun dibanding tahun 1999. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2000 yang meningkat menjadi 4,8 persen. Pengangguran tahun 1999 yang semula 6,01 juga turun menjadi 5,87 juta orang. Sedang setengah pengangguran atau pengangguran terselubung juga menurun dari 31,7 juta menjadi 30,1 juta orang pada tahun 2000. Jumlah pengangguran saat ini mencapat sekitar 35,97 juta orang, namun pemerintah masih memfokuskan penanggulangan pengangguran ini pada 16,48 juta orang. Jumlah pengangguran pada tahun 2001 mencapai 35,97 juta orang yang diperkirakan bisa bertambah bila pemulihan ekonomi tidak segera berjalan dengan baik. Dan kini, pada tahun 2008 ini jumlah pengangguran di Indonesia ditargetkan turun menjadi 8,9 persen dibanding 2007 yang masih 9,7 persen. Untuk mengurangi jumlah pengangguran maupun kemiskinan, pemerintah perlu melakukan berbagai langkah strategis seperti pemberdayaan masyarakat. Untuk mendukung pemberdayaan itu, pemerintah harus memfasilitasi dan menciptakan iklim yang kondusif. Namun, banyak tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mengupayakan langkah tersebut, terutama karena keterbatasan dana. Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin mendekati titik yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2003 jumlah pengangguran intelektual diperkirakan mencapai 24,5 persen. Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar. Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan. Meski ada kecenderungan pengangguran terdidik semakin meningkat namun upaya perluasan kesempatan pendidikan dari pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi tidak boleh berhenti. Akan tetapi pemerataan pendidikan itu harus dilakukan tanpa mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri. Karena itu maka salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini pendidikan kita terlalu menekankan pada segi teori dan bukannya praktek. Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang monoton sehingga membuat para siswa menjadi bosan. Di negara-negara maju, pendidikkan dalam wujud praktek lebih diberikan dalam porsi yang lebih besar. Di negara kita, saat ini ada kecenderungan bahwa para siswa hanya mempunyai kebiasaan menghafal saja untuk pelajaran-pelajaran yang menyangkut ilmu sosial, bahasa, dan sejarah atau menerima saja berbagai teori namun sayangnya para siswa tidak memiliki kemampuan untuk menggali wawasan pandangan yang lebih luas serta cerdas dalam memahami dan mengkaji suatu masalah. Sedangkan untuk ilmu pengetahuan alam para siswa cenderung hanya diberikan latihan soal-soal yang cenderung hanya melatih kecepatan dalam berpikir untuk menemukan jawaban dan bukannya mempertajam penalaran atau melatih kreativitas dalam berpikir. Contohnya seperti seseorang yang pandai dalam mengerjakan soal-soal matematika bukan karena kecerdikan dalam melakukan analisis terhadap soal atau kepandaian dalam membuat jalan perhitungan tetapi karena dia memang sudah hafal tipe soalnya. Kenyataan inilah yang menyebabkan sumber daya manusia kita ketinggalan jauh dengan sumber daya manusia yang ada di negara-negara maju. Kita hanya pandai dalam teori tetapi gagal dalam praktek dan dalam profesionalisme pekerjaan tersebut. Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik kita juga adalah karena kita terlampau melihat pada gelar tanpa secara serius membenahi kualitas dari kemampuan di bidang yang kita tekuni. Sehingga karena hal inilah maka para tenaga kerja terdidik sulit bersaing dengan tenaga kerja asing dalam usaha untuk mencari pekerjaan. Salah satu penyebab pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi adalah karena kualitas pendidikan tinggi di Indonesia yang masih rendah. Akibatnya lulusan yang dihasilkanpun kualitasnya rendah sehingga tidak sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pengangguran terdidik dapat saja dipandang sebagai rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan. Namun bila dilihat lebih jauh, dari sisi permintaan tenaga kerja, pengangguran terdidik dapat dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi dan pasar kerja dalam menyerap tenaga terdidik yang muncul secara bersamaan dalam jumlah yang terus berakumulasi. Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, misalnya setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional. Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan mikro (khusus) dapat dijabarkan dalam beberapa poin: Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal. Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas. Kepribadian yang matang, dinamis dan kreatif memiliki tujuan dan visi yang jauh ke depan, berani mengambil tantangan serta mempunyai mindset yang benar. Itu merupakan tuntutan utama dan mendasar di era globalisasi dan informasi yang sangat kompetitif dewasa ini dan di masa-masa mendatang. Perlu diyakini oleh setiap orang, kesuksesan yang hakiki berawal dari sikap mental kita untuk berani berpikir dan bertindak secara nyata, tulus, jujur matang, sepenuh hati, profesional dan bertanggung jawab. Kebijakan ini dapat diimplementasikan menjadi gerakan nasional melalui kerja sama dengan lembaga pelatihan yang kompeten untuk itu. Kedua, melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan embrio mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional yang terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Keempat, menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Itu semua perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan investasi untuk menciptakan lapangan kerja baru. Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-organik yang dapat didaur ulang. Sampah sebagai bahan baku pupuk organik dapat diolah untuk menciptakan lapangan kerja dan pupuk organik itu dapat didistribusikan ke wilayah-wilayah tandus yang berdekatan untuk meningkatkan produksi lahan. Semuanya mempunyai nilai ekonomis tinggi dan akan menciptakan lapangan kerja. Keenam, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu dapat disebutkan sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup, antara lain sumber daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat di bawah lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerja sama tergantung kondisinya. Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah. Bagi pemerintah Daerah yang memiliki lahan cukup, gedung, perbankan, keuangan dan aset lainnya yang memadai dapat membangun Badan Usaha Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu diperlengkapi dengan lembaga pelatihan (Training Center) yang kompeten untuk jenis-jenis keterampilan tertentu yang sangat banyak peluang di negara lain. Di samping itu, perlu dibuat peraturan tersendiri tentang pengiriman TKI ke luar negeri seperti di Filipina. Kedelapan, penyempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan. Karena itu, Sisdiknas perlu renrientasi supaya dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Pengembangan sistem pendidikan nasional perlu direstrukturisasi. Perestroika shstem pendidikan tinggi meliputi berbagai aspek, antara lain keseimbangan program studi dan peningkatan mutu. Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktivitas, penurunan permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur. Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remuneratif. III. Kesimpulan 1. Konsep Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) merupakan konsep keterkaitan antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja, atau dengan kata lain Link and Match ini adalah keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan penggunanya. Dengan adanya keterkaitan ini maka pendidikan sebaagi pemasok tenaga kerja dapat mengadakan hubunga-hubungan dengan dunia usaha/industri. 2. Dengan link dan match ini suatu lembaga khususnya Perguruan Tinggi bisa mengadakan kerja sama dengan pihak lain khususnya dengan perusahaan atau industri agar mahasiswa bisa magang di perusahaan tersebut. Perguruan tinggi harus mau melakukan riset ke dunia kerja. dengan adanya Link and Match tersebut Perguruan Tinggi dapat mengetahui kompentensi (keahlian) apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja. Selain itu, Perguruan Tinggi juga akan dapat memprediksi dan mengantisipasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan teknologi sepuluh tahun ke depan. Dan yang lebih penting Perguruan Tinfgi harus menjalin relasi dan menciptakan link dengan banyak perusahaan agar bersedia menjadi arena belajar kerja (magang) bagi mahasiswa yang akan lulus. Dengan magang langsung (on the spot) ke dunia kerja seperti itu, lulusan tidak hanya siap secara teori tetapi juga siap secara praktik. 3. Adapun pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match adalah pendekatan social dan pendekatan ketenagakerjaan. Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat yang mana pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan dan pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan. pendekatan sosial merupakan pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit dan orang tua secara bebas. Pendekatan ketenagakerjaan merupakan pendekatan yang mengutamakan kepada keterkaitan luusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki. 4. Pendidikan formal dianggap sebagai penentu dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, dan titik temu antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital yang menerangkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan produktivitas kerja. DAFTAR PUSTAKA Cammings, Williams. Studi Pendidikan dan Tenaga Kerja pada Beberapa Industri Besar di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian BP3K Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan. Jakarta: Bumi Aksara Hasibuan, Sayuti. 1987. Changing Manpower Requirements in The Face of Non-Oil Growth, Labor Force Growth and Fast Tehnological Change. Jakarta: Bappenas Indar, Djumberansyah. 1995. Perencanaan Pendidikan Strategi dan Implementasinya. Surabaya: Karya Aditama Limongan, Andreas. Masalah Pengangguran di Indonesia. Diakses Tanggal 07 Januari 2008 Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif . Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet II Sindhunata (ed). 2000. Menggegas Paradigma Baru Pendidikan: Demokrasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius Sindhunata (ed), 2001. Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Zaman. Yogyakarta:Kanisius Soeharto, Bohar. 1991. Perencanaan Sosial Kasus Pendekatan. Bandung: Armico Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar Bandung: Rosdakarya Tilaar, H.A.R. 1999. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya. Cet IV Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara DAFTAR ISI Halaman Judul. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB II PEMBAHASAN 1. Konsep Link and Match . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Pendekatan dalam Mewujudkan Link and Match . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Pendidikan dan Ketenagakerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB III KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

CONTOH SOAL DAN MATERI GURU KELAS SD

ID Questions Question Image 1 KD 1.1 Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia SD Berikut ini adalah Karakteristik Anak Usia SD dari segi Mental, yaitu...________________ A. Anak sudah memiliki gerakan yang bebas dan aman. Hal ini berguna untuk melakukan berbagai gerakan motorik kasar (jasmani) seperti memanjat, berlari dan menaiki tangga. B. Anak dapat menunjukkan kreativitasnya dalam membentuk sesatu karya tertentu C. Anak mulai tidak suka terikat dengan orang dewasa D. Anak menunjukkan tenggang rasa dan penghargaan terhadap teman 2 KD 1.1 Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia SD Berikut ini adalah Karakteristik Anak Usia SD dari segi Psikomotorik, yaitu...________________ A. Anak sudah dapat memakai pakaian dengan rapi B. Anak dapat menciptakan sesiatu bentuk/benda dengan menggunakan alat C. Anak sudah mulai memahami beberapa konsep abstrak seperti menghitung tanpa menggunakan benda D. Anak menunjukkan kepedulian terhadap orang lain 3 KD 1.1 Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia SD Berikut ini adalah Karakteristik Anak Usia SD dari segi Emosionalitas, yaitu...________________ A. Anak menunjukkan keceriaan dalam berbagai aktivitas bersama kelompok teman sebayanya B. Anak dapat memperlihatkan insiatif dan alternative untuk memecahkan masalah-masalah tertentu C. Anak sudah mulai memahami beberapa konsep abstrak seperti menghitung tanpa menggunakan benda D. Anak dapat menampilkan sifat ingin tahu 4 KD 1.1 Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia SD Memiliki kemampuan dalam melakukan koordinasi dan keseimbangan badan. Misalnya ketika berjalan atau berlari dengan berbagai pola adalah karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD ditinjau dari segi ...________________ A. Mental B. Psikomotorik C. Sosial D. Emosional 5 KD 1.1 Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia SD Anak dapat menampilkan sifat ingin tahu adalah karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD ditinjau dari segi ...________________ A. Mental B. Psikomotorik C. Sosial D. Emosional 6 KD 1.1 Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia SD Anak dapat menunjukkan sikap marah dalam kondisi yang wajar adalah karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD ditinjau dari segi ...________________ A. Mental B. Psikomotorik C. Kognitif D. Emosional 7 KD 1.1 Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia SD Faktor kendala yang mempengaruhi keterampilan berbahasa anak adalah sebagai berikut, kecuali...________________ A. Jenis Kelamin B. Keluarga C. Keinginan dan Dorongan Komunikasi D. Kebiasaan 8 KD 1.1.2 Aspek Membaca di kelas rendah tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal biasanya menggunakan metode membaca________________ A. Ejaan per ejaan B. Skimming C. Permulaan D. Cepat 9 KD 1.1.2 Aspek Membaca di kelas rendah Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan, kecuali ...________________ A. metode kupas rangkai suku kata B. metode kata lembaga C. metode SAS D. metode eja 10 KD 1.1.2 Aspek Membaca di kelas rendah Berikut diberikan studi kasus : Mula-mula diberikan kalimat secara keseluruhan. Kalimat itu diuraikan atas kata-kata yang mendukungnya. Dari kata-kata itu kita ceraikan atas suku-suku katanya dan akhirnya atas huruf-hurufnya. Kemidian huruf-huruf itu kita sintetiskan kembali menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Berdasarkan studi kasus , metode membaca permulaan yang tepat digunakan adalah ...________________ A. Metode Alfabet B. Metode Suku Kata C. Metode SAS D. Metode Cerita 11 KD 1.1.2 Aspek Membaca di kelas rendah Kelebihan membaca permulaan adalah sebagai berikut ...________________ A. Mempunyai nilai strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa. B. Meningkatkan nilai siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia C. Meningkatkan kemandirian siswa dalam membaca D. Mempermudah menghafal kata-kata 12 KD 1.1.2 Aspek Membaca di kelas rendah Metode yang merupakan penyempurnaan metode alphabet dengan mengajarkan bunyi-bunyi bahasa sebagai pengganti huruf-huruf berdasarkan ucapan hurufnya adalah metode membaca permulaan ...________________ A. Metode Suku Kata B. Metode Kata-kata C. Metode Cerita D. Metode Suara 13 KD 1.1.3 Aspek Menulis di kelas tinggi Pendekatan menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran adalah salah satu Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis yang disebut ...________________ A. pendekatan komunikatif B. Pendekatan integratif C. Pendekatan keterampilan proses D. Pendekatan tematis 14 KD 1.1.3 Aspek Menulis di kelas tinggi Teknik menulis cerita terdiri atas hal-hal sebagai berikut, kecuali ...________________ A. menjawab pertanyaan B. membuat kalimat C. subtitusi D. persuasi 15 KD 1.1.3 Aspek Menulis di kelas tinggi Model pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi hal-hal berikut, kecuali ...________________ A. Menceritakan gambar B. Melanjutkan cerita C. Menceritakan pengalaman D. Mendeskripsikan cerita 16 KD 1.1.3 Aspek Menulis di kelas tinggi Teknik menulis cerita terdiri atas hal-hal sebagai berikut, kecuali ...________________ A. menjawab pertanyaan B. membuat kalimat C. subtitusi D. persuasi 17 KD 1.2.1 Memilih berbagai Metode Menulis Permulaan 1). Menulis huruf lepas. 2). Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata. 3). Merangkaikan suku kata menjadi kata. 4). Menyusun kata menjadi kalimat. (Djauzak, 1996:4) Tahapan diatas adalah Teknik Menulis Permulaan dengan metode ...________________ A. Metode Eja B. Metode Kata Lembaga C. Metode SAS D. Metode Global 18 KD 1.2.1 Memilih berbagai Metode Menulis Permulaan 1). Mengenalkan kata 2). Merangkaikan kata antar suku kata 3). Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya 4). Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5) Tahapan diatas adalah Teknik Menulis Permulaan dengan metode ...________________ A. Metode Eja B. Metode Kata Lembaga C. Metode SAS D. Metode Global 19 KD 1.2.1 Memilih berbagai Metode Menulis Permulaan Metode dengan memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata disebut dengan metode ...________________ A. Metode Eja B. Metode Kata Lembaga C. Metode SAS D. Metode Global 20 KD 1.2.1 Memilih berbagai Metode Menulis Permulaan Suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa disebut dengan metode________________ A. Metode Eja B. Metode Kata Lembaga C. Metode SAS D. Metode Global 21 KD 1.2.1 Memilih berbagai Metode Menulis Permulaan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti adalah contoh metode ...________________ A. Metode Eja B. Metode Kata Lembaga C. Metode SAS D. Metode Global 22 KD 1.2.2 Merancang berbagai kegiatan menulis di kelas tinggi Berikut adalah kegiatan menulis lanjutan di kelas tinggi, kecuali...________________ A. menulis tentang berbagai topik B. menulis pengumuman C. menulis pantun D. menulis memo 23 KD 1.2.3 Perencanaan dan Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Perencanaan Pengajaran meliputi hal-hal berikut, kecuali...________________ A. tujuan apa yang hendak dicapai B. memilih bahan ajar C. proses belajar mengajar D. alat penilaian 24 KD 1.2.3 Perencanaan dan Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia karakteristik perencanaan pengajaran yang baik hendaknya mengandung prinsip sebagai berikut...________________ A. Memiliki sikap objektif rasio (tepat dan masuk akal), komprehensif dan sistematis (menyeluruh dan tersusun rapi). B. Merupakan suatu wahana atau wadah untuk mengembangkan segala potensi yang ada dan dimiliki oleh anak didik. C. Mengendalikan kekuatan sendiri, bukan didasarkan atas kekuatan orang lain. D. Melakukan studi kasus yang berkesinambungan. 25 KD 1.2.3 Perencanaan dan Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tahap mengumpulkan informasi tentang keadaan objek evaluasi (siswa) dengan menggunakan teknik tes atau nontes disebut tahapan ...________________ A. Tahap Tindak Lanjut B. Tahap Persiapan C. Tahap Pelaksanaan D. Tahap Pengolahan Hasil 26 KD 1.3.1 Merumuskan hakikat (pengertian,tujuan,jenis,manfaat) membaca membaca yang mengutamakan isi bacaan sebagai ungkapan pikiran, perasaan, dan kehendak penulis. Bila hanya ingin mengetahui isinya, membaca cerdas bersifat lugas. Akan tetapi, bial maksudnya untuk memahami dan memilki isi bacaan, maka tergolong kedalam membaca jenis ...________________ A. Membaca cerdas atau membaca dalam hati B. Membaca bahasa C. Membaca teknis D. Membaca bebas 27 KD 1.3.1 Merumuskan hakikat (pengertian,tujuan,jenis,manfaat) membaca membaca sesuatu atas kehendak sendiri tanpa adanya unsur paksaan dari luar. Unsur dari luar misalnya guru, orang tua, teman, atau pihak-pihak lain, termasuk jenis membaca________________ A. Membaca cerdas atau membaca dalam hati B. Membaca bahasa C. Membaca teknis D. Membaca bebas 28 KD 1.3.1 Merumuskan hakikat (pengertian,tujuan,jenis,manfaat) membaca 1. menggunakan ucapan yang tepat, 2. menggunakan frase yang tepat, 3. menggunakan intonasi suara yang wajar, 4. dalam posisi sikap yang baik, 5. menguasai tanda-tanda baca, 6. membaca dengan terang dan jelas, keterampilan di atas, harus dipunyai dalam jenis membaca ...________________ A. Membaca cerdas atau membaca dalam hati B. Membaca bahasa C. Membaca teknis D. Membaca nyaring 29 KD 1.3.1 Merumuskan hakikat (pengertian,tujuan,jenis,manfaat) membaca Hal berikut dilakukan seseorang ketika membaca survai , kecuali ...________________ A. memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan malihat abstrak(jika ada) B. memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada C. memeriksa indeks dan apendiks(jika ada) D. membaca biografi pengarang 30 KD 1.3.1 Merumuskan hakikat (pengertian,tujuan,jenis,manfaat) membaca Membaca jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang. Berdasarkan karakteristik diatas, kegiatan tersebut termasuk ke dalam membaca jenis ...________________ A. Membaca Survai (Survey Reading) B. Membaca Sekilas C. Membaca Dangkal (Superficial Reading) D. Membaca Nyaring 31 KD 1.3.1 Merumuskan hakikat (pengertian,tujuan,jenis,manfaat) membaca Berikut adalah tujuan umum dalam aktifitas membaca, kecuali ...________________ A. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). Membaca tersebut bertujuan untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan telah dilakukan oleh sang tokoh, untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. B. Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita (reading for sequenceor organization). Membaca tersebut bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian cerita dan hubungan antar bagian-bagian cerita. C. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading for inference). D. Membaca untuk memperoleh kekurangan suatu buku (finding mistakes). 32 KD 1.3.3 menemukan pesan pokok utama sebuah berita Simak penggalan berita berikut . Hebat, Siswa Indonesia Pertahankan Tradisi Emas di Olimpiade Fisika! Tim Olimpiade Fisika Indonesia REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Luar biasa. Lima siswa Indonesia yang dikirim ke ajang Olimpiade Fisika atau International Physics Olympiad (IPhO) ke-41 di Zagreb, Kroasia, 17-25 Juli, berhasil menyabet empat medali emas dan satu perak. Pelajar yang menyumbang emas adalah Muhammad Sohibul Maromi (SMAN 1 Pamekasan, Madura), Christian George Emor (SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, Sulawesi Utara), David Giovanni (SMAK Penabur Gading Serpong, Banten), dan Kevin Soedyatmiko (SMAN 12, Jakarta). Sedangkan medali perak berhasil diraih oleh Ahmad Ataka Awwalur Rizqi (SMAN 1, Yogyakarta). Prestasi ini jauh lebih baik dibanding ajang Olimpiade Fisika ke-40 di Merida Yucatan, Meksiko, 2009 yang lalu. Saat itu, delegasi siswa Indonesia merebut satu medali emas, dua medali perak, dan satu perunggu. Hasil empat medali emas dan satu perak ini, hampir menyamai prestasi terbaik sebelumnya pada ajang Olimpiade Fisika ke-37 di Singapura. Saat itu siswa Indonesia tidak hanya berhasil menyabet 4 medali emas, namun juga meraih predikat `Absolute Winner` atas nama Mailoa Jonathan Pradana (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta). Tapi yang terpenting lagi, pelajar Indonesia berhasil mempertahankan tradisi emas di setiap ajang Olimpiade Fisika. Red: Endro Yuwanto Peristiwa yang diberitakan adalah ...________________ A. siswa Indonesia pertahankan tradisi emas di Olimpiade Matematika B. siswa Indonesia pertahankan tradisi emas di Olimpiade Fisika C. siswa Indonesia menyumbang emas di Olimpiade Matematika D. siswa Indonesia menyumbang perak di Olimpiade Fisika 33 KD 1.3.3 menemukan pesan pokok utama sebuah berita Simak penggalan berita berikut . Hebat, Siswa Indonesia Pertahankan Tradisi Emas di Olimpiade Fisika! Tim Olimpiade Fisika Indonesia REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Luar biasa. Lima siswa Indonesia yang dikirim ke ajang Olimpiade Fisika atau International Physics Olympiad (IPhO) ke-41 di Zagreb, Kroasia, 17-25 Juli, berhasil menyabet empat medali emas dan satu perak. Pelajar yang menyumbang emas adalah Muhammad Sohibul Maromi (SMAN 1 Pamekasan, Madura), Christian George Emor (SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, Sulawesi Utara), David Giovanni (SMAK Penabur Gading Serpong, Banten), dan Kevin Soedyatmiko (SMAN 12, Jakarta). Sedangkan medali perak berhasil diraih oleh Ahmad Ataka Awwalur Rizqi (SMAN 1, Yogyakarta). Prestasi ini jauh lebih baik dibanding ajang Olimpiade Fisika ke-40 di Merida Yucatan, Meksiko, 2009 yang lalu. Saat itu, delegasi siswa Indonesia merebut satu medali emas, dua medali perak, dan satu perunggu. Hasil empat medali emas dan satu perak ini, hampir menyamai prestasi terbaik sebelumnya pada ajang Olimpiade Fisika ke-37 di Singapura. Saat itu siswa Indonesia tidak hanya berhasil menyabet 4 medali emas, namun juga meraih predikat `Absolute Winner` atas nama Mailoa Jonathan Pradana (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta). Tapi yang terpenting lagi, pelajar Indonesia berhasil mempertahankan tradisi emas di setiap ajang Olimpiade Fisika. Red: Endro Yuwanto Lima siswa Indonesia berhasil mendapatkan ...________________ A. 4 emas , 1 perak B. 1 emas, 4 perak C. 3 emas, 2 perak D. 2 perak , 3 emas 34 KD 1.3.4 menemukan pesan pokok dalam wacana naratif seperti cerita rakyat, puisi Surat dari ibu Jika bayang telah pudar Dan elang laut pulang ke sarang Angin bertiup ke benua Tiang – tiang akan kering sendiri Dan nahkoda sudah tau pedoman Boleh engkau datang padaku Makna lambang dari nahkoda sudah tahu pedoman adalah… ________________ A. Sudah mencari pedoman hidup B. Sudah menemukan arah dan tujuan C. Sudah berilmu dan berpengalaman D. Sudah mempunyai pasangan hidup 35 kd 1.3.5 membandingkan berbagai jenis wacana bahasa indonesia (deskripsi narasi) Pendekatan untuk mendapat tanggapan emosional pembaca ataupun kesan pembaca adalah contoh Pendekatan Deskripsi jenis ...________________ A. Pendekatan Ekspositoris. B. Pendekatan Impresionistik C. Pendekatan menurut sikap pengarang D. Pendekatan Realistik 36 kd 1.3.5 membandingkan berbagai jenis wacana bahasa indonesia (deskripsi narasi) Prinsip-Prinsip karangan Narasi sebagai berikut, kecuali ...________________ A. Alur B. Penokohan C. Amanat D. Sudut Pandang 37 kd 1.3.5 membandingkan berbagai jenis wacana bahasa indonesia (deskripsi narasi) 1. Menentukan tema atau amanat apa yang akan disampaikan. 2. Menetapkan sasaran pembaca. 3. Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema perkembangan,dan akhir cerita. 5. Memerinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita. 6. Menyusun tokoh dan perwatakan,serta latar dan sudut pandang. Karakteristik diatas adalah pengembengan dari paragraf...________________ A. Narasi B. Deskprisi C. Ekspositoris D. Sudut Pandang Persuasif 38 kd 1.3.5 membandingkan berbagai jenis wacana bahasa indonesia (deskripsi narasi) Karangan narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat disebut ...________________ A. Narasi Informatif B. Narasi Ekspositoris C. Narasi Sugestif D. Narasi Artistik 39 kd 1.3.5 membandingkan berbagai jenis wacana bahasa indonesia (deskripsi narasi) Ciri karangan Narasi yang benar adalah ... ________________ A. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri. Berusaha B. Ada konfiks, menjawab pertanyaan "apa yang terjadi?" C. Dirangkai dalam urutan waktu, menggambarkan dengan jelas suatu peristiwa D. Berisi ajakan, dirangkai dalam urutan waktu 40 kd 1.3.5 membandingkan berbagai jenis wacana bahasa indonesia (deskripsi narasi) Langkah menyusun paragraf deskripsi yang benar adalah ... (1).Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan. (2).Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan. (3).Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan). (4).Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan. (5).Tentukan tujuan. ________________ A. 1-5-2-3-4 B. 1-5-4-3-2 C. 1-5-3-2-4 D. 1-3-4-2-5 41 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek. Proses tersebut menurut Bruner dikategorikan ke dalam model ...________________ A. Tahap Enaktif B. Tahap Ikonik C. Tahap Simbolik D. Tahap Implikatif 42 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak Proses tersebut menurut Bruner dikategorikan ke dalam model ...________________ A. Tahap Enaktif B. Tahap Ikonik C. Tahap Simbolik D. Tahap Implikatif 43 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Objek belajar matematika dibagi kedalam Objek Langsung dan Objek Tak Langsung Hal tersebut adalah teori belajar Matematika menurut ...________________ A. Robert M. Gagne B. Jerome S. Burner C. Thorndike D. Skinner 44 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Perhatikan contoh berikut. Budi mempunyai 2 pinsil, kemudian ibunya memberikannya lagi 3 pinsil.Berapa banyak pinsil Budi sekarang ? Hal tersebut dikemukakan Bruner dalam Proses Pembelajaran Matematika dalam tahap ...________________ A. Simbolik B. Ikonik C. Implikatif D. Enaktif 45 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Perhatikan gambar disamping Ilustrasi di samping dikemukakan Bruner dalam Proses Pembelajaran Matematika dalam tahap ...________________ A. Simbolik B. Ikonik C. Implikatif D. Enaktif 46 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Perhatikan contoh berikut. Contoh : 2 pinsil + 3 pinsil = …pinsil Contoh tersebut dikemukakan Bruner dalam Proses Pembelajaran Matematika dalam tahap ...________________ A. Simbolik B. Ikonik C. Implikatif D. Enaktif 47 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Perhatikan contoh berikut. penjumlahan bilangan positif dan negatif siswa mencoba sendiri dengan menggunakan garis bilangan. Contoh tersebut dikemukakan Bruner dalam Teorema Pembelajaran Matematika ...________________ A. Penyusunan B. Notasi C. Pengkontrasan dan Keanekaragaman D. Pengaitan 48 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Perhatikan contoh berikut. Guru menjelaskan persegi panjang, disertai juga kemungkinan jajaran genjang dan segi empat lainnya selain persegi panjnag. Dengan demikian siswa dapat membedakan apakah segi empat yang diberikan padanya termasuk persegi panjang atau tidak. Contoh tersebut dikemukakan Bruner dalam Teorema Pembelajaran Matematika ...________________ A. Penyusunan B. Notasi C. Pengkontrasan dan Keanekaragaman D. Pengaitan 49 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Tahap pembelajaran Matematika menurut Van Halle adalah sebagai berikut, kecuali ..________________ A. Tahap Pengenalan B. Tahap Pengurutan C. Tahap Analisis D. Tahap Penyimpulan 50 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika • Matematika untuk tujuan pembelajaran dianalisis sebagai kumpulan fakta yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan. • Anak diharuskan menguasai unsur-unsur yang banyak sekali tanpa diperhatikan pengertiannya. • Anak mempelajari unsur-unsur dalam bentuk seperti yang akan digunakan nanti dalam kesempatan lain. • Anak akan mencapai tujuan ini secara efektif dan efisien dengan melalui pengulangan. Teori Pembelajaran Matematika tersebut dikemukakan oleh ...________________ A. Skinner B. Piaget C. Van Brownell D. Thorndike 51 Kd 3.1.1 Merancang aktivitas pembelajaran berdasarkan prinsip dan teori pembelajaran matematika Tahap operasional/operasi konkrit adalah teori Pembelajaran Matematika yang dikemukakan Peaget pada tahap usia ...________________ A. dibawah 2 tahun B. 2-7 Tahun C. 7-8 Tahun D. 7-12 Tahun 52 3.1.3 Memilih media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran operasi bilangan bulat Untuk operasi bilangan bulat perkalian , media yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. sapu lidi B. kerikil C. daun pakis D. koin 53 3.1.3 Memilih media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran operasi bilangan bulat Untuk operasi bilangan bulat negatif, kita bisa menggunakan media ...________________ A. uang kertas B. kerikil C. mistar D. koin 54 3.1.3 Memilih media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran operasi bilangan bulat Untuk operasi bilangan bulat penjumlahan, media yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. uang kertas B. kerikil C. daun pakis D. koin 55 3.1.4 Memilih media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran operasi bilangan pecahan Untuk operasi bilangan pecahan, kita bisa menggunakan media berikut, kecuali ...________________ A. kartu bilangan B. garis bilangan C. gambar bidang D. blok pecahan 56 3.1.6. Memilih media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran geometri dan pengukuran Untuk menghitung luas dan keliling bangun datar, media yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. Penggaris B. Kertas Folio Bergaris C. Neraca D. Kalkulator 57 4.1.1. Menganalisis dan menerapkan urutan operasi pada bilangan bulat. 420:20+(-33)+26=... Urutan operasi yang tepat untuk soal diatas adalah ...________________ A. 420:20, 26, +(-33) B. 420:20, +(-33), 26 C. +(-33), 26, 420 : 20 D. tidak ada jawaban yang benar 58 4.1.1. Menganalisis dan menerapkan urutan operasi pada bilangan bulat. 38 – (-20 ) = 58 Contoh di atas adalah contoh operasi hitung ...________________ A. Pembagian bilangan bulat B. Penambahan bilangan bulat C. Pengurangan bilangan bulat D. tidak ada jawaban yang benar 59 4.1.1. Menganalisis dan menerapkan urutan operasi pada bilangan bulat. (-38) + -20 = -18 Contoh di atas adalah contoh operasi hitung ...________________ A. Pembagian bilangan bulat B. Penambahan bilangan bulat C. Pengurangan bilangan bulat D. tidak ada jawaban yang benar 60 4.1.1. Menganalisis dan menerapkan urutan operasi pada bilangan bulat. Berikut adalah hal yang harus diperhatikan dalam operasi hitung bilangan campuran, kecuali ...________________ A. Jika terdapat operasi perkalian dan pembagian dengan penjumlahan dan atau pengurangan, selesaikan duru operasi perkalian atau pembagian baru pengurangan atau penjumlahan. B. Jika terdapat jumlahan dan pengurangan, maka kerjakan operasi hitung yang paling kiri/ditulis didepan. C. Jika pada operasi campuran terdapat operasi hitung dalam kurung, maka yang di dalam kurung terlebih dahulu yang diselesaikan. D. tidak ada jawaban yang benar 61 4.1.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat distribusi bilangan bulat. Hasil dari 5 x(-4 + 5 )________________ A. ( 5 x -4 ) + ( 5 x 5) B. ( 4 x -5 ) + ( 4 x 5) C. ( 5 x -4 ) + ( 5 x -4) D. ( 5 x 4 ) + ( -5 x 5) 62 4.1.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat distribusi bilangan bulat. a x (b – c) = ...________________ A. (a x b) + (a x c) B. (a x b) – (a x c) C. (c x b) + (-c x a) D. (c x a) – (a x b) 63 4.1.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat distribusi bilangan bulat. a x (b – c) = ...________________ A. (a x b) + (a x c) B. (a x b) – (a x c) C. (c x b) + (-c x a) D. (c x a) – (a x b) 64 4.2.1. Menganalisis dan menerapkan sifat-sifat urutan bilangan pecahan 1. Jadikan terlebih dahulu pecahan tersebut dalam jenis yang sama (pecahan biasa atau pecahan decimal) 2. Diurutkan baik dari mulai terkecil ke terbesar atau sebaliknya. 3. Diubah menjadi pecahan biasa, penyebut semua pecahan itu harus disamakan dulu. Urutan yang tepat dalam operasi pecahan beda penyebut adalah ...________________ A. 1-2-3 B. 1-3-2 C. 2-3-1 D. 2-1-3 65 4.2.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan Bibi membeli 3 karung beras masing-masing beratnya 10 ½ kg dan 1 kantong minnyak goreng seberat 3 ¼ kg. Maka berat seluruh belanjaan bibi adalah . . .________________ A. 34 3/4 kg B. 33 3/4 kg C. 35 1/4 kg D. 33 1/4 kg 66 4.2.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan 1/2 x n = 8/2, nilai n adalah . . .________________ A. 8 B. 16 C. 24 D. 32 67 4.2.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan 1/3 x n = 9, nilai n adalah . . .________________ A. 9 B. 18 C. 27 D. 54 68 4.2.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan 6 : n = 1/4, nilai n adalah . . .________________ A. 12 B. 18 C. 24 D. 32 69 4.2.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan 1/5 * 4/3 : 2 = ...________________ A. 2/15 B. 2/30 C. 4/15 D. 4/60 70 4.2.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan 2/9 : 2/9 : 3 = ...________________ A. 1/3 B. 1/9 C. 2/9 D. 1/4 71 4.2.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan 7/5 x 2/3 = ...________________ A. 14/15 B. 14/8 C. 9/15 D. 22/15 72 4.2.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan 1 - 1/5 - 1/4 = ... + 1/4________________ A. 0,30 B. 0,40 C. 0,20 D. 0,50 73 4.2.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan/rasio Jarak kota Singaraja ke kota Denpasar pada sebuah peta adalah 9 cm. Jika skala yang dipergunakan peta tersebut adalah 1 : 50.000, berapakah jarak kota Singaraja ke kota Denpasar sesungguhnya?________________ A. 0,45 KM B. 4,5 KM C. 45 KM D. 450 KM 74 4.2.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan/rasio Perbandingan banyaknya buah jeruk Dedi dengan Dino adalah 3 : 5. Jika jumlah buah jeruk Dedi 27 buah, jumlah buah jeruk Dino adalah . . .________________ A. 45 B. 72 C. 27 D. 54 75 4.2.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan/rasio Perbandingan banyaknya buah jeruk Dedi dengan Dino adalah 3 : 5. Jika jumlah buah jeruk Dino 45 buah, jumlah buah jeruk keduanya adalah . . .________________ A. 45 B. 72 C. 27 D. 54 76 4.2.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan/rasio Umur Ayah 35 tahun, sedangkan umur Kakek 63 tahun. Perbandingan umur Ayah dengan Kakek adalah . . .________________ A. 5 : 9 B. 5 : 8 C. 7 : 12 D. 7 : 9 77 4.2.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan/rasio Jarak sebenarnya antara kota A dan kota B adalah 40 km. Apabila jarak kedua kota di peta adalah 5 cm, maka skala peta adalah . . .________________ A. 1 : 8.000 B. 1 : 80.000 C. 1 : 800 D. 1 : 800.000 78 4.2.1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan. Diketahui pola bilangan sebagai berikut : 1, 3,7,15,... Angka berikutnya yang tepat mengisi titik-titik diatas adalah ...________________ A. 30 B. 31 C. 23 D. 32 79 4.2.1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola bilangan. Diketahui pola bilangan sebagai berikut : 18,21,26,33,... Angka berikutnya yang tepat mengisi titik-titik diatas adalah ...________________ A. 42 B. 52 C. 44 D. 46 80 4.2.2. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan persamaan variable Ibu membeli dua buah pensil dan dua buah buku, seharga 12.000. Ayah membeli satu buku dan empat pensil seharga 15.000 Berapakah harga satu buah pensil ?________________ A. 3.000 B. 3.500 C. 4.500 D. 4.000 81 4.2.2. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan persamaan variable 2 x + 10.000 = 20.000 Nilai x yang tepat adalah ...________________ A. 5.000 B. 7.500 C. 2.500 D. 10.000 82 4.2.2. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan persamaan variable diketahui : Luas persegi = 4X cm2 Sisi persegi = 8 cm Nilai X yang tepat adalah ? ________________ A. 64 cm B. 32 cm C. 16 cm D. 8 cm 83 4.3.1. Menganalisis dan menerapkan sifat-sifat segiempat. Bangun segi empat memiliki jumlah simetri lipat sebanyak ...________________ A. 2 B. 4 C. 8 D. 0 84 4.3.1. Menganalisis dan menerapkan sifat-sifat segiempat. 1. Memiliki empat buah garis rusuk sama panjang 2. Memiliki empat sudut sama besar 3. Memiliki dua simetri lipat 4. Memiliki empat simetri lipat Sifat segi empat yang tepat terdapat pada nomor ..________________ A. 1,2,3 B. 1,2,4 C. 2,3,4 D. 3,4,1 85 4.3.2. Menganalisis dan menerapkan sifat-sifat kesejajaran garis-garis. Bila terdapat 2 garis misal K,dan L dengan kemiringan yang berbeda, maka bila kedua garis tersebut terus diperpanjang akan menghasilkan garis yang ...________________ A. tidak akan berpotongan B. berpotongan C. bersebelahan D. bertetanggaan 86 4.3.2. Menganalisis dan menerapkan sifat-sifat kesejajaran garis-garis. Bila terdapat 2 garis misal K,dan L dengan kemiringan yang sama, maka bila kedua garis tersebut terus diperpanjang akan menghasilkan garis yang ...________________ A. tidak akan berpotongan B. berpotongan C. bersebelahan D. bertetanggaan 87 4.3.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan Sebuah kendaraan melaju dari Bogor ke Jakarta dengan kecepatan 60 km/jam. Jika jaran bogor Jakarta 180 km, berapa jam waktu yang dibutuhkan kendaraan tersebut untuk sampai ke Jakarta…?________________ A. 3 jam B. 30 menit C. 30 jam D. 3 menit 88 4.3.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan Jarak Jakarta - Bogor 60 km. Ayah berangkat ke Bogor dengan sepeda motor pukul 07.30 dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Berapa lama waktu tempuh yang dibutuhkan oleh ayah untuk sampai ke Bogor ?________________ A. 1,5 jam B. 2,5 jam C. 1,25 jam D. 2 jam 89 4.3.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan Jarak Jakarta - Bogor 60 km. Ayah berangkat ke Bogor dengan sepeda motor pukul 07.30 dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Pukul Berapakah ayah tiba di Bogor?________________ A. 08.30 B. 09.00 C. 09.30 D. 10.00 90 4.3.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan Rizky mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata 35 km/jam. Ia berangkat dari kota Jakarta menuju kota Bandung pukul 04.00. Jika Ia tiba di kota Bandung Pukul 07.00 Berapa Km-kah jarak yang telah ditempuh Rizky ?________________ A. 105 km B. 140 km C. 175 km D. 220 km 91 4.3.3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan Jarak dari kota Jakarta ke Ciawi 90 Km. Ahmad mengendarai mobil berangkat dari Jakarta pukul 06.00 dan tiba di Ciawi pukul 09.00. Berapakah kecepatan rata-rata Ahmad mengendarai mobil ?________________ A. 45 km/jam B. 30 km/jam C. 35 km/jam D. 40 km/jam 92 4.3.4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas daerah bangun datar. Luas bangun di samping adalah ...________________ A. 80 cm2 B. 75 cm2 C. 45 cm2 D. 36 cm2 93 4.3.4. Menyelesaikan maslah yang berkaitan dengan luas daerah bangun datar. Luas bangun di samping adalah ...________________ A. 32 cm2 B. 36 cm2 C. 42 cm2 D. 48 cm2 94 4.3.4. Menyelesaikan maslah yang berkaitan dengan luas daerah bangun datar. Luas lingkaran dengan jari-jari 7 cm adalah ...________________ A. 154 cm2 B. 146 cm2 C. 208 cm2 D. 49 cm2 95 4.3.4. Menyelesaikan maslah yang berkaitan dengan luas daerah bangun datar. Keliling belah ketupat ABCD adalah 80 cm, Panjang diagonal AC = 24 cm, luas belah ketupat tersebut adalah ...________________ A. 240 cm2 B. 286 cm2 C. 346 cm2 D. 384 cm2 96 4.3.4. Menyelesaikan maslah yang berkaitan dengan luas daerah bangun datar. Diketahui keliling persegi 32 cm Luas persegi tersebut adalah ...________________ A. 32 cm2 B. 64 cm2 C. 128 cm2 D. 72 cm2 97 4.3.4. Menyelesaikan maslah yang berkaitan dengan luas daerah bangun datar. Dari gambar layang-layang disamping, diketahui kelilingnya 66 cm Panjang AB 20 cm, dan panjang BD 24 cm Luas bangun layang-layang tersebut adalah ...________________ A. 240 cm2 B. 252 cm2 C. 260 cm2 D. 272 cm2 98 4.3.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang. Sebuah prisma alasnya berbentuk belahketupat dengan panjang diagonal masing-masing 15 cm dan 20 cm. Jika tinggi prisma 30 cm, berapa cm3 volume prisma tersebut? ________________ A. 4.500 cm 3 B. 2.750 cm 3 C. 3.500 cm 3 D. 1.500 cm 3 99 4.3.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang. Sebuah tangki minyak yang berbentuk tabung berjari-jari alas 1 m. Jika panjang tangki 28 dm, berapa liter minyak yang dapat dimuat oleh tangki tersebut?________________ A. 8.200 liter B. 8.400 liter C. 8.600 liter D. 8.800 liter 100 4.3.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang. Atap suatu rumah berbentuk limas. Alasnya berbentuk persegi panjang dengan panjang 20 m dan lebar 10 m. Jika tinggi limas 2 m, berapa meter kubik udara yang ada dalam ruangan atap tersebut?________________ A. 250 m3 B. 350 m3 C. 400 m3 D. 600 m3 101 4.3.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang. Volume prisma segitiga pada gambar di samping adalah ...________________ A. 1.257 m3 B. 1.344 m3 C. 1.500 m3 D. 1.616 m3 102 4.3.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang. Volume bangun di samping adalah ...________________ A. 240 m3 B. 360 m3 C. 480 m3 D. 600 m3 103 4.3.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang. Garis tengah lingkaran alas sebuah tabung 14 cm dan tingginya 10 cm Volumenya adalah ...________________ A. 4.750 m3 B. 5.280 m3 C. 6.610 m3 D. 6.780 m3 104 4.4.1. Menyajikan data dalam bentuk diagram Diketahui siswa yang menyukai olahraga voli 25%, sepak bola 50%, bulu tangkis 15%, dan sisanya tenis dan senam.Jika jumlah semua siswa 120, maka yang menyukai olahraga tenis sejumlah ...________________ A. 3 siswa B. 4 siswa C. 5 siswa D. 6 siswa 105 4.4.1. Menyajikan data dalam bentuk diagram Jumlah seluruh siswa kelas IV, V, dan VI adalah ... ________________ A. 145 siswa B. 155 siswa C. 165 siswa D. 175 siswa 106 4.4.1. Menyajikan data dalam bentuk diagram Data ulangan harian Budi : 60, 70, 75 dan 65. Maka rata-rata nilai ulangan Budi adalah ...________________ A. 65 B. 67,5 C. 70 D. 72,5 107 4.4.1. Menyajikan data dalam bentuk diagram Berikut data nilai rapot salah seorang siswa : 8, 6, 7, 8, 9, 7, 8, 9, 6, 8, Rata-rata nilai rapot siswa tersebut adalah ...________________ A. 7,4 B. 7,5 C. 7,6 D. 6,6 108 6.2.2 Menyimpulkan macam-macam pengangkutan pada tumbuhan Sel yang hidup memiliki diding primer dengan lubang kecil disebut ...________________ A. Parenkim floem B. Serabut floem C. Sel pengiring D. Buluh tapis 109 6.2.2 Menyimpulkan macam-macam pengangkutan pada tumbuhan Jaringan yang terdapat bagian kulit kayu berfungsi menyalurkan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan, disebut jaringan ...________________ A. Xilem B. Floem C. Parenkim D. Trakeal 110 6.2.2 Menyimpulkan macam-macam pengangkutan pada tumbuhan Jaringan yang terdapat pada bagian kayu tanaman yang berfungsi menyalurkan air dari akar menuju bagian atas tanaman, disebut Jaringan ...________________ A. Xilem B. Floem C. Parenkim D. Trakeal 111 6.2.2 Menyimpulkan macam-macam pengangkutan pada tumbuhan Di dalam jaringan floem terdapat bagian yang berbentuk silinder-silinder dan lebih besar daripada sel-sel disebut dengan ... ________________ A. Sel Pengiring B. Buluh Tapis C. Parenkim Floem D. Trakeal 112 KD 6.4.1 Memilih alat ukur yang sesuai dengan besaran yang diukur Diantara alat pengukur panjang berikut, yang memiliki kepresisian paling tinggi adalah ...________________ A. Mistar B. Jangka Sorong C. Mikrometer Sekrup D. Lup 113 KD 6.4.1 Memilih alat ukur yang sesuai dengan besaran yang diukur Untuk mengukur kuat arus listrik kita menggunakan ... ________________ A. Amperemeter B. Volt meter C. Higrometer D. Barometer 114 KD 6.4.1 Memilih alat ukur yang sesuai dengan besaran yang diukur Untuk mengukur tegangan listrik kita menggunakan ... ________________ A. Amperemeter B. Volt meter C. Higrometer D. Barometer 115 6.3.2 Menganalisis kelainan dan gangguan pada sistem pernapasan manusia penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium tuberculosis dapat mengakibatkan penyakit ...________________ A. TBC B. Asma C. Bronkhitis D. Laringitis 116 6.3.2 Menganalisis kelainan dan gangguan pada sistem pernapasan manusia Seseorang mengalami Penyempitan saluran pernapasan akibat terjadinya pembengkakan kelenjar limfa di dalam tubuhnya. Penyakit ini dikenal dengan nama ...________________ A. TBC B. Asma C. Polip D. Laringitis 117 6.3.2 Menganalisis kelainan dan gangguan pada sistem pernapasan manusia Seseorang mengalami gangguan pernapasan karena penyempitan saluran pernapasan. Penyakit ini dikenal dengan nama ...________________ A. TBC B. Asma C. Polip D. Laringitis 118 6.3.2 Menganalisis kelainan dan gangguan pada sistem pernapasan manusia Seorang siswa didiagnosis mengalami gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh virus ...________________ A. H5N1 B. Influenza C. Mycobacterium D. Cytomegalovirus 119 6.6.1 Menganalisis sifat-sifat cahaya Ganbar diatas menunjukkan sifat cahaya yaitu ...________________ A. Merambat Lurus B. Menembus Benda Bening C. Dibiaskan D. Dipantulkan 120 6.6.1 Menganalisis sifat-sifat cahaya Berkas lampu sorot pada malam hari menunjukkan salah satu sifat cahaya yaitu________________ A. Merambat lurus B. Menembus benda bening C. Dibiaskan D. Dipantulkan 121 6.6.1 Menganalisis sifat-sifat cahaya Percobaan diatas menunjukkan salah satu sifat cahaya yaitu...________________ A. Merambat lurus B. Menembus benda bening C. Dibiaskan D. Dipantulkan 122 6.6.1 Menganalisis sifat-sifat cahaya Percobaan diatas menunjukkan salah satu sifat cahaya yaitu...________________ A. Merambat lurus B. Menembus benda bening C. Dibiaskan D. Dipantulkan 123 6.6.1 Menganalisis sifat-sifat cahaya Jika kita berada di dalam ruangan berkaca berwarna bening dan kita memandang ke halaman kita dapat melihat anak-anak yang sedang bermain di halaman. Percobaan diatas menunjukkan salah satu sifat cahaya yaitu...________________ A. Merambat lurus B. Menembus benda bening C. Dibiaskan D. Dipantulkan 124 6.6.1 Menganalisis sifat-sifat cahaya Jika cahaya mengenai benda yang gelap (tidak bening) misalnya pohon, tangan, mobil, maka akan membentuk bayangan. Percobaan diatas menunjukkan salah satu sifat cahaya yaitu...________________ A. Merambat lurus B. Menembus benda bening C. Dibiaskan D. Dipantulkan 125 6.6.1 Menganalisis sifat-sifat cahaya Peristiwa terbentuknua Pelangi menunjukkan salah satu sifat cahaya yaitu...________________ A. Merambat lurus B. Diuraikan C. Dibiaskan D. Dipantulkan 126 6.7.1 Mengelompokkan planet-planet dalam tata surya Berdasarkan letak planet terhadap bumi, planet dikelompokkan menjadi planet dalam dan planet luar. Berikut adalah Planet yang ada dibagian luar , kecuali ...________________ A. Mars B. Saturnus C. Merkurius D. Jupiter 127 6.7.1 Mengelompokkan planet-planet dalam tata surya Berdasarkan letak planet terhadap bumi, planet dikelompokkan menjadi planet dalam dan planet luar. Berikut adalah Planet yang ada dibagian dalam , kecuali ...________________ A. Tidak ada jawaban yang benar B. Bumi C. Merkurius D. Venus 128 6.7.2 Menganalisis proses terjadinya tata surya Menurut teori ini mula-mula ada sebuah nebula yang baur dan hampir bulat yang berotasi dengan kecepatan sangat lambat sehingga mulai menyusut.Akibatnya terbentuklah sebuah cakram datar bagian tengahnya.penyusutan berlanjut dan terbentuk matahari di pusat cakram. Fenomena di atas termasuk ke dalam teori ...________________ A. Teori Kabut B. Teori Planetesimal C. Teori Bintang Kembar D. Teori Pasang Surut 129 6.7.2 Menganalisis proses terjadinya tata surya Matahari sebelumnya telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak di langit.Suatu ketika bintang berpapasan dengan Matahari dalam jarak yang dekat.Karena jarak yang dekat, tarikan gravitasi bintang yang lewat sebagian bahan dari Matahari(mirip lidah raksasa) tertarik ke arah bintaang tersebut. Fenomena di atas termasuk ke dalam teori ...________________ A. Teori Kabut B. Teori Planetesimal C. Teori Bintang Kembar D. Teori Pasang Surut 130 6.7.2 Menganalisis proses terjadinya tata surya Matahari merupakan bintang kembar kemudian bintang kembarannya meledak menjadi kepingan-kepingan.Karena pengaruh gaya gravitasi bintang yang tidak meledak(Matahari),maka kepingan-kepingan itu bergerak mengitari bintang tersebut dan menjadi planet-planet. Fenomena di atas termasuk ke dalam teori ...________________ A. Teori Kabut B. Teori Planetesimal C. Teori Bintang Kembar D. Teori Pasang Surut 131 6.7.2 Menganalisis proses terjadinya tata surya Tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi Matahari.Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi Matahari.Gas-gas panas tersebut kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit. Fenomena di atas termasuk ke dalam teori ...________________ A. Teori Kabut B. Teori Planetesimal C. Teori Bintang Kembar D. Teori Pasang Surut 132 6.7.2 Menganalisis proses terjadinya tata surya tata surya terbentuk oleh gumpalan awan gas dan yang jumlahnya sangat banyak.Suatu gumpalan mengalami pemampatan dan menarik partikel-partikel debu membentuk gumpalan bola.Pada saat itulah terjadi pilinan yang membuat gumpalan bola menjadi pipih menyerupai cakram (tebal bagian tengah dan pipih di bagian tepi).Karena bagian tengah berpilin lambat mengakibatkan terjadi tekanan yang menimbulkan panas dan cahaya(Matahari).Bagian tepi cakram berpilin lebih cepat sehingga terpecah menjadi gumpalan yang lebih kecil.Gumpalan itu kemudian membeku menjadi planet dan satelit. Fenomena di atas termasuk ke dalam teori ...________________ A. Teori Kabut B. Teori Planetesimal C. Teori Bintang Kembar D. Teori Proto Planet 133 6.7.2 Menganalisis proses terjadinya tata surya Teori ini menyatakan matahari dan bumi berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda. Teori ini dikenal dengan nama ...________________ A. Teori Monistik B. Teori Dualistik C. Teori Kembar D. Teori Planet 134 6.7.2 Menganalisis proses terjadinya tata surya Teori ini menyatakan menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari materi yang sama. Teori ini dikenal dengan nama ...________________ A. Teori Monistik B. Teori Dualistik C. Teori Kembar D. Teori Planet 135 6.6.5 Menganalisis peran kalor dalam mengubah suhu benda. Jika sebuah logam yang salah satu ujungnya dipanaskandalam selang waktu tertenu, ujung lainnya pun akan terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada batang logam tersebut terjadi aliran atau perpindahan kalor dari bagian logam yang bersuhu tinggi ke bagian logam yang bersuhu rendah. Hal ini merupakan contoh perpindahan kalor yang disebut ... ________________ A. Konveksi B. Radiasi C. Konduksi D. Pulsasi 136 6.6.5 Menganalisis peran kalor dalam mengubah suhu benda. Padasaat anda memenaskan air di kompor menggunakan sebuah panci, akan terjadi perambatan kalor dari air yang ada di dasar panci ke permukaan. Hal ini merupakan contoh perpindahan kalor yang disebut ... ________________ A. Konveksi B. Radiasi C. Konduksi D. Pulsasi 137 6.6.5 Menganalisis peran kalor dalam mengubah suhu benda. Saat acara api unggun pada kegiatan Pramuka di sekolah,kita dapat merasakan hangat di sekitar nyala api unggun Hal ini merupakan contoh perpindahan kalor yang disebut ... ________________ A. Konveksi B. Radiasi C. Konduksi D. Pulsasi 138 6.6.5 Menganalisis peran kalor dalam mengubah suhu benda. Perambatan panas dengan tidak diikuti perpindahan zat disebut dengan ...________________ A. Konveksi B. Radiasi C. Konduksi D. Pulsasi 139 6.6.5 Menganalisis peran kalor dalam mengubah suhu benda. Perambatan panas tanpa diikuti pelantara apapun disebut dengan ...________________ A. Konveksi B. Radiasi C. Konduksi D. Pulsasi 140 6.6.5 Menganalisis peran kalor dalam mengubah suhu benda. Perambatan panas yang diikuti dengan perpindahan zat disebut dengan ...________________ A. Konveksi B. Radiasi C. Konduksi D. Pulsasi 141 6.6.5 Menganalisis peran kalor dalam mengubah suhu benda. Setrika listrik dan solder menggunakan prinsip perpindahan kalor secara ...________________ A. Konveksi B. Radiasi C. Konduksi D. Pulsasi 142 6.6.4 Memprediksi peristiwa pemuaian dalam kehidupan sehari-hari Pemasangan kaca jendela pada bingkai yang rapat (tidak ada celah) dapat menyebabkan kaca pecah karena ...________________ A. kaca jendela akan memuai jika terkena panas (suhu naik). B. kaca jendela akan memuai jika terkena panas (suhu turun). C. kaca jendela akan melengkung jika terkena panas (suhu naik). D. kaca jendela akan memadat jika terkena panas (suhu naik). 143 6.6.4 Memprediksi peristiwa pemuaian dalam kehidupan sehari-hari Berikut adalah permasalahan yang timbul akibat pemuaian zat, kecuali ...________________ A. Pemasangan kaca jendela pada bingkai yang rapat B. Rel kereta api dapat bengkok (melengkung) C. Pada jembatan layang dibuat celah dari keping baja D. Menyimpan ban sepeda yang telah dipompa di keramik 144 6.6.3 Menganalisis jenis-jenis gaya dalam kehidupan sehari-hari Pemain bola menendang bola, sapi menarik pedati, dan sebagainya. Adalah contoh dari gaya ...________________ A. Gaya otot B. Gaya pegas C. Gaya gesek D. Gaya magnet 145 6.6.3 Menganalisis jenis-jenis gaya dalam kehidupan sehari-hari Seorang siswa menghapus papan tulis, ketika kita mengerem sepeda, ayah mengasah pisau. Adalah contoh dari gaya ...________________ A. Gaya otot B. Gaya pegas C. Gaya gesek D. Gaya magnet 146 6.6.3 Menganalisis jenis-jenis gaya dalam kehidupan sehari-hari Ujung gunting untuk memudahkan mengambil jarum jahit. Adalah penerapan dari gaya ...________________ A. Gaya otot B. Gaya pegas C. Gaya gesek D. Gaya magnet 147 6.6.3 Menganalisis jenis-jenis gaya dalam kehidupan sehari-hari orang yang sedang memanah, orang yang melompat dari trampolin Adalah penerapan dari gaya ...________________ A. Gaya otot B. Gaya pegas C. Gaya gesek D. Gaya magnet 148 6.6.2 Menyelidiki konsep kelistrikan dan kemagnetan Konsep yang sama-sama dimiliki listrik dan magnet yaitu ...________________ A. memiliki dua kutub yang berbeda B. memiliki dua kutub yang sama C. memiliki konduktor dan isolator D. memiliki arus 149 6.5.1 Mengkategorikan penyebab perubahan sifat benda. Kulit buah yang semula berwarna kuning akan berubah menjadi cokelat kehitaman. Apabila dipegang, daging buahnya terasa lunak. Hal tersebut adalah contoh perubahan sifat benda dikarenakan ...________________ A. pembusukan B. pemuaian dan penyusutan C. pencampuran dengan air D. pembakaran 150 6.5.1 Mengkategorikan penyebab perubahan sifat benda. Balon yang Balon yang berisi udara penuh jika dibiarkan terkena panas matahari lama kelamaan akan meletus Hal tersebut adalah contoh perubahan sifat benda dikarenakan ...________________ A. pembusukan B. pemuaian dan penyusutan C. pencampuran dengan air D. pembakaran 151 6.5.1 Mengkategorikan penyebab perubahan sifat benda. Berikut adalah penyebeb perubahan sifat benda, kecuali ...________________ A. pembusukan B. pemuaian dan penyusutan C. pencampuran dengan air D. peleburan 152 6.2.1 Menganalisis proses-proses fotosintesis pada tumbuhan Reaksi yang dihasilkan fotosintesis adalah ...________________ A. Glukosa + 6 O2 B. Glukosa + 6 CO2 C. Glukosa + 3 O2 D. Glukosa + 3 CO2 153 6.2.1 Menganalisis proses-proses fotosintesis pada tumbuhan Reaksi yang disebut juga fotolisis karena proses penyerapan energi cahaya dan penguraian molekul air menjadi oksigen dan hidrogen, disebut dengan ...________________ A. Reaksi Terang B. Reaksi Gelap C. Reaksi Hidrolisis D. Reaksi Cahaya 154 6.2.1 Menganalisis proses-proses fotosintesis pada tumbuhan Reaksi yang berlangsung di dalam stroma yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 yang diperoleh dari udara dan energi pada fotosintesis disebut dengan ...________________ A. Reaksi Terang B. Reaksi Gelap C. Reaksi Hidrolisis D. Reaksi Cahaya 155 6.2.1 Menganalisis proses-proses fotosintesis pada tumbuhan Melalui fotosintesis, air dan karbon dioksida kemudian diubah menjadi ...________________ A. Glukosa dan Oksigen B. Karbohidrat dan Glukosa C. Karbohidrat dan Oksigen D. Glukosa dan Karbondioksida 156 5.1.3 Merancang kegiatan pembelajaran IPA melalui penyelidikan ilmiah agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan IPA Siswa melakukan penyelidikan dan pengamatan melalui observasi untuk menemukan jawaban-jawaban dari rasa ingin tahu yang dimiliki oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru menyiapkan lembar pengematan bagi siswa agar siswa mencatat semua proses pengamatannya sehingga mendapatkan kesimpulan akhir berkenaan dengan pembelajaran IPA. Model pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tahap diatas disebut dengan metode ...________________ A. Inkuiri B. Relasional C. Aktivitas D. Probabilitas 157 5.1.3 Merancang kegiatan pembelajaran IPA melalui penyelidikan ilmiah agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan IPA - Mengkaji GBPP IPA untuk menganalisis konsep-konsep penting yang akan diajar. - Membuat bagan konsep yang menghubungkan konsep satu dengan konsep lannya - Memilih tema sentral yang dapat menjadi payung untuk memadukan konsep-konsep tersebut - Membuat TPK dan deskripsi kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan ingkat perkembangan untuk setiap kondep. - Menyusun bahan bacaan berupa bacaan cerita yang mengacu pada tema, disertai gambar dan permainan. - Menyusun jadwal kegiatan dan alokasi waktu yang diperlukan secara proporsional. - Menyusun kisi-kisi perangkat tes dan soal tes. Karakteristik model pembelajaran diatas sesuai dengan metode pembelajaran________________ A. Inkuiri B. Terpadu C. Aktivitas D. Probabilitas 158 5.1.2 Merumuskan tujuan pembelajaran (proses, produk, dan sikap) sifat benda padat, cair dan gas sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi ajar. Beberapa rumusan pembelajaran (prose, produk, dan sikaf) sifat benda padat, cair dan gas adalah untuk mencapai tujuan berikut, kecuali ...________________ A. Melalui pengamatan siswa dapat menjelaskan sifat-sifat benda padat, cair dan gas. B. Dengan percobaan, siswa dapat mengelompokkan benda-benda padat, cair dan gas. C. Melalui pengamatan siswa dapat member contoh pemanfaat benda padat, cair dan gas dalam kehidupan sehari-hari. D. Melalui pengamatan, siswa dapat menemukan sifat benda yang baru 159 5.1.4 Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses, dan sikap ilmiah) Pada kompetensi pembelajaran " Gerak Benda " , Metode pembelajaran IPA yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. Metode Eksperimen B. Metode Ceramah C. Metode Diskusi D. Metode Bermain Peran 160 5.1.4 Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses, dan sikap ilmiah) Pada kompetensi pembelajaran " Sifat Benda " , Metode pembelajaran IPA yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. Metode Demonstrasi B. Metode Ceramah C. Metode Diskusi D. Metode Bermain Peran 161 5.1.4 Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses, dan sikap ilmiah) Pada kompetensi pembelajaran " Jenis Makanan Hewan " , Metode pembelajaran IPA yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. Metode Demonstrasi B. Metode Ceramah C. Metode Diskusi D. Metode Bermain Peran 162 5.1.4 Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses, dan sikap ilmiah) Pada kompetensi pembelajaran " Gerhana Bulan dan Matahari" , Metode pembelajaran IPA yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. Metode Demonstrasi B. Metode Ceramah C. Metode Diskusi D. Metode Bermain Peran 163 5.1.4 Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses, dan sikap ilmiah) Pada kompetensi pembelajaran "Struktur Bumi" , Metode pembelajaran IPA yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. Metode Demonstrasi B. Metode Ceramah C. Metode Diskusi D. Metode Bermain Peran 164 5.1.4 Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses, dan sikap ilmiah) Pada kompetensi pembelajaran "Fotosintesis" , Metode pembelajaran IPA yang paling tepat digunakan adalah ...________________ A. Metode Eksperimen B. Metode Ceramah C. Metode Diskusi D. Metode Bermain Peran 165 5.1.4 Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses, dan sikap ilmiah) Berikut adalah keunggulan metode ceramah, kecuali ...________________ A. Menyampaikan materi lebih banyak dibandingkan materi lain B. Pada pembelajaran IPA tidak diperlukan terlalu banyak peralatan laboratorium C. Dapat membangkitkan aktivitas siswa D. Konsep yang dipelajari akan mudah diingat karena dilihat secara langsung 166 5.1.4 Mengkombinasikan beragam pendekatan/ strategi/ metode/ teknik pembelajaran IPA untuk mencapai tujuan pembelajaran (produk, proses, dan sikap ilmiah) Berikut adalah kelemahan metode eksperimen, kecuali ...________________ A. Memerlukan bahan dan alat praktik yang banyak B. Kalau tidak diawasi dengan baik, kadang siswa main-main C. Memerlukan waktu lebih lama dibanding metode demonstrasi D. Siswa kurang terlatih dalam penggunaan alat 167 5.1.5 Menggabungkan beragam asessmen dalam mengevaluasi tujuan pembelajaran IPA (produk, proses, dan sikap ilmiah) Berikut adalah fungsi Assesmen dalam Pembelajaran IPA Sekolah Dasar, kecuali ...________________ A. Sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, memperkaya pembelajran IPA di kelas. B. Sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran. C. Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA D. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA yang telah diekspektasikan sebelumnya 168 5.1.5 Menggabungkan beragam asessmen dalam mengevaluasi tujuan pembelajaran IPA (produk, proses, dan sikap ilmiah) Asesmen Sumatif dilaksanakan pada saat ...________________ A. Sebelum pembelajaran B. Pada saat pembelajaran C. Setelah pembelajaran D. Pada saat 3/4 pembelajaran 169 5.1.5 Menggabungkan beragam asessmen dalam mengevaluasi tujuan pembelajaran IPA (produk, proses, dan sikap ilmiah) Asesmen Formatif dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut...________________ A. Lisan dan Tulisan B. Unjuk Kerja dan Tulisan C. Lisan, Tulisan, dan Unjuk Kerja D. Jurnal 170 5.1.5 Menggabungkan beragam asessmen dalam mengevaluasi tujuan pembelajaran IPA (produk, proses, dan sikap ilmiah) Asesmen Diagnostik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut...________________ A. Lisan dan Tulisan B. Unjuk Kerja dan Tulisan C. Lisan, Tulisan, dan Unjuk Kerja D. Jurnal 171 6.2.3 Menggambarkan hubungan manusia, lingkungan dan pemeliharaannya Kebun botani (raya), arboretum, kebun binatang dan aquarium adalah metode konservasi dengan cara ...________________ A. Insitu B. Eksitu C. Evolusionari D. Dumping 172 6.2.3 Menggambarkan hubungan manusia, lingkungan dan pemeliharaannya Hutan Lindung adalah metode konservasi dengan cara ...________________ A. Insitu B. Eksitu C. Evolusionari D. Dumping 173 6.2.3 Menggambarkan hubungan manusia, lingkungan dan pemeliharaannya konservasi suatu species di luar habitat aslinya disebut dengan konservasi...________________ A. Insitu B. Eksitu C. Evolusionari D. Dumping 174 6.3.1 menguraikan fungsi kelenjar-kelenjar yang berhubungan dengan sistem pencernaan pada manusia Fungsi kelenjar ludah yang benar adalah ...________________ A. Membantu mencerna makanan B. Membantu menelan C. Membantu agar mulut tidak kering D. Membantu mulut agar tidak lembab 175 6.3.1 menguraikan fungsi kelenjar-kelenjar yang berhubungan dengan sistem pencernaan pada manusia Fungsi kelenjar ludah yang benar adalah sebagai berikut, kecuali ...________________ A. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan B. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan C. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer D. Membantu mulut agar berada dalam keadaan lembab 176 6.3.1 menguraikan fungsi kelenjar-kelenjar yang berhubungan dengan sistem pencernaan pada manusia Kelenjar yang berfungsi menghasilkan enzim pencernaan yang dialirkan menuju duodenum, yaitu:enzim amilase, enzim tripsinogen, enzim lipase dan NaHCO3 adalah kelenjar ... ________________ A. Saliva B. Pankreas C. Usus Halus D. Lambung 177 6.3.3 mengidentifikasi perbedaan otot dan rangka sebagai sistem gerak pada manusia Rangka tubuh manusia memiliki fungsi utama sebagai berikut, kecuali ...________________ A. Memberi bentuk tubuh B. Tempat melekatnya otot C. Sistem kekebalan tubuh D. Menjamin kekokohan tubuh 178 6.3.3 mengidentifikasi perbedaan otot dan rangka sebagai sistem gerak pada manusia Bagian tubuh yang berkontraksi , berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh baik yang di sadari maupun yang tidak disebut dengan ...________________ A. otot B. tulang C. rangka D. jaringan 179 6.3.3 mengidentifikasi perbedaan otot dan rangka sebagai sistem gerak pada manusia Pernyataan yang benar berkaitan dengan otot dan rangka adalah ...________________ A. Otot hanya berkontraksi, tidak berelaksasi B. 60% berat tubuh kita terdiri dari otot C. Rangka tidak dapat bergerak sendiri, namun dibantu otot D. Manusia bisa bergerak cukup dengan otot saja 180 6.6.3 Menganalisis kebutuhan energi dan daya listrik dalam kehidupan sehari-hari Berikut adalah cara penghematan listrik yang baik, kecuali ________________ A. Tidak sering membuka pintu kulkas B. Mengatur tingkat kepanasan setrika C. Menggunakan lampu hemat energi D. Menggunakan TV dan Radio bersamaan untuk menggali informasi 181 6.6.3 Menganalisis kebutuhan energi dan daya listrik dalam kehidupan sehari-hari Berikut ini adalah contoh energi terbarukan, kecuali ...________________ A. Energi Matahari B. Energi Nuklir C. Energi Laut D. Energi Minyak Bumi 182 6.6.3 Menganalisis kebutuhan energi dan daya listrik dalam kehidupan sehari-hari Berikut ini adalah contoh perubahan energi, dari energi cahaya menjadi energi kimia yaitu pada ...________________ A. Baterai B. Fotosintesis C. Solder Listrik D. Tenaga surya