SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI MENURUT JB
SAY
Setelah kita mendiskusikan dan
mencoba mengarungi anasir-anasir pemikiran sang professor dari skotlandia,
tibalah saatnya kita untuk mencoba mengarungi samudra pemikiran pemikir ekonomi
klasik lainnya pasca Adam Smith. Sebelum terlalu jauh menggali dan mengarungi
pemikiran para tokoh setelah Smith, perlu kita ingat kembali bahwa dogma
tentang laissez faire banyak
memberikan pengaruh yang sangat besar, bahkan dogma laissez faire yang terkandung dalam The Wealth of Nations menjadi semacam dermaga untuk semua pemikir
ekonomi klasik dalam melabuhkan pemikiran-pemikirannya. Dari sinilah berbagai
macam penggalan-penggalan sejarah tercatat.
Sejarah telah menorehkan catatanya,
bahwa magnum-opus sang
professor skotlandia tersebut banyak di gemari oleh pemikir ekonomi klasik
setelahnya, salah satunya adalah Jean-Baptiste Say. Ekonom asal prancis
tersebut memang sudah akrab dengan The
Wealth of Nations, selain JB-Say masih banyak lagi ekonom-ekonom lainnya
yang menjadi derivat-derivat penganut aliran ekonomi klasik seperti Thomas
Robert Malthus, Frederick Bastiat, dan David Ricardo meskipun ketiganya
memiliki cara pandang yang berbeda dalam pemikiran.
Pada tulisan ini saya mencoba
mengawali persinggahan ke dermaga pemikiran Jean- Say terlebih dahulu, sebelum
menuju pada pemikir-pemikir lainnya. JB-Say memang merupakan ekonom yang
berpengaruh kala itu, karena untuk kali pertamanya dari konstruksi pemikirannya
lahirlah tentang teori nilai alternative JB-Saya juga memperkenalkan
hukum pasar Say, selain itu juga Say lah orang yang pertama kali memunculkan
istilah “entrepreneur” ke
permukaan. Tentunya akan ada beberapa kesaksian terkait sumbangsih dari tokoh
yang satu ini, yang nanti akan kita coba bahas satu per satu.
Sebuah manuskrip yang pertama kali
Say tulis yang, menjadi kesaksian intelektual Say, karya monumental tersebut
adalah Treatise on Political Economy
yang di terbitkan pada tahun 1803. Tidak dapat disangkal bahwa magnum-opus tersebut menjadi sebuah
buku ajar yang wajib di baca dan di miliki oleh para pengajar serta mahasiswa
di Eropa dan Amerika kala itu.
I
Tentang Jean-Baptiste Say
Tentang Jean-Baptiste Say
Maestro Ekonomi yang satu ini,
merupakan tokoh yang teramat penting dalam skrip drama sejarah pemikiran
ekonomi Perancis bahkan dunia. JB-Say lahir di kota Lyon, Perancis pada
5 Januari 1767, dia adalah anak sulung dari tiga bersaudara[3] ia dilahirkan dan dibesarkan dari
keluarga saudagar yang ber latar agama protestan yang taat. Jean-Baptiste Say
kecil memang sudah menampakan sisi-sisi kecerdasannya, dengan melihat potensi
yang dimiki oleh Say, maka ayahnya (Jean-Etienne Etienne Say) berusaha
memberikan arahan agar ia memiliki latar belakang pendidikan yang kuat. Maka
pada usia 9 tahun Jean-Etienne Etienne Say mendaftarkan putranya Say pada
sebuah sekolah asrama, yang dikelola oleh dua imigran italia yaitu
Giro dan Gorati, upaya ayahnya tersebut bertujuan agar, ia memiliki
dedikasi dalam pendidikan dan keilmuan, sebagai upaya untuk mengimbangi
studi tentang pemahaman agama yang terkenal kolot pada masa itu[4]. Ruang pendidikan formal itulah yang
membuat Say menemukan sebuah kedalaman pemahaman dan ketertarikannya terhadap science. Namun karena kesulitan
ekonomi, maka dengan sangat terpaksa dia harus keluar dari pendidikan
formalnya.
Terpaan kesulitan ekonomi tidak
membuat Say memiliki krisis haparan untuk meretas se-utas rajutan mimpi yang
kelak akan ia garap di kemudian hari. Ini dibuktikan ketika ayahnya kemudian
mengirim Say dengan saudaranya Horace ke Inggris pada tahun 1785 untuk
mempelajari bahasa Inggris dan untuk mempelajari studi dibidang industri
komersial, terutama yang berhubungan dengan fashion yang sedang di gandrungi oleh kaula muda kala itu.
Alur cerita yang terbentuk di Inggris
ternyata banyak memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemikiran Say,
hal tersebut patut di-amini karena pada waktu itu Inggris sedang berada dalam
sebuah transformasi peradaban besar, yaitu revolusi industri yang memberikan
celah yang sangat lebar dalam kontestasi tekno-science
dan indutri. Selain itu juga di Inggris Say mulai mengenal karya Adam Smith (The Wealth of Nations) yang kelak
akan banyak memberikan influence
yang sangat berarti dalam pemikiran Say.
Selama di Inggris juga Say selalu
bermasalah dengan kondisi krisis keuangan yang terus-menerus mendera, hal tersebut
dikarenakan Say tidak memiliki pekerjaan yang tetap selama di Inggris, sehingga
kondisi tersebut kemudian memaksa dia kembali ke Paris untuk menemani
keluarganya. Berangkat dari titik inilah, dia mengawali karirnya sebagai
karyawan di perusahaan asuransi pada tahun 1787.
J-B Say merupakan salah satu ekonom
yang hidup di masa-masa sulit[5]. Pada usia 15 tahun pada puncak revolusi
perancis Say sudah nampak sebagai seorang pemikir yang kritis, karena pada usia
tersebut sosok Jean-Baptiste Say telah dipengaruhi oleh Autobiography Benjamin Franklin, ketertarikannya pada Franklin
cukup beralasan, karena dalam tulisan-tulisannya dia selalu menekankan pada
model prinsip Warga Negara yang selalu mengutamakan penghematan, pendidikan
serta aspek moralitas dalam kehidupan bermasyarakat[6]. Sebagian karirnya dia habiskan pada
sektor privat dan publik, diantaranya adalah di dunia perbankan, asuransi,
bekerja di media massa, serta dalam sektor manufaktur.
Penentang
Kebijakan Napoleon
Keseriusan JB-Say untuk dinobatkan
menjadi seorang pemikir terbukti, manakala dia berhasil menelurkan buah
pemikirannya dalam sebuah manuskripnya yaitu Treatise on Political Economy pada tahun 1803, dengan
diterbitkannya buku tersebut JB-Say benar-benar menjadi malapetaka bagi
kehidupan dan karir pribadinya kala itu, ia seperti berada dalam sebuah labirin
yang menjeratnya dalam sebuah keadaan yang sangat rumit. Hal tersebut
dikarenakan Say benar-benar mendapatkan tekanan dari rezim Napoleon yang sedang
berkuasa kala itu. Napoleon sangat geram karena, dalam Treatise on Political Economy banyak menyuarakan kritikan yang
berhubungan dengan kebijakan-kebijakannya, bahkan peredaran manuskrip tersebut
juga dilarang.
Kritik tajam yang JB-Say terhadap
pemeritahan Napoleon terkait kebijakan pemberian kredit kepada publik yang
berimplikasi kepada pemborosan Negara, kritik tersebut juga ia alamatkan pada
para penulis-penulis dan pemikir ekonomi politik kala itu. Di dalam Treatise on Political Economy, ia
mengungkapkan:
Public
credit affords such facilities to public prodigality, that many political
writers have regarded it as fatal to national prosperity. For, say they, when
governments feel themselves strong in the ability to borrow, they are too apt
to intermeddle in every political arrangement, and to conceive gigantic
projects, that lead sometimes to disgrace, sometimes to glory, but always to a
state of financial exhaustion; to make war themselves, and stir up others to do
the like; to subsidise every mercenary agent, and deal in the blood and
the consciences of mankind; making capital, which should be the fruit of
industry and virtue, the prize of ambition, pride, and wickedness. These are by
no means hypothetical cases: but the reader is left to make the application
himself (Say 1880: 483; 1803,
II:528-9)[7].
Pernyataan Say di atas laksana
hujaman beribu anak panah, yang mangarah kepada para penulis (pemikir) ekonomi
politik (political writer) yang
telah mendukung setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Napoleon kala
itu terkait dengan kebijakan pemberian fasilitas kredit kepada publik. Selain
pada rezim Napoleon, kecaman Say juga tertuju pada (pemikir) ekonomi politik
yang berbeda pandangan dengan dia. Kritik di alamatkan kepada sohibnya yaitu
David Ricardo, Thomas Malthus dan John Struart Mill. Mereka (ekonom) tersebut
memang hidup se-zaman bahkan bisa dibilang teman dekat, akan tetapi selalu
berseberangan dalam berfikir tidak pernah bersepakat dalam berbagai persoalan.
Kala itu, karir intelektual Say
memang tidak dapat di sangkal lagi, ekonom klasik yang satu ini telah
memberikan banyak kontribusi dalam perkembangan ilmu ekonomi, kontribusi Say
tersebut diantaranya adalah, apa yang sering kita kenal dengan hukum pasar Say,
tentunya akan kita bahas nanti.
Kritik Say terhadap pemerintahan
Napoleon juga tegaskan terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan
Napoleon, kritik tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
A nation,
which has the power to borrow, and yet is in a state of political feebleness,
will be exposed to the requisitions of its more powerful neighbours. It must
subsidize them in its defence; must purchase peace; must pay for the toleration
of its independence, which it generally loses after all; or per-haps must lend,
with the certain prospect of never being re-paid[8]. Ibid…
Dalam sebuah buku sejarah pemikiran
ekonomi yang ditulis oleh Gianni Vaggi and Peter Groenewegen, yang mengulas
singkat biografi dari JB-Say, dalam buku tersebut dikatakan bahwa JB-Say
juga pernah menjadi salah satu pendukung revolusi Perancis, yaitu dengan
bergabung dalam barisan atau volunteer
pasukan sukarelawan pendukung revolusi di Perancis pada tahun 1792[9]. Pada tahun 1799, Say telah menjadi
anggota Consulate, tetapi
ketidak setujuannya terhadap sistem pemerintahan Napoleon, yang membuat
karirnya berakhir pada tahun 1803.
Kemudian dia hijrah ke sebuah kota
kecil Northern, Perancis, di kota kecil tersebut Say mempersiapkan proyek
pribadinya yang terkait rencananya untuk membangun usaha pemintalan kain (cotton-spinning), proyek pribadi
tersebutlah yang mengasah dan membangun mental JB-Say menjadi seorang entrepreneur. Kemudian pada tahun
1813 setelah tumbangnya rezim pemerintahan Napoleon, ia memutuskan kembali lagi
ke Paris[10].
Pada tahun 1815 ia mulai menjadi
seorang dosen ekonomi politik[11] kemudian Say dikukuhkan menjadi profesor
ekonomi industrial di Universitas De Frace, Paris pada tahun 1830[12]. Sebelum menapakan karirnya dalam dunia
akademik dia pernah bergabung dan bekerja dalam perusahaan asuransi seperti
yang sudah saya jelaskan di atas.
Kritik Say
terhadap Matematika Ekonomi
Perdebatan terkait pandangan
pendenkatan ilmu matematika dalam menguarai berbagia macam gejala-gejala
sosial, ekonomi dan politik ternyata memang sangat melelahkan bahkan menguras
banyak energy dan fikiran kita. Tentunya kita menyadari bahwa ekonomi tidak
dapat mengelak dan menyangkal adanya dominasi kuantifikasi, ilmu ekonomi hari
ini memang sedang dan sangat di sibukan dengan berbagai macam rangkaian serta
model pendekatan matematika dan fisika. Tidak dapat disangkal bahwa
ilmuwan-ilmuwan ekonomi sekarang, seolah-olah menjadikan matematika yang
didalamnya harus melalui tahap statistik menjadi satu-satunya jalan menuju
rasionalitas sebuah ilmu pengetahuan. Membincang tentang dominasi ilmu
kuantifikasi dalam ilmu sosial memang kian menambah semarak kontestasi pada
sosial humaniaora. Pada abad ke 18 juga, para ilmuwan sosial berbondong-bondong
untuk dinobatkan menjadi Newton pertama dalam ilmu sosial.
Dari sudut pandang berbeda, jikalau
kita mencoba menengok kembali pada proses sejarah yang telah menorehkan
ceritanya, bahwa proses laju kembangnya ilmu pengetahuan banyak dipengaruhi
oleh kuantifikasi matematika fisika. Sebagai contoh kita dapat menengok bahwa
pembangunan arsitektur-arsitektur kuno di Romawi, Yunani, Italy dan Mesir telah
menjadi saksi sejarah, yang tentunya tidak luput dari peran perhitungan
matematika dan fisika tersebut. Bukti fisik tersebut juga menjadi tonggak awal
lahirnya ilmu manajemen. Dalam sejarah perkembangan ilmu manajemen, proses
berdirinya piramida di Mesir dan pembangunan pusat kota perdangangan di Venice
Italy pada tahun 1400, adalah merupakan refleksi dari persekutuan antara ilmu
Matematika, Fisika dan Manajemen tentunya. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat
catatan kaki yang penulis ambil dari buku Management yang ditulis oleh Stephen P. Robbins, Mary Coulter[13].
Perdebatan tersebut tidak serta merta
lahir dari ruang-ruang pemikiran ekonomi hari ini, akan tetapi perdebatan
semacam itu juga telah muncul pada era pemikiran ekonomi klasik. Pasca Adam
Smith juga, perdebatan terkait pendekatan matematika dalam ilmu ekonomi sangat
sengit. JB-Say merupakan salah satu contoh ekonom yang menentang keras terkait
matematika ekonomi, ia menganggap adanya cacat dalam matematika ekonomi dan
statistika. Mark Skousen dalam The
Making of Modern Economics The Lives and the Ideas of the Great Thinkers
berpendapat bahwa:
“Say
demonstrated the subjective nature of supply and demand, and how price and
elasticity of demand can never be precisely predicted. In other words,
economics is a qualitative, not a quantitative, science, and therefore not
subject to “mathematical calculation”[14].
Diskursus yang di lontarkan oleh Say,
laksana sebuah bola api panas yang di luncurkan di tengah medan kontestasi ilmu
pengetahuan kala itu yang didominasi oleh rezim matematika ekonomi. Sebuah
resiko yang sangat berbahaya ditempuhnya, ia bahkan mengangap sahabatnya
Ricardo sangat gegabah dalam menempatkan ilmu matematika dalam domain ekonomi.
Namun kita patut memberikan beribu penghargaan untuknya, karena dia berani
melontarkan sebuah premis yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penilaian Marks Skousen terhadap Say
memang sebuah kenyataan yang tak terbantahkan, Say memang seorang yang
benar-benar menentang metode pendekatan matematika dalam ekonomi. Kita dapat
mengenali bagaimana sosok Say melakukan perlawanannya dengan melihat dari
beberapa surat-suratnya yang diperuntukan kepada kawannya Robert Malthus (Letters to Mr. Malthus), ada 5 surat
yang dia kirimkan, surat tersebut kemudian dibukukan, edisi pertama terbit pada
tahun 1821 dengan Translator John Richter.
Kritik yang dilontarkan oleh Say yang
tersirat dalam surat tersebut memang dialamatkan kepada sahabat-sahabatnya yang
terlanjur menjadikan matematika sebagai sebuah jalan fikiran mereka, pada
kesempatan tersebut Say mengatakan:
Mr. Mill,
and Mr. Ricardo," you say, " the principal authors of the new doctrines
on profits, appear to me to have fallen into some fundamental errors on this
subject. In the first place they have considered commodities as if they were so
many mathematical figures, or arithmetical characters, the relations of which
were to be compared, instead of articles of consumption, which must of course
be referred to the numbers and wants of the consumers. (Jean-Baptiste Say, 1821, Letters to Mr. Malthus, Letter I:10)[15]
Say menganggap bahwa kesalahan fatal
yang di lakukan oleh para sohibnya itu menandakan adanya cacat dalam anatomi
tubuh ilmu pengetahuannya (body of
knowledge). Realitas tersebut dapat dilihat dalam beberapa litersi yang
di tulis oleh Ricardo, Malthus manakala kedua pemikir tersebut benar-benar
menjadikan matematika ekonomi sebagai pijakan awal untuk menju pada sebuah
jalan rasionalitas ilmu. Bahkan hingga detik ini, diskursus yang dilontarkan
oleh Say masih sangat relevan. Para ekonom, para dosen, bahkan
professor-profesor di berbagai universitas di belahan dunia, masih
menggangtungkan nasib intelektualnya pada deretan angka-angka statistik yang
menjadi salah satu alat untuk menguji kesahihan sebuah ilmu pengetahuan.
Padahal kompleksitas sebuah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan sosial
tidak serta merta dapat di ukur dengan deretan angka-angka statistic yang belum
tentu menjawab problem-problem sosial.
Mari kita renungkan, bagaimana
permitaan dan penawaran, serta elastisitas harga bahkan perilaku konsumen hanya
dideskripsikan melalui angka-angka statistik? Para ekonom tersebut juga dengan
sengaja menafikan berbagai konsep yang terkait aspek sosial, politik,
psikologi, berbagai macam perspektif ilmu sosial humaniora lainnya bahkan
filsafat. Memberi agregasi melalui angka-angka untuk menguraikan berbagai macam
fenomena sosial ekonomi, adalah sebuah kerja intelektual dan pemikiran yang
sangat serampangan.
Perdebatan terkait hegemoni
kuantitatif dalam ilmu ekonomi, sampai sekarang masih membara bahkan tak
berujung. Jajaran angka-angka dalam statistih seolah menjadi sebuah dogma tak
terbantahkan. Bahkan dalam sebuah artikel yang di tulis oleh Soetjipto
Wirosardjono dalam jurnal Prisma edisi 10 1984, sepertinya membawa pada peng-kultusan
terkait statistika yang berubah menjadi sebuah mitos baru dalam ilmu
pengetahuan. Diskursus yang dikumandangkan dalam artikel tersebut, tentunya
kian memperkokoh singgasana matematika ekonomi. Statistika dapat dikatakan
secara sederhana sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk angka yang
mengandung informasi[16].
Saya disini hanya berusaha menawarkan
catatan akan adanya premis yang mengatakan bahwa, rasionalitas ekonomi setali
tiga uang dengan rasionalitas matematika dan fisika. Hal tersebutlah yang
menyebabkan ilmu ekonomi menjadi sebuah ilmu yang sangat kering, dangkal dan
absen dari pendekatan nilai-nilai filsafat, sejarah bahkan disiplin ilmu sosial
yang lainnya. Ekonomi hanya menjadikan matematika (statistik) dan fisika
menjadi sebuah kolektifitas untuk menuju pada jalan rasionalitas. Kemudian saya
hanya mencoba membincangkan perdebatan tersebut melalui sebuah jembatan, yaitu
dari pemikiran JB-Say, untuk menguraikannya dari perfektif sejarah filsafat
ekonomi. Saya tidak dapat memaksa pembaca untuk melakukan perlawanan terhadap
ekonomi matematika, tetapi saya berusaha melontarkan sebuah diskursus yang
tentunya sedang ada di hadapan kita semua. Untuk tafsir dan pilihan semuanya
aku serahkan kepada pembaca.
Hukum Pasar
Say
Say memang patut dijadikan seorang
pemikir ekonomi yang merubah pandangan ekonomi dunia. Pendapat itu beralasan
karena saya menyadari, bahwa begitu besar jasa seorang Say terhadap laju ilmu
ekonomi, kali ini ia buktikan melalui hukum pasar yang ia temukan. Hukum pasar
Say sering di kutip dengan “penawaran
menciptakan permintaannya sendiri” pendapat tersebut biasa di kutip oleh
Keynes. Mark Skousen menganggap bahwa Keynes telah men-distorsi hukum tersebut.
Itu karena John Meynard Keynes sendiri yang telah mendefinisikan hukum pasar
Say sebagai “penawaran menciptakan permintaannya sendiri” dalam The General
Theory (1973: 18)[17].
Pendapat tersebut yang akhir-akhir
ini, banyak di kecam oleh para ekonom di se-antero jagat dan dianggap sebagai
sebuah pendapat Keynes yang cacat secara permanen, yang diakibatkan salah dalam
menafsirkan apa yang Say maksud dalam hukum pasarnya. Pada kesempatan yang sama
juga Mark Skousen meringkas hukum pasar Say sebagai berikut:
Penawaran X menciptakan permintaan
untuk Y, kemudian Say menilustrasikannya melalui kasus panen petani. Say
menganalogikan: “The greater the crop,
the larger are the purchases of the growers. A bad harvest, on the contrary,
hurts the sale of commodities at large”[18].
Pada dasarnya Say sangat menentang
dokrin tentang kelangkaan uang, dia berpandangan bahwa yang menciptakan
bukanlah uang melainkan produk dan jasa yang ada di pasaran. Pendapat dan
perjuangan Say telah banyak mempengaruhi para ekonom Austrian kelak, yang
mudah-mudahan kita akan mendiskusikannya lagi pada pertemuan-pertemuan kedepan.
Pendapat Say tersebut yang terkait
dengan dokrin kelangkaan uang tersebut ia utarakan dalam bukunya pada Bab 15,
ia mengatakan bahwa:
Sales
cannot be said to be dull because money is scarce, but because other products
are so…. To use a more hackneyed phrase, people have bought less, because they
have made less profit[19].
Prinsip itulah yang disemaikan oleh
para pemikir-pemikir aliran Austrian termasuk, Mises, Hayek, Rothbard dll.
Pendapat itu juga setidaknya menegasikan bahwa, ia mendambakan adanya sebuah
masyarakat yang menyadari akan pentingya melakukan proses produksi, sepert
melalui upaya untuk terjun dalam dunia entrepreneur
seperti yang telah Say sarankan.
Singkatnya kita dapat mencoba
memahami apa yang Say konsturksikan dalam hukum pasarnya tersebut, menurut
Kates (1998:29), secara ringkas hukum pasar Say adalah sebagai berikut:
1
Sebuah Negara tidak bisa memiliki
terlalu banyak capital.
2.
Investasi adalah basis dari pertumbuhan ekonomi.
3.
Konsumsi tidak akan membawa pada kekayaan, tetapi konsumsi bahkan juga
dapat
menghambat penambahan kekayaan.
menghambat penambahan kekayaan.
4.
Permintaan disebabkan oleh produksi.
5.
Kekurangan permintaan (over produksi) bukan penyebab gangguan perekonomian.
Gangguan dalam perekonomian akan muncul hanya jika, barang tidak diproduksi
dalam proporsi yang tepat satu sama lain[20].
Say
memperkenalkan istilah Entrepreneur
Kita mengenal istilah Entrepreneur biasanya hanya melalui
media, bangku-bangku kuliah dan ruang-ruang publik lainnya, akan tetapi kalau
kita mencoba merunut secara historis istilah tersebut kali pertamanya
diperkenalkan oleh J-B Say. Secara epitemologi istilah ini berasal dari bahasa
Perancis, yang artinya orang yang menjaga atau mengurus kuburan, akan tetapi
karena punya banyak makna maka kata itu bisa juga diartikan sebagai petualang (adventurer), petualang dalam artian
adalah orang yang berusaha melakukan ekspansi di wilayah-wilayah produksi
ataupun orang yang memiliki capital, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk
mengolah potensi yang mereka miliki dan menjadi faktor-faktor produksi.
Perbedaan antara Adam Smith dengan
JB-Say adalah, jika kita mengenal sosok Smith ia hanya merupakan personal yang
bekerja di wilayah pemikir, kalupun bekerja Smith hanya pernah bekerja di
wilayah-wilayah sektor publik (pajak). Akantetapi kalau kita melihat latar
belakang Say nampak berbeda dengan Smith, selain pemikir, Say juga merupakan
seorang praktisi bisnis. Kemampuan ia untuk menekuni dunia bisnis atau ber-entrepreneur teruji manakala dia
mendirikan dan mengurus sebuah pabrik pemintalan kain (cotton-spinning), proyek pribadi tersebutlah yang mengasah dan
membangun mental JB-Say menjadi seorang entrepreneur
seperti yang telah saya singgung di atas.
Kenapa Say menekankan pada aspek entrepreneur atau adventurer, itu karena dalam wilayah
ini dimungkinkan masyarakat akan lebih produktif sehingga mereka tidak
berpangku tangan pada apa yang telah pemerintah atau Negara berikan, sehingga
dari sinilah akan lahir kekuatan politik dan ekonomi masyarakat. Terkait idenya
tersebut Say ber-pendapat bahwa:
When
capital or land, or personal service, is let out to hire, its productive power
is transferred to the renter or adventurer in production, in consideration of a
given amount of products agreed upon beforehand[21].
Begitu besarnya sumbangsih se-orang
Say dalam dunia ekonomi, maka sudah sepantasnya dia memeiliki tempat tersendiri
dalam ruang sejarah pemikiran ekonomi. Saya beranggapan bahwa tesis yang saya
angkat dalam tulisan ini (Jean-Baptiste Say; Smith dari Perancis) menjadi
sebuah hal yang jangan sampai di sangkal, karena Say juga saya rasa merupakan
jelmaan Adam Smith, meskipun mereka lahir dari perbedaan ruang dan waktu. Say
tak kalah pentingya dengan Adam Smith dan layak untuk kita perbincangkan dan
diskusikan pemikiran-pemikirannya.
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI MENURUT DAVID
RICARDO
Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu golongan capital, golongan buruh, dan golongan tuan tanah. Golongan kapital adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional. Golongan buruh merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat, namun sangat tergantung pada capital. Golongan tuan tanah merupakan golongan yang memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang disewakan. David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.
adalah seorang pemikir ekonomi dan terkenal sebagai salah seorang pengikut marhab klasik yang dipelopori oleh Adam Smith. Sebagai seorang ahli ekonomi, ia adalah seangkatan dengan Thomas Robert Malthus yang juga seorang pengikut marhab klasik. Namun karena perbedaan latar belakang kehidupan, pandangan mereka di bidang ekonomi juga berbeda. Malthus selalu bertahan pada sudut pandangnya sebagai priyayi, sedang Ricardo lebih pada sudut pandangnya sebagai pedagang.
Pada tahun 1799, pada saat berliburan, ia menyempatkan membaca buku Adam Smith, "The Wealth of Nations", dan sangat terpukau pada isinya. Sepuluh tahun kemudian ia mulai berdebat mengenai ilmu ekonomi melalui selebaran-selebaran dan percetakan. Yang membuat ia terkenal di dalam sejarah pemikiran ekonomi adalah kemampuannya menggunakan sistem analisis umum yang menghasilkan kesimpulan yang sangat luas artinya berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang tidak terlalu banyak. Tiga prinsip dasar penting yang mendasari analisnya pada dasarnya "dipinjam" dari orang lain, yaitu teori klasik tentang sewa tanah, teori kependudukan Malthus, dan doktrin dana untuk upah.
Buku ricardo yang terkenal adalah "The Principles of Political Economy and Taxation", yang terbit tahun 1817. Buku ini berisi koleksi terhadap kekurangan-kekurangan pada teory Adam Smith dan lain-lain, terutama tentang distribusi pendapatan. Teori Ricardo yang terkenal yang dibahas dalam buku tersebut antara lain : teori nilai, teori sewa tanah, teori upah, teori keunggulan komparatif.
Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu golongan capital, golongan buruh, dan golongan tuan tanah. Golongan kapital adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional. Golongan buruh merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat, namun sangat tergantung pada capital. Golongan tuan tanah merupakan golongan yang memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang disewakan. David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.
adalah seorang pemikir ekonomi dan terkenal sebagai salah seorang pengikut marhab klasik yang dipelopori oleh Adam Smith. Sebagai seorang ahli ekonomi, ia adalah seangkatan dengan Thomas Robert Malthus yang juga seorang pengikut marhab klasik. Namun karena perbedaan latar belakang kehidupan, pandangan mereka di bidang ekonomi juga berbeda. Malthus selalu bertahan pada sudut pandangnya sebagai priyayi, sedang Ricardo lebih pada sudut pandangnya sebagai pedagang.
Pada tahun 1799, pada saat berliburan, ia menyempatkan membaca buku Adam Smith, "The Wealth of Nations", dan sangat terpukau pada isinya. Sepuluh tahun kemudian ia mulai berdebat mengenai ilmu ekonomi melalui selebaran-selebaran dan percetakan. Yang membuat ia terkenal di dalam sejarah pemikiran ekonomi adalah kemampuannya menggunakan sistem analisis umum yang menghasilkan kesimpulan yang sangat luas artinya berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang tidak terlalu banyak. Tiga prinsip dasar penting yang mendasari analisnya pada dasarnya "dipinjam" dari orang lain, yaitu teori klasik tentang sewa tanah, teori kependudukan Malthus, dan doktrin dana untuk upah.
Buku ricardo yang terkenal adalah "The Principles of Political Economy and Taxation", yang terbit tahun 1817. Buku ini berisi koleksi terhadap kekurangan-kekurangan pada teory Adam Smith dan lain-lain, terutama tentang distribusi pendapatan. Teori Ricardo yang terkenal yang dibahas dalam buku tersebut antara lain : teori nilai, teori sewa tanah, teori upah, teori keunggulan komparatif.
- Pertama dia bersentuhan dengan dunia ekonomi, dia tidak pernah
memikirkan kebijakan ekonoi sebelumnya hingga ia berusia 27 tahun. Suatu
ketika dia mendapat sebuah lembaran dari The Whealth of Nation dan dia
sangat menyukainya dan merangsang dia untuk belajar.
- Peristiwa yang menentukan karir intelektualnya adalah saat dia
berkenalan dan bersahabat dengan James Mill, seorang pengikut Bentham dan
filosof yang radikal, Mill mendorong Ricardo untuk membuat pinsip-pinsip
ekonomi sendiri.
- David Ricardo lahir di London pada tahun 1772, yang merupakan keturunan
Yahudi Ortodox. Seperti ayahnya, ia menjadi broker saham, dan setelah
memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat , ia menjadi pemilik tanah
dan anggota parlemen
- Karyanya yang paling penting adalah The Principles of Political
Economy and Taxation yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1817.
Selain itu ia juga menulis essay The High Price of Bullion (1810)
- Toeri moneter ricardo terpengaruh oleh perkembangan doktrin moneter
yang berakhir pada bayang-bayang Thorton,
- Ricardo mendukung sebuah teori kuantitas yang sempit. Menurut dia,
itu merupakan perluasan moneter, dan perluasan moneter sendiri merupakan
tanggung jawab dari masa peperangan inflasi, yang mana dapat mencegah jika
bank Inggris tetap menggunakan disiplin standar emas.
- Ia juga mengusahakan pembukaan lagi dari jenis pembayaran dan
pasangan permohonan proposal untuk sebuah ‘ingot plan’, yang menyerupai
standar emas dalam abad 20/
- Dalam toeri of wages ia menyatakan bahwa dalam jangka panjang, harga
merefleksikan biaya produksi, dan berhubungan dengan harga jangka panjang
sebagai harga alami. Harga alami tenaga kerja merupakan biaya produksi,
biaya pemeliharaan pekerja. Jika harga berhubungan dengan harga alami
tenaga kerja, kemudian upah menjadi standar hidup.
- Ricardo juga menceritakan profit dan wages yang paling utama pada
biaya produksi tenaga kerja. Menurutnya biaya yang tnggi dalam memproduksi
akan membuat wage tinggi dan rendahnya profit. Dia menyatakan dalam Esssay
on Profits “Profits tergantung pada tinggi rendahnya upah, upah dalam
harga kebutuhan, dan harga kebutuhan pada harga makanan.”
- Teori diminishing profit Ricardo lebih meyakinkan dengan
menghubungkannya dengan teori differential rent. Pada teori ini, prinsip
diminishing return adalah sebuah akibat penting, berhubungan dengan
terjadinya impor beras di Inggris.
- Ricardo menunjukkan
ketidaklayakkan dalam pembatasan importasi. Dalam essay perburuhan
Ricardo, prinsip differential rent untuk menahan pandangannya bahwa
pertumbuhan populasi dan modal akan memasukkan diminishing profit, mungkin
ia berharap dicegah oleh ketidakterbatasan impor padi di luar negeri.
- Ricardo ialah ahli pertama yang mengembangkan toeri nilai dan
hubungannya dengan distribusi.
- Pembukaan ricardo pada teori nilai ialah “Nilai komoditas atau
kuantitas komoditas lain untuk yang akan ditukar, tergantung kuantitas
relatif pada buruh yang dibutuhkan untuk produksi dan tidak pada
kompensasi yang lebih besar/kecil yang dibayar pada buruh itu.”
- Nilai secara utama mengganti nilai lebih baik dari menggunakan
nilai, dan pertukaran nilai mempunyai 3 elemen yaitu penggunaan,
kelangkaan dan buruh.
- Competitive Adventage merupakan hasil pemikiran ricardo yang
terkenal mengenai perdagangan internasional. Ricardo mengatakan bahwa upah
”seperti kontrak yang lain”, mereka ”harus dilakukan dengan jujur dan
kompetisi bebas di pasar dan tidak pernah dikontrol oleh campur tangan
badan pembuat UU”.
- Hal ini yang menjadikan dasar Ricardo untuk menyusun teori
competitive adventages yang berhubungan dengan gaji dari memproduksi
barang disuatu Negara yang akan mempengaruhi ekspor impor dalam
perdagangan inernasional.
SEJARAH
PEMIKIRAN EKONOMI MENURUT TR MALTHUS
Mulanya dia tak lebih dari
seorang pendeta yang samasekali tak dikenal. Tetapi tahun 1798 pendeta Inggris
yang namanya Thomas Robert Malthus itu terbitkan sebuah buku walau tipis namun
berpengaruh sangat. Judulnya An Essay on the Principle of Population as it
Affects the Future Improvement of Society.
Pokok tesis Malthus ini
adalah pemikiran bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampui pertumbuhan
persediaan makanan. Dalam dia punya esai yang orisinal, Malthus menyuguhkan
idenya dalam bentuk yang cukup kaku. Dia bilang, penduduk cenderung tumbuh
secara "deret ukur" (misalnya, dalam lambang 1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya)
sedangkan persediaan makanan cenderung bertumbuh secara "deret
hitung" (misalnya, dalam deret 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan seterusnya). Dalam
terbitan-terbitan belakangan, Malthus menekankan lagi tesisnya, tetapi tidak
sekaku semula, dengan hanya berkata bahwa penduduk cenderung bertumbuh secara
tak terbatas hingga mencapai batas persediaan makanan. Dari kedua bentuk uraian
tesis itu, Malthus berkesimpulan bahwa kuantitas manusia akan kejeblos ke dalam
rawa-rawa kemiskinan dan berada ditubir kelaparan. Dalam jangka panjang, tak
ada kemajuan teknologi yang dapat mengalihkan keadaan itu, karena kenaikan
suplai makanan terbatas, sedangkan "pertumbuhan penduduk tak terbatas, dan
bumi tak mampu memprodusir makanan buat menjaga eksistensi manusia."
Tetapi, tak bisakah pertumbuhan
penduduk dibendung dengan cara ini atau cara itu? Sebenarnya bisa. Perang,
wabah penyakit atau lain-lain malapetaka sering mampu mengurangi penduduk.
Tetapi, penderitaan macam ini hanya menyuguhkan keredaan sementara sedangkan
ancaman kebanyakan penduduk masih tetap mengambang di atas kepala dengan ongkos
yang tidak menyenangkan. Malthus berusul, cara lebih baik untuk mencegah
kebanyakan penduduk adalah "pengendalian moral." Tampaknya, yang dia
maksud dengan istilah itu suatu gabungan dari kawin lambat, menjauhi hubungan
seks sebelum nikah, menahan diri secara sukarela frekuensi sanggama. Tetapi,
Malthus cukup realistis dan sadar bahwa umumnya orang tidak ambil peduli dengan
pengendalian-pengendalian macam begitu. Dia selanjutnya berkesimpulan bahwa
cara yang lebih praktis adalah tetap berpegang pada apa adanya: kebanyakan
penduduk sesuatu yang tak bisa dihindari lagi dan kemiskinan merupakan nasib
yang daripadanya orang tidak mungkin bisa lolos. Sungguh suatu kesimpulan yang
pesimistis!
Kendati Malthus tak pernah
menganjurkan adanya pengendalian penduduk lewat alat kontrasepsi, usul macam
itu merupakan konsekuensi yang lumrah dari ide pokoknya. Orang pertama yang
secara terbuka menganjurkan penggunaan alat kontrasepsi secara luas untuk
mencegah kebanyakan penduduk adalah seorang pembaharu Inggris yang berpengaruh,
Francis Place (1771-1854). Place yang membaca esai Malthus dan amat terpengaruh
olehnya, menulis buku tahun 1822, yang isinya menganjurkan kontrasepsi. Dia
juga membagi-bagi penjelasan tentang pembatasan kelahiran diantara para kelas
pekerja. Di Amerika Serikat, Dr. Charles Knowlton menerbitkan buku tentang
kontrasepsi tahun 1832. "Lembaga Malthus" pertama dibentuk tahun 1860
dan anjuran keluarga berencana dengan demikian semakin bertambah penganutnya.
Karena Malthus sendiri tidak menyetujui --atas dasar alasan moral-- penggunaan
alat kontrasepsi, anjuran pembatasan kenaikan jumlah penduduk dengan
menggunakan alat-alat kontrasepsi biasanya disebut "neo-Malthusian."
Doktrin Malthus juga punya akibat
penting terhadap teori ekonomi. Para ahli ekonomi yang terpengaruh Malthus
berkesimpulan bahwa, dalam keadaan normal, kebanyakan penduduk dapat mencegah
kenaikan upah melampaui batas yang layak. Ekonom Inggris yang masyhur, David
Ricardo, seorang sahabat akrab Malthus berkata; "Upah yang layak bagi
buruh adalah upah yang diperlukan untuk memungkinkan para buruh dapat hidup dan
bertahan dari pergulatan, tanpa bertambah atau berkurang." Teori ini lazim
disebut "hukum baja upah," disetujui oleh Karl Marx, dan menjadi
unsur penting dalam teorinya tentang "nilai lebih."
Pandangan Malthus juga
mempengaruhi bidang ilmu biologi. Charles Darwin mengatakan bahwa dia sudah
baca Essay on the Principle of Population Malthus, dan ini menyuguhkan mata
rantai penting dalam teori evolusi melalui seleksi alamiah.
Malthus dilahirkan tahun
1766, dekat Dorking di Surrey, Inggris, dia bersekolah di Jesus College di
Universitas Cambridge selaku mahasiswa yang cemerlang. Dia tamat tahun 1788 dan
ditugaskan sebagai pendeta Anglikan pada tahun itu juga. Dan di tahun 1791 dia
peroleh gelar "master" dan tahun 1793 dia menjadi kerabat Jesus
College.
Versi pertama dari hasil
karyanya yang asli diterbitkan tanpa nama, tetapi buku itu terbaca luas dan
segera membikin Malthus tenar. Versi yang lebih panjang dari esainya
diterbitkan lima tahun kemudian, tahun 1803.
Buku itu berulang kali
diperbaiki dan diperpanjang dan terbitan ke-6 muncul tahun 1826.
Malthus kawin tahun 1804
pada umur tiga puluh delapan tahun. Tahun 1805 dia ditunjuk jadi mahaguru
sejarah dan politik ekonomi di East India Company's College di Haileybury. Dia
jabat kursi itu selama sisa hidupnya. Malthus menulis pelbagai buku lain
perihal ekonomi, dan yang paling penting diantaranya adalah The Principle of
Economy (1820). Buku ini mempengaruhi banyak ekonom yang datang kemudian,
khusus tokoh abad ke-20 yang terkenal: John Maynard Keynes. Dalam tahun-tahun
terakhir hayatnya Malthus peroleh pelbagai penghargaan. Dia tutup mata tahun
1834 umur enam puluh tujuh dekat kota Bath, Inggris. Dua dari tiga anaknya mati
belakangan, tetapi Malthus tak bercucu samasekali.
Karena penggunaan
kontrasepsi tidak tersebar luas sampai jauh hari sesudah Malthus meninggal,
sering dianggap orang Malthus itu tak punya arti penting. Saya pikir anggapan
ini tidak betul. Sebabnya begini. Pertama, ide Malthus membawa pengaruh
mendalam baik kepada Charles Darwin maupun Karl Marx, yang mungkin merupakan
dua pemikir terpenting dan paling berpengaruh di abad ke-19. Kedua, walaupun
jalan pikiran neo-Malthusian tidak begitu saja ditelan bulat-bulat oleh
mayoritas penduduk, usul-usulnya tidaklah dianggap angin lalu begitu saja, lagi
pula tak pernah menguap habis. Gerakan Keluarga Berencana masa kini merupakan
kelanjutan langsung dari gerakan yang bermula pada saat masa hidupnya Malthus.
Thomas Malthus bukanlah
orang pertama yang minta perhatian adanya kemungkinan suatu pemerintahan kota
yang tenang tiba-tiba berantakan karena kebanyakan penduduk. Pikiran macam ini
dulu pernah pula diketemukan oleh pelbagai filosof. Malthus sendiri menunjuk
Plato dan Aristoteles sudah mendiskusikan perkara ini. Memang, dia mengutip
Aristoteles yang menulis antara lain: dalam rata-rata negeri, jika tiap
penduduk dibiarkan bebas punya anak semau-maunya, ujung-ujungnya dia akan dilanda
kemiskinan."
Tetapi, jika gagasan dasar
Malthus tidak sepenuhnya orisini , janganlah orang mengecilkan arti pentingnya.
Plato dan Aristoteles hanya menyebut ide itu sepintas lalu, dan sentuhan
permasalahannya umumnya sudah dilupakan orang. Adalah Malthus yang
mengembangkan ide itu dan menulis secara intensif pokok persoalannya. Dan yang
lebih penting, Malthus merupakan orang pertama yang menekankan kengerian
masalah kebanyakan penduduk, dan mengedepankan masalah ini agar menjadi pusat
perhatian kaum intelektual dunia.
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI KARL MARX
Karl Marx lahir di
Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun 1818.
lahir setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David Ricardo meluncurkan
bukunya “The Principles of Political Economy”. Dia merupakan pendiri Idiologi
komunis yang sekaligus merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme. Bukan
hanya sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang
revolusionir. Merupakan seorang profesor dalam berbagai ide yang Revolusioner,
yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya. Setelah menyelesaikan gelar Ph. D
dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin, dan Jena. Maka dari sinilah
karier Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat
Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo (pemikir teori ekonom
klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang
dikembangkan oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya berpendapat juka,”sejarah berproses melalui serangkaian
situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis, tesis. Namun segea akan
berkontradiksi dengan oposisinya, antitesis. Yang kemudian melahirkanlah antitesis,
kejadian ini akan terus berulang, sehingga konflik-konflik tersebut akan
meniadakan segala hal yang berproses menjdai lebih baik.”
Karl Marx beserta
teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan sebuah buku “Das
Kapital”, yang isinya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau
komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul buku The Communist Manifesto
(1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana
suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi
oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk
budaya lai yang diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam
bukunya tersebut antara lan :
1. pengahapusan kekayaan tanah dan
menerapkan sewa tanah bagi tujuan-tujuan publik.
2. pengenaan pajak pendapat (tax income)
yang bertingkat.
3. pengapusan seluruh hak-hak warisan.
4. penarikan kekayaan seluruh emigran
dan para penjahat atau pemberontak.
5. sentralisasi kredit pada negara
melalui bank nasional dengan modal negara dan monopoli yang bersifat eksklusif.
6. sentralisasi alat-alat komunikasi,
dan transportasi di tangan negara.
7. perluasan pabrik dan alat-alat
produksi yang dimilki oleh negara, menggarap tanah yang tanah, dan meningkatkan
guna tanah yang sesuai dengan perencanaan umum.
Karl Marx percaya
dalam kapitalisme, terjadi keterasinagan (alienasi) manusia dari dirinya
sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya tidak memberikan nilai dan arti
pada semua yang mereka rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri
mereka sendiri. Hasil keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan
kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati, karena dia menjauhkan
cinta dan persahabatan. Dia berpendepat bahwa dalam ekonomi klasik, menerima
pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi, dan pengaruh kebradaan pasar pada
manusia. Sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antra kekayaan
pribadi, ketamakan, pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara
pertukaran dengan kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan
kompetisi dan lain-lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah, is
tidak memeperimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan produksi.
Hasil dari teori
historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :
- masyarakat
feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai
oleh tuan-tuan tanah.
- Pada masa
kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan berlangsung,
namunkarena terjadi peningkatan output dan kegiatanekonomi, sebagaimana
feudalisme juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalismepun akan
hancur dan digantikan dengan masyarakat sosialise.
- Masa
sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung
sisa-sisa kapitlisme.
- Pada masa
komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau
materi.
Menurut Karl Marx
dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:
- kaum kapitalis
(borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.
- Kaum buruh
(proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun
bahan-bahan produksi.
Teori historis dari
Karl Marx mencoba menerapkan nya ke dalam masyarakat, dengan meneliti antara
kekuatan dan relasi produksi. Dimana nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi,
yang berakibat perubahan kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada sistem
feodal menjadi penggilingan uap pada sistem kapitalisme. Menurutnya
satu-satunya biaya sosial untuk memproduksi barang adalah buruh.
Analisa karl marx tentang Kapitalisme
karl marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis memunculkan
akibat social yang tidak diinginkan dan sebagai pertentangan pada kapitalisme
menjadi lebih nyata dari waktu ke waktu. Kritik karl marx ini tertuang pada
hukum Karl Marx tentang kapitalisme, yang berisi tentang :
1. Surplus pengangguran
Pada konsep tentang surplus
pengangguran ini, Karl Marx berpendapat bahwa selalu terjadi kelebihan
penawaran tenaga kerja yang erdampak pada penekanan tingkat upah sehingga
menjadi surplus value dan keuntungan tetap bernilai positif. Karl Marx melihat
ada 2 faktor penyebab terjadinya surplus tenaga kerja ini. Pertama, yaitu Direct Recruitment yang terjadi
akibat penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect Recruitment yang terjadi
akibat adanya anggota baru tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja.
2. Penurunan tingkat keuntungan
Dalam model Karl Marx dirumuskan
bahwa tingkat keuntungan (P) mempunyai hubungan positif dengan tingkat surplus
Value (S’) dan mempunyai hubungan negative dengan organic komposition of capita
(Q).
P=S’(1-Q)
Dengan asumsi bahwa surpus value dipertahankan untuk tidak berubah.
Setiap kenaikan dalam organic composition of capital akan menghasilkan
penurunan pada tingkat keuntungan, melalui mekanisme sebagai berikut.
Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk menghimpun
modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada lebih banya fariabel modal
yang digunakan untuk menambah tenaga kerja, sehingga akan menaikkan upah dan
akan mengurangi tingkat pengangguran. Tingkat surplus value akan mengalami
penurunan sebagai akibat dari naiknya upah, begitu juga tingkat laba juga akan
turun. Para kapitalis akan bereaksi dengan mengganti tenaga kerja manusia
dengan mesin dengan menambah organic composition of capital. Jika tingkat
surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada organic
composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada level yang lebih
rendah.
3. Krisis Bisnis
Pada konteks krisis
bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat bahwa adanya perubahan orientasi atau
tujuan dari proses produksi dari tujuan nilai guna pada zaman ekonomi barter
berubah menjadi tujuan nilai tukar dan keuntungan saat dibawah kapitalisme,
menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi barter, produse hanya
menghasilkan barang untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan komoditi yang
lain, sehingga pada saat ekonomi barter ini tidak pernah terjadi over produksi.
Sedangkan ketika tujuan produksi berubah menjadi nilai tukar dan keuntungan
maka terjadinya over produksi pada suatu perekonomian akan mungkin terjadi.
Over produksi itu sendiri akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan.
Perubahan tingkat keuntungan tersebut akan berdampak pada pengeluaran untuk
infestasi. Volatility dari pengeluaran infestasi inilah yang menurut pendapat
Karl Mark merupakan penyebab umum dari fluktuasi pada keseluruhan aktifitas
ekonomi. menghasilkan siklus bisnis, hal ini Karl Marx bercermin pada
pertumbuhan dramatic pada industry tekstil di Inggris dengan mekanisme sebagai
berikut. Adanya ledakan pada teknologi akan menyebabkan peningkatan akumulasi
dari modal dan permintaan pada tenaga kerja. Jumlah pengangguran akan
berkurang, tingkat upah akan naik, surplus value akan berkurang, dan tingkat
surplus value akan berkurangdan akhirnya akan mengurangi tingkat keuntungan.
Penurunan tingkat keuntungan akan menyebabkan penurunan akumulasi modal dan
akan menyebabkan depresi. Namun menurut Karl Marx depresi ini mempunyai elemen
yang akhirnya, cepat atau lambat akan menyebabkan ekspansi yang baru pada
kegiatan ekonomi.
Teori klasikmelihat
bahwaadanya pasar di harapkan dapat memecahkan masalah alokasi sumber daya yang
ada, hal ini akan menciptakan suatu kondisi keseimbangan dalam jangka panjang.
4. Jatuhnya nilai profit dan krisis
bisnis
Dalam model Karl
Marxian sebuah ekonomi klasik dengan jelas bergantung pada kapitalis itu
sendiri yang berupaya untuk mengubah jumlah atau nilai profit dan mengubah
ekspetasi profit dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai
hukumnya itu untuk menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek dalam aktifitas
ekonomi. Untuk memperoleh profit yang besar, aliran kapitalis menambah
komposisi modal an ternyata hal itu justru menurunkan profit.
Kaum kapitalis
secara periodic akan berusaha menanggulangi jatuhnya nilai profit dengan
mengurangi infestasi secara berlebih yang dapat menyebabkan aktifitas ekonomi
mengalami fluktuasi yang nantinya bias menyebabkan krisis.
Karl Marx
mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan fluktuasi dalam aktifitas bisnis,
yaitu: jatuhnya nilai profit, factor teknologi baru yang tidak sama, dan tidak
proporsionalnya pengembangan dalam suatu sector ekonomi yang nantinya dapat
menyebabkan penurunan dalam level kegiatan ekonomi.
Fluktuasi
menurutnya terjadi dalam suatu system karena pada dasarnya kebanyakan dari
aktifitas kapitalis cenderung ingin mencari jumlah profit sebanyak mungkin.
Adapun teori karl
marx tentang krisis bisnis mungkin banyak terdapat kekurangan secara internal,
tidak diragukan lagi bahwa pandangannya tentang kapitalis secara mendasar belum
stabil. Meskipun begitu, visi dari karl marx tentang teori kapitalis ini secara
lebih lanjut tidak mendapat smabutan oleh teori orthodox sapai tahun 1930.
5. Konsentrasi modal
Meskipun model karl
marx memberi asumsi mengenai adanya pasar persaingan sempurna dengan jumlah
yang besar untuk perusahan-perusahan kecil dalam tiap –tiap industry, namun
karena ketatnya persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industry-industri
kecil sehingga akan mengurangi persaingan.
Untuk mengurangi
adanya persaingan salah satunya dengan peusatan modal. Pemusatan modal ini
terjadi melalui sebuah redistribusi pada modal. Karl Marx menujukan bahwa
perusahaan yang besar lebih bias mencapai skala ekonomi yang lebih baik
ketimbang perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang
besar itu dapat memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara
perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan monopoli.
Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan sistem kredit dan kerja
sama dalam bentuk organisasi bisnis.
6. Bertambahnya kesengsaraan kaum
proletar
kontradiksi
kapitalisme menurut marx menyebabkan bertambahnya tingkat kesengsaraan pada
kaum proletar. Bertambahnya kesengsaraan secara absolut menunjukkan pendapatan
dari masyarakat secara global menurun dalam sistem kapitalis dan juga
menunjukan bahwa bagian pendapatan nasional mereka menjadi turun di kemudian
hari.
Hingga pada
akhirnya marx berasumsika secara konsisten bahwa hal yang harus dilakukan untuk
menghilangkan kesengsaraan, yakni dengan lebih memperhatikan pada kualitas
hidup mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar