Ged a Widget

Minggu, 13 Oktober 2013

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI MENURUT JB SAY

Setelah kita mendiskusikan dan mencoba mengarungi anasir-anasir pemikiran sang professor dari skotlandia, tibalah saatnya kita untuk mencoba mengarungi samudra pemikiran pemikir ekonomi klasik lainnya pasca Adam Smith. Sebelum terlalu jauh menggali dan mengarungi pemikiran para tokoh setelah Smith, perlu kita ingat kembali bahwa dogma tentang laissez faire banyak memberikan pengaruh yang sangat besar, bahkan dogma laissez faire yang terkandung dalam The Wealth of Nations menjadi semacam dermaga untuk semua pemikir ekonomi klasik dalam melabuhkan pemikiran-pemikirannya. Dari sinilah berbagai macam penggalan-penggalan sejarah tercatat.
Sejarah telah menorehkan catatanya, bahwa magnum-opus sang professor skotlandia tersebut banyak di gemari oleh pemikir ekonomi klasik setelahnya, salah satunya adalah Jean-Baptiste Say. Ekonom asal prancis tersebut memang sudah akrab dengan The Wealth of Nations, selain JB-Say masih banyak lagi ekonom-ekonom lainnya yang menjadi derivat-derivat penganut aliran ekonomi klasik seperti Thomas Robert Malthus, Frederick Bastiat, dan David Ricardo meskipun ketiganya memiliki cara pandang yang berbeda dalam pemikiran.
Pada tulisan ini saya mencoba mengawali persinggahan ke dermaga pemikiran Jean- Say terlebih dahulu, sebelum menuju pada pemikir-pemikir lainnya. JB-Say memang merupakan ekonom yang berpengaruh kala itu, karena untuk kali pertamanya dari konstruksi pemikirannya lahirlah  tentang teori nilai alternative JB-Saya juga memperkenalkan hukum pasar Say, selain itu juga Say lah orang yang pertama kali memunculkan istilah “entrepreneur” ke permukaan. Tentunya akan ada beberapa kesaksian terkait sumbangsih dari tokoh yang satu ini, yang nanti akan kita coba bahas satu per satu.
Sebuah manuskrip yang pertama kali Say tulis yang, menjadi kesaksian intelektual Say, karya monumental tersebut adalah Treatise on Political Economy yang di terbitkan pada tahun 1803. Tidak dapat disangkal bahwa magnum-opus tersebut menjadi sebuah buku ajar yang wajib di baca dan di miliki oleh para pengajar serta mahasiswa di Eropa dan Amerika kala itu.
I
Tentang Jean-Baptiste Say

Maestro Ekonomi yang satu ini, merupakan tokoh yang teramat penting dalam skrip drama sejarah pemikiran ekonomi Perancis bahkan dunia. JB-Say lahir di kota Lyon, Perancis pada 5 Januari 1767, dia adalah anak sulung dari tiga bersaudara[3] ia dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga saudagar yang ber latar agama protestan yang taat. Jean-Baptiste Say kecil memang sudah menampakan sisi-sisi kecerdasannya, dengan melihat potensi yang dimiki oleh Say, maka ayahnya (Jean-Etienne Etienne Say) berusaha memberikan arahan agar ia memiliki latar belakang pendidikan yang kuat. Maka pada usia 9 tahun Jean-Etienne Etienne Say mendaftarkan putranya Say pada sebuah sekolah asrama, yang dikelola oleh dua imigran italia yaitu Giro dan Gorati, upaya ayahnya tersebut bertujuan agar, ia memiliki dedikasi dalam pendidikan dan keilmuan, sebagai upaya untuk mengimbangi studi tentang pemahaman agama yang terkenal kolot pada masa itu[4]. Ruang pendidikan formal itulah yang membuat Say menemukan sebuah kedalaman pemahaman dan ketertarikannya terhadap science. Namun karena kesulitan ekonomi, maka dengan sangat terpaksa dia harus keluar dari pendidikan formalnya.
Terpaan kesulitan ekonomi tidak membuat Say memiliki krisis haparan untuk meretas se-utas rajutan mimpi yang kelak akan ia garap di kemudian hari. Ini dibuktikan ketika ayahnya kemudian mengirim Say dengan saudaranya Horace ke Inggris pada tahun 1785 untuk mempelajari bahasa Inggris dan untuk mempelajari studi dibidang industri komersial, terutama yang berhubungan dengan fashion yang sedang di gandrungi oleh kaula muda kala itu.
Alur cerita yang terbentuk di Inggris ternyata banyak memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemikiran Say, hal tersebut patut di-amini karena pada waktu itu Inggris sedang berada dalam sebuah transformasi peradaban besar, yaitu revolusi industri yang memberikan celah yang sangat lebar dalam kontestasi tekno-science dan indutri. Selain itu juga di Inggris Say mulai mengenal karya Adam Smith (The Wealth of Nations) yang kelak akan banyak memberikan influence yang sangat berarti dalam pemikiran Say.
Selama di Inggris juga Say selalu bermasalah dengan kondisi krisis keuangan yang terus-menerus mendera, hal tersebut dikarenakan Say tidak memiliki pekerjaan yang tetap selama di Inggris, sehingga kondisi tersebut kemudian memaksa dia kembali ke Paris untuk menemani keluarganya. Berangkat dari titik inilah, dia mengawali karirnya sebagai karyawan di perusahaan asuransi pada tahun 1787.
J-B Say merupakan salah satu ekonom yang hidup di masa-masa sulit[5]. Pada usia 15 tahun pada puncak revolusi perancis Say sudah nampak sebagai seorang pemikir yang kritis, karena pada usia tersebut sosok Jean-Baptiste Say telah dipengaruhi oleh Autobiography Benjamin Franklin, ketertarikannya pada Franklin cukup beralasan, karena dalam tulisan-tulisannya dia selalu menekankan pada model prinsip Warga Negara yang selalu mengutamakan penghematan, pendidikan serta aspek moralitas dalam kehidupan bermasyarakat[6]. Sebagian karirnya dia habiskan pada sektor privat dan publik, diantaranya adalah di dunia perbankan, asuransi, bekerja di media massa, serta dalam sektor manufaktur.

Penentang Kebijakan Napoleon
Keseriusan JB-Say untuk dinobatkan menjadi seorang pemikir terbukti, manakala dia berhasil menelurkan buah pemikirannya dalam sebuah manuskripnya yaitu Treatise on Political Economy pada tahun 1803, dengan diterbitkannya buku tersebut JB-Say benar-benar menjadi malapetaka bagi kehidupan dan karir pribadinya kala itu, ia seperti berada dalam sebuah labirin yang menjeratnya dalam sebuah keadaan yang sangat rumit. Hal tersebut dikarenakan Say benar-benar mendapatkan tekanan dari rezim Napoleon yang sedang berkuasa kala itu. Napoleon sangat geram karena, dalam Treatise on Political Economy banyak menyuarakan kritikan yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakannya, bahkan peredaran manuskrip tersebut juga dilarang.
Kritik tajam yang JB-Say terhadap pemeritahan Napoleon terkait kebijakan pemberian kredit kepada publik yang berimplikasi kepada pemborosan Negara, kritik tersebut juga ia alamatkan pada para penulis-penulis dan pemikir ekonomi politik  kala itu. Di dalam Treatise on Political Economy, ia mengungkapkan:
Public credit affords such facilities to public prodigality, that many political writers have regarded it as fatal to national prosperity. For, say they, when governments feel themselves strong in the ability to borrow, they are too apt to intermeddle in every political arrangement, and to conceive gigantic projects, that lead sometimes to disgrace, sometimes to glory, but always to a state of financial exhaustion; to make war themselves, and stir up others to do the like; to subsidise every mercenary agent, and  deal in the blood and the consciences of mankind; making capital, which should be the fruit of industry and virtue, the prize of ambition, pride, and wickedness. These are by no means hypothetical cases: but the reader is left to make the application himself  (Say 1880: 483; 1803, II:528-9)[7].

Pernyataan Say di atas laksana hujaman beribu anak panah, yang mangarah kepada para penulis (pemikir) ekonomi politik (political writer) yang telah mendukung setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Napoleon kala itu terkait dengan kebijakan pemberian fasilitas kredit kepada publik. Selain pada rezim Napoleon, kecaman Say juga tertuju pada (pemikir) ekonomi politik yang berbeda pandangan dengan dia. Kritik di alamatkan kepada sohibnya yaitu David Ricardo, Thomas Malthus dan John Struart Mill. Mereka (ekonom) tersebut memang hidup se-zaman bahkan bisa dibilang teman dekat, akan tetapi selalu berseberangan dalam berfikir tidak pernah bersepakat dalam berbagai persoalan.
Kala itu, karir intelektual Say memang tidak dapat di sangkal lagi, ekonom klasik yang satu ini telah memberikan banyak kontribusi dalam perkembangan ilmu ekonomi, kontribusi Say tersebut diantaranya adalah, apa yang sering kita kenal dengan hukum pasar Say, tentunya akan kita bahas nanti.




Kritik Say terhadap pemerintahan Napoleon juga tegaskan terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan Napoleon, kritik tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
A nation, which has the power to borrow, and yet is in a state of political feebleness, will be exposed to the requisitions of its more powerful neighbours. It must subsidize them in its defence; must purchase peace; must pay for the toleration of its independence, which it generally loses after all; or per-haps must lend, with the certain prospect of never being re-paid[8]. Ibid…

Dalam sebuah buku sejarah pemikiran ekonomi yang ditulis oleh Gianni Vaggi and Peter Groenewegen, yang mengulas singkat biografi  dari JB-Say, dalam buku tersebut dikatakan bahwa JB-Say juga pernah menjadi salah satu pendukung revolusi Perancis, yaitu dengan bergabung dalam barisan atau volunteer pasukan sukarelawan pendukung revolusi di Perancis pada tahun 1792[9]. Pada tahun 1799, Say telah menjadi anggota Consulate, tetapi ketidak setujuannya terhadap sistem pemerintahan Napoleon, yang membuat karirnya berakhir pada tahun 1803.
Kemudian dia hijrah ke sebuah kota kecil Northern, Perancis, di kota kecil tersebut Say mempersiapkan proyek pribadinya yang terkait rencananya untuk membangun usaha pemintalan kain (cotton-spinning), proyek pribadi tersebutlah yang mengasah dan membangun mental JB-Say menjadi seorang entrepreneur. Kemudian pada tahun 1813 setelah tumbangnya rezim pemerintahan Napoleon, ia memutuskan kembali lagi ke Paris[10].
Pada tahun 1815 ia mulai menjadi seorang dosen ekonomi politik[11] kemudian Say dikukuhkan menjadi profesor ekonomi industrial di Universitas De Frace, Paris pada tahun 1830[12]. Sebelum menapakan karirnya dalam dunia akademik dia pernah bergabung dan bekerja dalam perusahaan asuransi seperti yang sudah saya jelaskan di atas.

Kritik Say terhadap Matematika Ekonomi
Perdebatan terkait pandangan pendenkatan ilmu matematika dalam menguarai berbagia macam gejala-gejala sosial, ekonomi dan politik ternyata memang sangat melelahkan bahkan menguras banyak energy dan fikiran kita. Tentunya kita menyadari bahwa ekonomi tidak dapat mengelak dan menyangkal adanya dominasi kuantifikasi, ilmu ekonomi hari ini memang sedang dan sangat di sibukan dengan berbagai macam rangkaian serta model pendekatan matematika dan fisika. Tidak dapat disangkal bahwa ilmuwan-ilmuwan ekonomi sekarang, seolah-olah menjadikan matematika yang didalamnya harus melalui tahap statistik menjadi satu-satunya jalan menuju rasionalitas sebuah ilmu pengetahuan. Membincang tentang dominasi ilmu kuantifikasi dalam ilmu sosial memang kian menambah semarak kontestasi pada sosial humaniaora. Pada abad ke 18 juga, para ilmuwan sosial berbondong-bondong untuk dinobatkan menjadi Newton pertama dalam ilmu sosial.
Dari sudut pandang berbeda, jikalau kita mencoba menengok kembali pada proses sejarah yang telah menorehkan ceritanya, bahwa proses laju kembangnya ilmu pengetahuan banyak dipengaruhi oleh kuantifikasi matematika fisika. Sebagai contoh kita dapat menengok bahwa pembangunan arsitektur-arsitektur kuno di Romawi, Yunani, Italy dan Mesir telah menjadi saksi sejarah, yang tentunya tidak luput dari peran perhitungan matematika dan fisika tersebut. Bukti fisik tersebut juga menjadi tonggak awal lahirnya ilmu manajemen. Dalam sejarah perkembangan ilmu manajemen, proses berdirinya piramida di Mesir dan pembangunan pusat kota perdangangan di Venice Italy pada tahun 1400, adalah merupakan refleksi dari persekutuan antara ilmu Matematika, Fisika dan Manajemen tentunya. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat catatan kaki yang penulis ambil dari buku Management yang ditulis oleh Stephen P. Robbins, Mary Coulter[13].
Perdebatan tersebut tidak serta merta lahir dari ruang-ruang pemikiran ekonomi hari ini, akan tetapi perdebatan semacam itu juga telah muncul pada era pemikiran ekonomi klasik. Pasca Adam Smith juga, perdebatan terkait pendekatan matematika dalam ilmu ekonomi sangat sengit. JB-Say merupakan salah satu contoh ekonom yang menentang keras terkait matematika ekonomi, ia menganggap adanya cacat dalam matematika ekonomi dan statistika. Mark Skousen dalam The Making of Modern Economics The Lives and the Ideas of the Great Thinkers berpendapat bahwa:
“Say demonstrated the subjective nature of supply and demand, and how price and elasticity of demand can never be precisely predicted. In other words, economics is a qualitative, not a quantitative, science, and therefore not subject to “mathematical calculation”[14].

Diskursus yang di lontarkan oleh Say, laksana sebuah bola api panas yang di luncurkan di tengah medan kontestasi ilmu pengetahuan kala itu yang didominasi oleh rezim matematika ekonomi. Sebuah resiko yang sangat berbahaya ditempuhnya, ia bahkan mengangap sahabatnya Ricardo sangat gegabah dalam menempatkan ilmu matematika dalam domain ekonomi. Namun kita patut memberikan beribu penghargaan untuknya, karena dia berani melontarkan sebuah premis yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penilaian Marks Skousen terhadap Say memang sebuah kenyataan yang tak terbantahkan, Say memang seorang yang benar-benar menentang metode pendekatan matematika dalam ekonomi. Kita dapat mengenali bagaimana sosok Say melakukan perlawanannya  dengan melihat dari beberapa surat-suratnya yang diperuntukan kepada kawannya Robert Malthus (Letters to Mr. Malthus), ada 5 surat yang dia kirimkan, surat tersebut kemudian dibukukan, edisi pertama terbit pada tahun 1821 dengan Translator John Richter.
Kritik yang dilontarkan oleh Say yang tersirat dalam surat tersebut memang dialamatkan kepada sahabat-sahabatnya yang terlanjur menjadikan matematika sebagai sebuah jalan fikiran mereka, pada kesempatan tersebut Say mengatakan:
Mr. Mill, and Mr. Ricardo," you say, " the principal authors of the new doctrines on profits, appear to me to have fallen into some fundamental errors on this subject. In the first place they have considered commodities as if they were so many mathematical figures, or arithmetical characters, the relations of which were to be compared, instead of articles of consumption, which must of course be referred to the numbers and wants of the consumers. (Jean-Baptiste Say, 1821, Letters to Mr. Malthus, Letter I:10)[15]
Say menganggap bahwa kesalahan fatal yang di lakukan oleh para sohibnya itu menandakan adanya cacat dalam anatomi tubuh ilmu pengetahuannya (body of knowledge). Realitas tersebut dapat dilihat dalam beberapa litersi yang di tulis oleh Ricardo, Malthus manakala kedua pemikir tersebut benar-benar menjadikan matematika ekonomi sebagai pijakan awal untuk menju pada sebuah jalan rasionalitas ilmu. Bahkan hingga detik ini, diskursus yang dilontarkan oleh Say masih sangat relevan. Para ekonom, para dosen, bahkan professor-profesor di berbagai universitas di belahan dunia, masih menggangtungkan nasib intelektualnya pada deretan angka-angka statistik yang menjadi salah satu alat untuk menguji kesahihan sebuah ilmu pengetahuan. Padahal kompleksitas sebuah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan sosial tidak serta merta dapat di ukur dengan deretan angka-angka statistic yang belum tentu menjawab problem-problem sosial.
Mari kita renungkan, bagaimana permitaan dan penawaran, serta elastisitas harga bahkan perilaku konsumen hanya dideskripsikan melalui angka-angka statistik? Para ekonom tersebut juga dengan sengaja menafikan berbagai konsep yang terkait aspek sosial, politik, psikologi, berbagai macam perspektif ilmu sosial humaniora lainnya bahkan filsafat. Memberi agregasi melalui angka-angka untuk menguraikan berbagai macam fenomena sosial ekonomi, adalah sebuah kerja intelektual dan pemikiran yang sangat serampangan.
Perdebatan terkait hegemoni kuantitatif dalam ilmu ekonomi, sampai sekarang masih membara bahkan tak berujung. Jajaran angka-angka dalam statistih seolah menjadi sebuah dogma tak terbantahkan. Bahkan dalam sebuah artikel yang di tulis oleh Soetjipto Wirosardjono dalam jurnal Prisma edisi 10 1984, sepertinya membawa pada peng-kultusan terkait statistika yang berubah menjadi sebuah mitos baru dalam ilmu pengetahuan. Diskursus yang dikumandangkan dalam artikel tersebut, tentunya kian memperkokoh singgasana matematika ekonomi. Statistika dapat dikatakan secara sederhana sebagai ilmu yang mempelajari seluk beluk angka yang mengandung informasi[16].
Saya disini hanya berusaha menawarkan catatan akan adanya premis yang mengatakan bahwa, rasionalitas ekonomi setali tiga uang dengan rasionalitas matematika dan fisika. Hal tersebutlah yang menyebabkan ilmu ekonomi menjadi sebuah ilmu yang sangat kering, dangkal dan absen dari pendekatan nilai-nilai filsafat, sejarah bahkan disiplin ilmu sosial yang lainnya. Ekonomi hanya menjadikan matematika (statistik) dan fisika menjadi sebuah kolektifitas untuk menuju pada jalan rasionalitas. Kemudian saya hanya mencoba membincangkan perdebatan tersebut melalui sebuah jembatan, yaitu dari pemikiran JB-Say, untuk menguraikannya dari perfektif sejarah filsafat ekonomi. Saya tidak dapat memaksa pembaca untuk melakukan perlawanan terhadap ekonomi matematika, tetapi saya berusaha melontarkan sebuah diskursus yang tentunya sedang ada di hadapan kita semua. Untuk tafsir dan pilihan semuanya aku serahkan kepada pembaca.

Hukum Pasar Say
Say memang patut dijadikan seorang pemikir ekonomi yang merubah pandangan ekonomi dunia. Pendapat itu beralasan karena saya menyadari, bahwa begitu besar jasa seorang Say terhadap laju ilmu ekonomi, kali ini ia buktikan melalui hukum pasar yang ia temukan. Hukum pasar Say sering di kutip dengan “penawaran menciptakan permintaannya sendiri” pendapat tersebut biasa di kutip oleh Keynes. Mark Skousen menganggap bahwa Keynes telah men-distorsi hukum tersebut. Itu karena John Meynard Keynes sendiri yang telah mendefinisikan hukum pasar Say sebagai “penawaran menciptakan permintaannya sendiri” dalam The General Theory (1973: 18)[17].
Pendapat tersebut yang akhir-akhir ini, banyak di kecam oleh para ekonom di se-antero jagat dan dianggap sebagai sebuah pendapat Keynes yang cacat secara permanen, yang diakibatkan salah dalam menafsirkan apa yang Say maksud dalam hukum pasarnya. Pada kesempatan yang sama juga Mark Skousen meringkas hukum pasar Say sebagai berikut:
Penawaran X menciptakan permintaan untuk Y, kemudian Say menilustrasikannya melalui kasus panen petani. Say menganalogikan: “The greater the crop, the larger are the purchases of the growers. A bad harvest, on the contrary, hurts the sale of commodities at large”[18].

Pada dasarnya Say sangat menentang dokrin tentang kelangkaan uang, dia berpandangan bahwa yang menciptakan bukanlah uang melainkan produk dan jasa yang ada di pasaran. Pendapat dan perjuangan Say telah banyak mempengaruhi para ekonom Austrian kelak, yang mudah-mudahan kita akan mendiskusikannya lagi pada pertemuan-pertemuan kedepan.

Pendapat Say tersebut yang terkait dengan dokrin kelangkaan uang tersebut ia utarakan dalam bukunya pada Bab 15, ia mengatakan bahwa:
Sales cannot be said to be dull because money is scarce, but because other products are so…. To use a more hackneyed phrase, people have bought less, because they have made less profit[19].
Prinsip itulah yang disemaikan oleh para pemikir-pemikir aliran Austrian termasuk, Mises, Hayek, Rothbard dll. Pendapat itu juga setidaknya menegasikan bahwa, ia mendambakan adanya sebuah masyarakat yang menyadari akan pentingya melakukan proses produksi, sepert melalui upaya untuk terjun dalam dunia entrepreneur seperti yang telah Say sarankan.
Singkatnya kita dapat mencoba memahami apa yang Say konsturksikan dalam hukum pasarnya tersebut, menurut Kates (1998:29), secara ringkas hukum pasar Say adalah sebagai berikut:
1        Sebuah Negara tidak bisa memiliki terlalu banyak capital.
2.      Investasi adalah basis dari pertumbuhan ekonomi.
3.      Konsumsi tidak akan membawa pada kekayaan, tetapi konsumsi bahkan juga dapat       
       menghambat penambahan kekayaan.
4.      Permintaan disebabkan oleh produksi.
5.      Kekurangan permintaan (over produksi) bukan penyebab gangguan perekonomian. Gangguan dalam perekonomian akan muncul hanya jika, barang tidak diproduksi dalam proporsi yang tepat satu sama lain[20].

Say memperkenalkan istilah Entrepreneur
Kita mengenal istilah Entrepreneur biasanya hanya melalui media, bangku-bangku kuliah dan ruang-ruang publik lainnya, akan tetapi kalau kita mencoba merunut secara historis istilah tersebut kali pertamanya diperkenalkan oleh J-B Say. Secara epitemologi istilah ini berasal dari bahasa Perancis, yang artinya orang yang menjaga atau mengurus kuburan, akan tetapi karena punya banyak makna maka kata itu bisa juga diartikan sebagai petualang (adventurer), petualang dalam artian adalah orang yang berusaha melakukan ekspansi di wilayah-wilayah produksi ataupun orang yang memiliki capital, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mengolah potensi yang mereka miliki dan menjadi faktor-faktor produksi.
Perbedaan antara Adam Smith dengan JB-Say adalah, jika kita mengenal sosok Smith ia hanya merupakan personal yang bekerja di wilayah pemikir, kalupun bekerja Smith hanya pernah bekerja di wilayah-wilayah sektor publik (pajak). Akantetapi kalau kita melihat latar belakang Say nampak berbeda dengan Smith, selain pemikir, Say juga merupakan seorang praktisi bisnis. Kemampuan ia untuk menekuni dunia bisnis atau ber-entrepreneur teruji manakala dia mendirikan dan mengurus sebuah pabrik pemintalan kain (cotton-spinning), proyek pribadi tersebutlah yang mengasah dan membangun mental JB-Say menjadi seorang entrepreneur seperti yang telah saya singgung di atas.
Kenapa Say menekankan pada aspek entrepreneur atau adventurer, itu karena dalam wilayah ini dimungkinkan masyarakat akan lebih produktif sehingga mereka tidak berpangku tangan pada apa yang telah pemerintah atau Negara berikan, sehingga dari sinilah akan lahir kekuatan politik dan ekonomi masyarakat. Terkait idenya tersebut Say ber-pendapat bahwa:
When capital or land, or personal service, is let out to hire, its productive power is transferred to the renter or adventurer in production, in consideration of a given amount of products agreed upon beforehand[21].
Begitu besarnya sumbangsih se-orang Say dalam dunia ekonomi, maka sudah sepantasnya dia memeiliki tempat tersendiri dalam ruang sejarah pemikiran ekonomi. Saya beranggapan bahwa tesis yang saya angkat dalam tulisan ini (Jean-Baptiste Say; Smith dari Perancis) menjadi sebuah hal yang jangan sampai di sangkal, karena Say juga saya rasa merupakan jelmaan Adam Smith, meskipun mereka lahir dari perbedaan ruang dan waktu. Say tak kalah pentingya dengan Adam Smith dan layak untuk kita perbincangkan dan diskusikan pemikiran-pemikirannya.












































      SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI MENURUT DAVID RICARDO

Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu golongan capital, golongan buruh, dan golongan tuan tanah. Golongan kapital adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional. Golongan buruh merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat, namun sangat tergantung pada capital.  Golongan tuan tanah merupakan golongan yang memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang disewakan. David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.
adalah seorang pemikir
ekonomi dan terkenal sebagai salah seorang pengikut marhab klasik yang dipelopori oleh Adam Smith. Sebagai seorang ahli ekonomi, ia adalah seangkatan dengan Thomas Robert Malthus yang juga seorang pengikut marhab klasik. Namun karena perbedaan latar belakang kehidupan, pandangan mereka di bidang ekonomi juga berbeda. Malthus selalu bertahan pada sudut pandangnya sebagai priyayi, sedang Ricardo lebih pada sudut pandangnya sebagai pedagang.
Pada tahun 1799, pada saat berliburan, ia menyempatkan membaca buku Adam Smith, "The Wealth of Nations", dan sangat terpukau pada isinya. Sepuluh tahun kemudian ia mulai berdebat mengenai ilmu ekonomi melalui selebaran-selebaran dan percetakan. Yang membuat ia terkenal di dalam sejarah pemikiran ekonomi adalah kemampuannya menggunakan sistem analisis umum yang menghasilkan kesimpulan yang sangat luas artinya berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang tidak terlalu banyak. Tiga prinsip dasar penting yang mendasari analisnya pada dasarnya "dipinjam" dari orang lain, yaitu teori klasik tentang sewa tanah, teori kependudukan Malthus, dan doktrin dana untuk upah.
Buku ricardo yang terkenal adalah "The Principles of
Political Economy and Taxation", yang terbit tahun 1817. Buku ini berisi koleksi terhadap kekurangan-kekurangan pada teory Adam Smith dan lain-lain, terutama tentang distribusi pendapatan. Teori Ricardo yang terkenal yang dibahas dalam buku tersebut antara lain : teori nilai, teori sewa tanah, teori upah, teori keunggulan komparatif.

  • Pertama dia bersentuhan dengan dunia ekonomi, dia tidak pernah memikirkan kebijakan ekonoi sebelumnya hingga ia berusia 27 tahun. Suatu ketika dia mendapat sebuah lembaran dari The Whealth of Nation dan dia sangat menyukainya dan merangsang dia untuk belajar.
  • Peristiwa yang menentukan karir intelektualnya adalah saat dia berkenalan dan bersahabat dengan James Mill, seorang pengikut Bentham dan filosof yang radikal, Mill mendorong Ricardo untuk membuat pinsip-pinsip ekonomi sendiri.
  • David Ricardo lahir di London pada tahun 1772, yang merupakan keturunan Yahudi Ortodox. Seperti ayahnya, ia menjadi broker saham, dan setelah memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat , ia menjadi pemilik tanah dan anggota parlemen
  • Karyanya yang paling penting adalah The Principles of Political Economy and Taxation yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1817. Selain itu ia juga menulis essay The High Price of Bullion (1810)
  • Toeri moneter ricardo terpengaruh oleh perkembangan doktrin moneter yang berakhir pada bayang-bayang Thorton,
  • Ricardo mendukung sebuah teori kuantitas yang sempit. Menurut dia, itu merupakan perluasan moneter, dan perluasan moneter sendiri merupakan tanggung jawab dari masa peperangan inflasi, yang mana dapat mencegah jika bank Inggris tetap menggunakan disiplin standar emas.
  • Ia juga mengusahakan pembukaan lagi dari jenis pembayaran dan pasangan permohonan proposal untuk sebuah ‘ingot plan’, yang menyerupai standar emas dalam abad 20/
  • Dalam toeri of wages ia menyatakan bahwa dalam jangka panjang, harga merefleksikan biaya produksi, dan berhubungan dengan harga jangka panjang sebagai harga alami. Harga alami tenaga kerja merupakan biaya produksi, biaya pemeliharaan pekerja. Jika harga berhubungan dengan harga alami tenaga kerja, kemudian upah menjadi standar hidup.
  • Ricardo juga menceritakan profit dan wages yang paling utama pada biaya produksi tenaga kerja. Menurutnya biaya yang tnggi dalam memproduksi akan membuat wage tinggi dan rendahnya profit. Dia menyatakan dalam Esssay on Profits “Profits tergantung pada tinggi rendahnya upah, upah dalam harga kebutuhan, dan harga kebutuhan pada harga makanan.”
  • Teori diminishing profit Ricardo lebih meyakinkan dengan menghubungkannya dengan teori differential rent. Pada teori ini, prinsip diminishing return adalah sebuah akibat penting, berhubungan dengan terjadinya impor beras di Inggris.
  • Ricardo menunjukkan ketidaklayakkan dalam pembatasan importasi. Dalam essay perburuhan Ricardo, prinsip differential rent untuk menahan pandangannya bahwa pertumbuhan populasi dan modal akan memasukkan diminishing profit, mungkin ia berharap dicegah oleh ketidakterbatasan impor padi di luar negeri.
  • Ricardo ialah ahli pertama yang mengembangkan toeri nilai dan hubungannya dengan distribusi.
  • Pembukaan ricardo pada teori nilai ialah “Nilai komoditas atau kuantitas komoditas lain untuk yang akan ditukar, tergantung kuantitas relatif pada buruh yang dibutuhkan untuk produksi dan tidak pada kompensasi yang lebih besar/kecil yang dibayar pada buruh itu.”
  • Nilai secara utama mengganti nilai lebih baik dari menggunakan nilai, dan pertukaran nilai mempunyai 3 elemen yaitu penggunaan, kelangkaan dan buruh.
  • Competitive Adventage merupakan hasil pemikiran ricardo yang terkenal mengenai perdagangan internasional. Ricardo mengatakan bahwa upah ”seperti kontrak yang lain”, mereka ”harus dilakukan dengan jujur dan kompetisi bebas di pasar dan tidak pernah dikontrol oleh campur tangan badan pembuat UU”.
  • Hal ini yang menjadikan dasar Ricardo untuk menyusun teori competitive adventages yang berhubungan dengan gaji dari memproduksi barang disuatu Negara yang akan mempengaruhi ekspor impor dalam perdagangan inernasional.











SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI MENURUT TR MALTHUS
Mulanya dia tak lebih dari seorang pendeta yang samasekali tak dikenal. Tetapi tahun 1798 pendeta Inggris yang namanya Thomas Robert Malthus itu terbitkan sebuah buku walau tipis namun berpengaruh sangat. Judulnya An Essay on the Principle of Population as it Affects the Future Improvement of Society.
Pokok tesis Malthus ini adalah pemikiran bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampui pertumbuhan persediaan makanan. Dalam dia punya esai yang orisinal, Malthus menyuguhkan idenya dalam bentuk yang cukup kaku. Dia bilang, penduduk cenderung tumbuh secara "deret ukur" (misalnya, dalam lambang 1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya) sedangkan persediaan makanan cenderung bertumbuh secara "deret hitung" (misalnya, dalam deret 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan seterusnya). Dalam terbitan-terbitan belakangan, Malthus menekankan lagi tesisnya, tetapi tidak sekaku semula, dengan hanya berkata bahwa penduduk cenderung bertumbuh secara tak terbatas hingga mencapai batas persediaan makanan. Dari kedua bentuk uraian tesis itu, Malthus berkesimpulan bahwa kuantitas manusia akan kejeblos ke dalam rawa-rawa kemiskinan dan berada ditubir kelaparan. Dalam jangka panjang, tak ada kemajuan teknologi yang dapat mengalihkan keadaan itu, karena kenaikan suplai makanan terbatas, sedangkan "pertumbuhan penduduk tak terbatas, dan bumi tak mampu memprodusir makanan buat menjaga eksistensi manusia."
Tetapi, tak bisakah pertumbuhan penduduk dibendung dengan cara ini atau cara itu? Sebenarnya bisa. Perang, wabah penyakit atau lain-lain malapetaka sering mampu mengurangi penduduk. Tetapi, penderitaan macam ini hanya menyuguhkan keredaan sementara sedangkan ancaman kebanyakan penduduk masih tetap mengambang di atas kepala dengan ongkos yang tidak menyenangkan. Malthus berusul, cara lebih baik untuk mencegah kebanyakan penduduk adalah "pengendalian moral." Tampaknya, yang dia maksud dengan istilah itu suatu gabungan dari kawin lambat, menjauhi hubungan seks sebelum nikah, menahan diri secara sukarela frekuensi sanggama. Tetapi, Malthus cukup realistis dan sadar bahwa umumnya orang tidak ambil peduli dengan pengendalian-pengendalian macam begitu. Dia selanjutnya berkesimpulan bahwa cara yang lebih praktis adalah tetap berpegang pada apa adanya: kebanyakan penduduk sesuatu yang tak bisa dihindari lagi dan kemiskinan merupakan nasib yang daripadanya orang tidak mungkin bisa lolos. Sungguh suatu kesimpulan yang pesimistis!
Kendati Malthus tak pernah menganjurkan adanya pengendalian penduduk lewat alat kontrasepsi, usul macam itu merupakan konsekuensi yang lumrah dari ide pokoknya. Orang pertama yang secara terbuka menganjurkan penggunaan alat kontrasepsi secara luas untuk mencegah kebanyakan penduduk adalah seorang pembaharu Inggris yang berpengaruh, Francis Place (1771-1854). Place yang membaca esai Malthus dan amat terpengaruh olehnya, menulis buku tahun 1822, yang isinya menganjurkan kontrasepsi. Dia juga membagi-bagi penjelasan tentang pembatasan kelahiran diantara para kelas pekerja. Di Amerika Serikat, Dr. Charles Knowlton menerbitkan buku tentang kontrasepsi tahun 1832. "Lembaga Malthus" pertama dibentuk tahun 1860 dan anjuran keluarga berencana dengan demikian semakin bertambah penganutnya. Karena Malthus sendiri tidak menyetujui --atas dasar alasan moral-- penggunaan alat kontrasepsi, anjuran pembatasan kenaikan jumlah penduduk dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi biasanya disebut "neo-Malthusian."
Doktrin Malthus juga punya akibat penting terhadap teori ekonomi. Para ahli ekonomi yang terpengaruh Malthus berkesimpulan bahwa, dalam keadaan normal, kebanyakan penduduk dapat mencegah kenaikan upah melampaui batas yang layak. Ekonom Inggris yang masyhur, David Ricardo, seorang sahabat akrab Malthus berkata; "Upah yang layak bagi buruh adalah upah yang diperlukan untuk memungkinkan para buruh dapat hidup dan bertahan dari pergulatan, tanpa bertambah atau berkurang." Teori ini lazim disebut "hukum baja upah," disetujui oleh Karl Marx, dan menjadi unsur penting dalam teorinya tentang "nilai lebih."
Pandangan Malthus juga mempengaruhi bidang ilmu biologi. Charles Darwin mengatakan bahwa dia sudah baca Essay on the Principle of Population Malthus, dan ini menyuguhkan mata rantai penting dalam teori evolusi melalui seleksi alamiah.
Malthus dilahirkan tahun 1766, dekat Dorking di Surrey, Inggris, dia bersekolah di Jesus College di Universitas Cambridge selaku mahasiswa yang cemerlang. Dia tamat tahun 1788 dan ditugaskan sebagai pendeta Anglikan pada tahun itu juga. Dan di tahun 1791 dia peroleh gelar "master" dan tahun 1793 dia menjadi kerabat Jesus College.
Versi pertama dari hasil karyanya yang asli diterbitkan tanpa nama, tetapi buku itu terbaca luas dan segera membikin Malthus tenar. Versi yang lebih panjang dari esainya diterbitkan lima tahun kemudian, tahun 1803.
Buku itu berulang kali diperbaiki dan diperpanjang dan terbitan ke-6 muncul tahun 1826.
Malthus kawin tahun 1804 pada umur tiga puluh delapan tahun. Tahun 1805 dia ditunjuk jadi mahaguru sejarah dan politik ekonomi di East India Company's College di Haileybury. Dia jabat kursi itu selama sisa hidupnya. Malthus menulis pelbagai buku lain perihal ekonomi, dan yang paling penting diantaranya adalah The Principle of Economy (1820). Buku ini mempengaruhi banyak ekonom yang datang kemudian, khusus tokoh abad ke-20 yang terkenal: John Maynard Keynes. Dalam tahun-tahun terakhir hayatnya Malthus peroleh pelbagai penghargaan. Dia tutup mata tahun 1834 umur enam puluh tujuh dekat kota Bath, Inggris. Dua dari tiga anaknya mati belakangan, tetapi Malthus tak bercucu samasekali.
Karena penggunaan kontrasepsi tidak tersebar luas sampai jauh hari sesudah Malthus meninggal, sering dianggap orang Malthus itu tak punya arti penting. Saya pikir anggapan ini tidak betul. Sebabnya begini. Pertama, ide Malthus membawa pengaruh mendalam baik kepada Charles Darwin maupun Karl Marx, yang mungkin merupakan dua pemikir terpenting dan paling berpengaruh di abad ke-19. Kedua, walaupun jalan pikiran neo-Malthusian tidak begitu saja ditelan bulat-bulat oleh mayoritas penduduk, usul-usulnya tidaklah dianggap angin lalu begitu saja, lagi pula tak pernah menguap habis. Gerakan Keluarga Berencana masa kini merupakan kelanjutan langsung dari gerakan yang bermula pada saat masa hidupnya Malthus.
Thomas Malthus bukanlah orang pertama yang minta perhatian adanya kemungkinan suatu pemerintahan kota yang tenang tiba-tiba berantakan karena kebanyakan penduduk. Pikiran macam ini dulu pernah pula diketemukan oleh pelbagai filosof. Malthus sendiri menunjuk Plato dan Aristoteles sudah mendiskusikan perkara ini. Memang, dia mengutip Aristoteles yang menulis antara lain: dalam rata-rata negeri, jika tiap penduduk dibiarkan bebas punya anak semau-maunya, ujung-ujungnya dia akan dilanda kemiskinan."
Tetapi, jika gagasan dasar Malthus tidak sepenuhnya orisini , janganlah orang mengecilkan arti pentingnya. Plato dan Aristoteles hanya menyebut ide itu sepintas lalu, dan sentuhan permasalahannya umumnya sudah dilupakan orang. Adalah Malthus yang mengembangkan ide itu dan menulis secara intensif pokok persoalannya. Dan yang lebih penting, Malthus merupakan orang pertama yang menekankan kengerian masalah kebanyakan penduduk, dan mengedepankan masalah ini agar menjadi pusat perhatian kaum intelektual dunia.















































SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI KARL MARX
Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan Prancis di tahun 1818. lahir setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David Ricardo meluncurkan bukunya “The Principles of Political Economy”. Dia merupakan pendiri Idiologi komunis yang sekaligus merupakan seorang teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang revolusionir. Merupakan seorang profesor dalam berbagai ide yang Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya. Setelah menyelesaikan gelar Ph. D dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin, dan Jena. Maka dari sinilah karier Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx merupakan adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo (pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme merupakan aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya berpendapat juka,”sejarah berproses melalui serangkaian situasi dimana sebuah ide yang diterima akan eksis, tesis. Namun segea akan berkontradiksi dengan oposisinya, antitesis. Yang kemudian melahirkanlah antitesis, kejadian ini akan terus berulang, sehingga konflik-konflik tersebut akan meniadakan segala hal yang berproses menjdai lebih baik.”
Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan sebuah buku “Das Kapital”, yang isinya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum, agama, dan bentuk budaya lai yang diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip komunis modern dalam bukunya tersebut antara lan :
1. pengahapusan kekayaan tanah dan menerapkan sewa tanah bagi tujuan-tujuan publik.
2. pengenaan pajak pendapat (tax income) yang bertingkat.
3. pengapusan seluruh hak-hak warisan.
4. penarikan kekayaan seluruh emigran dan para penjahat atau pemberontak.
5. sentralisasi kredit pada negara melalui bank nasional dengan modal negara dan monopoli yang bersifat eksklusif.
6. sentralisasi alat-alat komunikasi, dan transportasi di tangan negara.
7. perluasan pabrik dan alat-alat produksi yang dimilki oleh negara, menggarap tanah yang tanah, dan meningkatkan guna tanah yang sesuai dengan perencanaan umum.
Karl Marx percaya dalam kapitalisme, terjadi keterasinagan (alienasi) manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya tidak memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka rasakan sehingga mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri. Hasil keberadaan pasar, khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan kemampuan manusia untuk memperoleh kebahagiaan sejati, karena dia menjauhkan cinta dan persahabatan. Dia berpendepat bahwa dalam ekonomi klasik, menerima pasar tanpa memperhatikan kekayaan pribadi, dan pengaruh kebradaan pasar pada manusia. Sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antra kekayaan pribadi, ketamakan, pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran dengan kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dan lain-lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah, is tidak memeperimbangkan kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan produksi.
Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :
  1. masyarakat feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah pertanian dikuasai oleh tuan-tuan tanah.
  2. Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan berlangsung, namunkarena terjadi peningkatan output dan kegiatanekonomi, sebagaimana feudalisme juga mengandung benih kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan dengan masyarakat sosialise.
  3. Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih mengandung sisa-sisa kapitlisme.
  4. Pada masa komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan intensif uang atau materi.
Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu:
  1. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.
  2. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.
Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkan nya ke dalam masyarakat, dengan meneliti antara kekuatan dan relasi produksi. Dimana nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang berakibat perubahan kekuatan produksi dari penggilingan tangan pada sistem feodal menjadi penggilingan uap pada sistem kapitalisme. Menurutnya satu-satunya biaya sosial untuk memproduksi barang adalah buruh.
Analisa karl marx tentang Kapitalisme
karl marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis memunculkan akibat social yang tidak diinginkan dan sebagai pertentangan pada kapitalisme menjadi lebih nyata dari waktu ke waktu. Kritik karl marx ini tertuang pada hukum Karl Marx tentang kapitalisme, yang berisi tentang :
1. Surplus pengangguran
Pada konsep tentang surplus pengangguran ini, Karl Marx berpendapat bahwa selalu terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja yang erdampak pada penekanan tingkat upah sehingga menjadi surplus value dan keuntungan tetap bernilai positif. Karl Marx melihat ada 2 faktor penyebab terjadinya surplus tenaga kerja ini. Pertama, yaitu Direct Recruitment yang terjadi akibat penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect Recruitment yang terjadi akibat adanya anggota baru tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja.
2. Penurunan tingkat keuntungan
Dalam model Karl Marx dirumuskan bahwa tingkat keuntungan (P) mempunyai hubungan positif dengan tingkat surplus Value (S’) dan mempunyai hubungan negative dengan organic komposition of capita (Q).
P=S’(1-Q)
Dengan asumsi bahwa surpus value dipertahankan untuk tidak berubah. Setiap kenaikan dalam organic composition of capital akan menghasilkan penurunan pada tingkat keuntungan, melalui mekanisme sebagai berikut.
Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada lebih banya fariabel modal yang digunakan untuk menambah tenaga kerja, sehingga akan menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat pengangguran. Tingkat surplus value akan mengalami penurunan sebagai akibat dari naiknya upah, begitu juga tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis akan bereaksi dengan mengganti tenaga kerja manusia dengan mesin dengan menambah organic composition of capital. Jika tingkat surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka kenaikan pada organic composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan pada level yang lebih rendah.
3. Krisis Bisnis
Pada konteks krisis bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat bahwa adanya perubahan orientasi atau tujuan dari proses produksi dari tujuan nilai guna pada zaman ekonomi barter berubah menjadi tujuan nilai tukar dan keuntungan saat dibawah kapitalisme, menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi barter, produse hanya menghasilkan barang untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan komoditi yang lain, sehingga pada saat ekonomi barter ini tidak pernah terjadi over produksi. Sedangkan ketika tujuan produksi berubah menjadi nilai tukar dan keuntungan maka terjadinya over produksi pada suatu perekonomian akan mungkin terjadi. Over produksi itu sendiri akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan. Perubahan tingkat keuntungan tersebut akan berdampak pada pengeluaran untuk infestasi. Volatility dari pengeluaran infestasi inilah yang menurut pendapat Karl Mark merupakan penyebab umum dari fluktuasi pada keseluruhan aktifitas ekonomi. menghasilkan siklus bisnis, hal ini Karl Marx bercermin pada pertumbuhan dramatic pada industry tekstil di Inggris dengan mekanisme sebagai berikut. Adanya ledakan pada teknologi akan menyebabkan peningkatan akumulasi dari modal dan permintaan pada tenaga kerja. Jumlah pengangguran akan berkurang, tingkat upah akan naik, surplus value akan berkurang, dan tingkat surplus value akan berkurangdan akhirnya akan mengurangi tingkat keuntungan. Penurunan tingkat keuntungan akan menyebabkan penurunan akumulasi modal dan akan menyebabkan depresi. Namun menurut Karl Marx depresi ini mempunyai elemen yang akhirnya, cepat atau lambat akan menyebabkan ekspansi yang baru pada kegiatan ekonomi.
Teori klasikmelihat bahwaadanya pasar di harapkan dapat memecahkan masalah alokasi sumber daya yang ada, hal ini akan menciptakan suatu kondisi keseimbangan dalam jangka panjang.
4. Jatuhnya nilai profit dan krisis bisnis
Dalam model Karl Marxian sebuah ekonomi klasik dengan jelas bergantung pada kapitalis itu sendiri yang berupaya untuk mengubah jumlah atau nilai profit dan mengubah ekspetasi profit dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx memakai hukumnya itu untuk menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek dalam aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh profit yang besar, aliran kapitalis menambah komposisi modal an ternyata hal itu justru menurunkan profit.
Kaum kapitalis secara periodic akan berusaha menanggulangi jatuhnya nilai profit dengan mengurangi infestasi secara berlebih yang dapat menyebabkan aktifitas ekonomi mengalami fluktuasi yang nantinya bias menyebabkan krisis.
Karl Marx mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan fluktuasi dalam aktifitas bisnis, yaitu: jatuhnya nilai profit, factor teknologi baru yang tidak sama, dan tidak proporsionalnya pengembangan dalam suatu sector ekonomi yang nantinya dapat menyebabkan penurunan dalam level kegiatan ekonomi.
Fluktuasi menurutnya terjadi dalam suatu system karena pada dasarnya kebanyakan dari aktifitas kapitalis cenderung ingin mencari jumlah profit sebanyak mungkin.
Adapun teori karl marx tentang krisis bisnis mungkin banyak terdapat kekurangan secara internal, tidak diragukan lagi bahwa pandangannya tentang kapitalis secara mendasar belum stabil. Meskipun begitu, visi dari karl marx tentang teori kapitalis ini secara lebih lanjut tidak mendapat smabutan oleh teori orthodox sapai tahun 1930.
5. Konsentrasi modal
Meskipun model karl marx memberi asumsi mengenai adanya pasar persaingan sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-perusahan kecil dalam tiap –tiap industry, namun karena ketatnya persaingan maka akan mengarah pada jatuhnya industry-industri kecil sehingga akan mengurangi persaingan.
Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan peusatan modal. Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah redistribusi pada modal. Karl Marx menujukan bahwa perusahaan yang besar lebih bias mencapai skala ekonomi yang lebih baik ketimbang perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar itu dapat memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan monopoli. Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan sistem kredit dan kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.
6. Bertambahnya kesengsaraan kaum proletar
kontradiksi kapitalisme menurut marx menyebabkan bertambahnya tingkat kesengsaraan pada kaum proletar. Bertambahnya kesengsaraan secara absolut menunjukkan pendapatan dari masyarakat secara global menurun dalam sistem kapitalis dan juga menunjukan bahwa bagian pendapatan nasional mereka menjadi turun di kemudian hari.
Hingga pada akhirnya marx berasumsika secara konsisten bahwa hal yang harus dilakukan untuk menghilangkan kesengsaraan, yakni dengan lebih memperhatikan pada kualitas hidup mereka.

Tidak ada komentar: