MAKALAH
PSIKOLOGI DAYA

Oleh : FBS
2011 B
-
Imron Rosidi
-
Lina Arisanti
-
Moh. Zainul Hakim
-
Rohim Pradana
-
Sumartono
-
Titin Purwanti
-
Yuli Karlina
MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI
BANYUWANGI
TAHUN 2012
![]() |
KATA PENGANTAR
Guru, sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami
bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik.
Belajar dan pembelajaran satu sama lain
memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar
dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya perubahan perilaku dalam
diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah bahwa
pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan
kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran.
Belajar diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya
perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap
situasi dan interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai upaya proses membangun pemahaman siswa. Pembelajaran disini lebih
menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa
dalam belajar. Tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh hasil belajar dan
pengalaman hidup, sedangkan tujuan dari pembelajaran adalah untuk mengembangkan
kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa.
DAFTAR ISI
Hal. Judul............................................................................................................................ I
Hal. Kata Pengantar............................................................................................................ II
Hal. Daftar Isi...................................................................................................................... III
I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
I.1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
I.2
Rumusan Masalah................................................................................................. 2
I.3
Tujuan.................................................................................................................... 2
II KAJIAN
PUSTAKA................................................................................................... 3
II.1 Teori Tentang Belajar dan Pembelajaran............................................................... 3
II.1.1
Pengertian Belajar........................................................................................ 3
II.1.2
Pengertian Pembelajaran.............................................................................. 4
II.1.3
Tujuan Belajar.............................................................................................. 5
II.1.4
Tujuan Pembelajaran.................................................................................... 7
II.2 Teori Tentang Psikologi Daya............................................................................... 8
II.2.1
Pengertian psikologi daya…………………………………………………8
II.2.2
Dimensi psikologi daya……………………………………………………9
III PENUTUP.................................................................................................................... 14
III.1 Kesimpulan............................................................................................................ 14
III.2 Saran...................................................................................................................... 14
III.3 Penutup................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16
I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Guru, sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami
bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik.
Untuk dapat memahami proses belajar yang
terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakekat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai hakekat dan
konsep dasar belajar, guru mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran,
karena fungsi utama pembelajaran adalah
memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.
Istilah pembelajaran sudah
mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih setelah
diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
secara legal memberi pengertian tentang pembelajaran. Pembelajaran sebagai
konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya
sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial
untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi
individu sebagai peserta didik.
Dari pengertian tersebut
tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki
keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan
substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya
peerubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran
dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan
proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran.
Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar merupakan
konsekuensi dari pembelajaran. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa
akuntabilitas belajar bersifat internal/individual, sedangkan akuntabilitas
pembelajaran bersifat publik. (Udin S. Winataputra, dkk, 2008)
Sehubungan
dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan menerapakan
konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan
pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran
yang efektif.
I.2
Rumusan Masalah
Memahami makna belajar dan pembelajaran sangat penting dalam proses
belajar. Namun kesadaran peserta didik untuk memahami makna dari belajar dan
pembelajaran masih kurang, hal itu dipicu karena kebanyakan para siswa lebih
mementingkan nilai atau hasil belajar dari sebagian mata pelajaran daripada
makna dan manfaat dari pembelajaran itu sendiri. Oleh sebab itu sekarang banyak
siswa yang memiliki nilai sempurna, namun tidak memiliki pemahaman yang jelas
atau penerapan dari hasil nilai tersebut.
Berdasarkan masalah diatas, maka kami menyusun karya tulis ini, guna
memaparkan makna tentang belajar dan pembelajaran, supaya para siswa dapat
mengetahui makna sebenarnya dari proses belajar. Selain itu juga kami membahas
tentang psikologi daya yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Sehingga
para siswa mampu mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik.
I.3
Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah :
1. Mengetahui makna dan manfaat
dari belajar dan pembelajaran
2. Mengetahui makna dari
psikologi daya
3. Meningkatkan prestasi
belajar siswa setelah memahami makna dari pembelajaran
4. Sebagai pemenuhan nilai
tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran
II KAJIAN PUSTAKA
II.1
Teori Tentang Belajar dan
Pembelajaran
1.
Pengertian belajar
Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Didalamnya dikembangkan
teori –teori yang meliputi teori tentang tujuan pendidikan,
organisasi kurikulum, isi ‘kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum.
(DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)
Sedangkan menurut Morgan, et.al (1986) belajar dapat
didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif
tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Pendapat ini serupa
dengan pendapat Cronbach (Suryobroto, 1983) yakni “Learning is shown by a change in behavior as results of experience”, dan pendapat Mazur dan Rocklin (Slavin, 1997)
bahwa : “Learning
is usually defined as a change in an individual caused by experience”. Demikian juga Reber (1988) yang mengemukakan bahwa “Learning is a relatively permanent change in
response potentiality which occurs as a result of reinforced practice”,
belajar merupakan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif tetap sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Ormrod (1995) mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang berbeda. Difinisi pertama menyatakan
bahwa, ”Learning is
relatively permanent change in behavior due to experience”, belajar merupakan perubahan
perilaku yang relatif permanen karena pengalaman. Sedangkan definisi kedua
menyatakan bahwa, “Learning is
relatively permanent change in mental associations due to experience”, belajar
merupakan perubahan mental yang relative permanen karena pengalaman. Sehingga, belajar diartikan
sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan
mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan interaksi dengan
lingkungan.
Pengertian-
pengertian ini memperlihatkan adanya beberapa
karakteristik, bahwa :
a.
Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar.
b.
Perubahan tersebut
berupa kemampuan baru dalam memberikan tanggapan terhadap suatu rangsangan.
c.
Perubahan itu terjadi
secara permanen.
d.
Perubahan tersebut
terjadi bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan fisik, melainkan karena
usaha sadar.
Belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks. Dimyati dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan bahwa
penentu dari proses belajar adalah siswa. Selain itu Hilgard dan Marquis
berpendapat bahwa belajar merupakan proses pencarian ilmu dalam diri sendiri
melalu latihan, pembelajaran, dan yang lainnya sehingga terjadi perubahan dalam
diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan
mengalami, mencari, menelusuri dan memperoleh sendiri apa yang kita inginkan.
Menurut Gage (1984) belajar adalah
sebagai suatu proses dimana seorang individu berubah perilakunya sebagai akibat
dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat, belajar merupakan
proses yang terjadi dalam jangka waktu yang lama melalui latihan yang membawa terjadinya
perubahan dalam diri sendiri. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan bahwa
belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan
sikap-sikap. (DR. H Syaiful Sagala,
M.Pd.,2008)
Bertitik tolak dari pandangan para
ahli tersebut yang berbeda-beda, namun diantara mereka terdapat kesamaan makna
dari pengertian belajar yaitu menunjukkan kepada ”suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah
belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan,
perubahan itu utamanya didapat karena kemampuan baru, dan perubahan itu terjadi
karena disengaja.
2.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran ialah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan
penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008).
Pembelajaran juga bisa diartikan
sebagai upaya untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar.
Menurut Degeng (1984) pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa.
Sehubungan dengan pelajaran Matematika, Nikson (1992) mengemukakan bahwa
pembelajaran Matematika adalah suatu upaya dalam membantu siswa untuk
mengkontruksi (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip Matematika dengan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip
itu terbangun kembali. Dengan demikian pembelajaran dapat didefinisikan sebagai
upaya proses membangun pemahaman siswa. Pembelajaran disini lebih menekankan
pada bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa dalam
belajar.
Istilah pembelajaran agaknya berkaitan
dengan istilah mengajar dalam pengertian kualitatif menurut Biggs. Biggs (Syah,
1997) membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian, yakni:
a.
Pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transmission of knowledge, yakni
mengajar merupakan suatu proses transmisi pengetahuan.
b.
Pengertian institusional, mengajar diartikan sebagai the efficient
orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar
secara efisien.
c.
Pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai the facilitation of
learning, yakni upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa.
Beberapa ciri pembelajaran yang perlu
diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
a.
Mengaktifkan motivasi
b.
Memberitahukan tujuan belajar
c.
Merancang kegiatan dan perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
terlibat secara aktif, terutama secara mental
d.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang berpikir siswa
(provoking question)
e.
Memberikan bantuan terbatas kepada siswa tanpa memberikan jawaban final
f.
Menghargai hasil kerja siswa dan memberi umpan balik
g.
Menyediakan aktivitas dan kondisi yang memungkinkan terjadinya konstruksi
pengetahuan.
3.
Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai
suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut
melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan
(peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya.
Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar
dan pengalaman hidup.
Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk
tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:
a.
Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir,
mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al
(Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari
yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
·
Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
·
Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari
hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:
-
Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk
ke dalam bentuk lain.
-
Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
-
Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan
meluaskan trend di luar data yang diberikan
·
Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata
dan baru.
·
Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:
-
Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen
dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
-
Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara
elemen-elemen dalam suatu struktur.
-
Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari
struktur kompleks.
·
Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan
memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau
sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas:
-
Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan
-
Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas
-
Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak
·
Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang
sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria
tertentu.
b.
Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan
penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom
(Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari
yang sederhana hingga yang kompleks, yakni:
·
Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau
stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan
untuk memperhatikan hal tersebut.
·
Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara
aktif terhadap fenomena atau stimuli.
·
Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat
memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian
tertentu.
·
Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk
menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai.
·
Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup
seseorang.
c.
Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel,
1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:
·
Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau
lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
perangsang.
·
Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan
diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
·
Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh atau gerak peniruan.
·
Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan
dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.
·
Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk
melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara
lancar, tepat, dan efisien.
·
Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan
persyaratan khusus yang berlaku.
·
Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas
dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
4.
Tujuan
pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakekatnya
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan
landasan bagi:
a. Penentuan isi (materi) bahan ajar.
b. Penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran.
c. Penentuan dan pengembangan alat evaluasi.
Tujuan pembelajaran dapat
diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah pernyataan
umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada struktur
orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah pernyataan khusus tentang hasil
pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.
Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan
atas:
a.
Tujuan yang bersifat orientatif, dapat diklasifikasikan pula atas 3 tujuan,
yakni:
·
Tujuan orientatif konseptual
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami
konsep-konsep penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
·
Tujuan orientatif prosedural
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar
menampilkan prosedur.
·
Tujuan orientatif teoritik
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami
hubungan kausal penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
b.
Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni:
·
Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang menunjukkan apa
yang harus diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.
·
Tujuan pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu menunjukkan
konteks dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.
Selain tujuan umum dan tujuan khusus
di atas, terdapat pula tujuan pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan
kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa.
II.2
Teori Tentang Psikologi Daya
1.
Pengertian Psikologi Daya
Seseorang belajar
didasari oleh kesiapan mental yang terdiri dari jumlah daya (kekutan) yang
dimana satu lain terpisah, seperti ; daya mengamati, mengingat, menanggapi,
menhayal, dan berpikir yang kesemuaannya membutuhkan latihan. Terori ini
memandang bahwa belajar pada bahan ajar telah mempunyai nilai dan nilai
tersebut terletak pada formalnya, bukan pada materinya. Artinya, apapun materi
ajar yang dipelajari seseorang tidaklah penting, melainkan yang penting adalah
pengaruhnya dalam membentuk daya-daya tertentu.
Teori ini juga
didasarkan pada suatu konsep bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yang
dinamis meliputi respon terhadpa rangsangan, dorongan, dan proses penalaran
untuk memelihara kesimbangan dalam merespon sistem-sistem energi lain, sehingga
pembelajran dapat berinteraksi melalui organ rasa.
Merujuk pada
teori ini, juga mendasar adanya tingkah laku (behaviorisme) manusia
merupakan tanggapan (respon) terhadap (stimulan) yang disebabkan
oleh sesuatu yang dilihatnya. Jadi, terjadinya tingah laku disebabkan oleh
sesuatu yang lain. dengan demikian munculah dua aliran;
1)
Koneksinoisme
atau Asosianisme, yaitu terjadinya
tingkah laku manusia karena respon yang disebabkan oleh stimulan lain dimana
satu dengan lainya saling berhubungan.
2)
Konotivisme,
yakni terjadinya tingkah laku manusia karena manusia karena kemampuan manusia
untuk mengetahui dan membuat hubungan antara komponen yang diketahuinya.
kemampuan mengetahui (kognitif) inilah menjadi respon seseorang terhadap
sitimulan semakin kuat.
Selain itu, jiwa manusia terdiri dari
berbagai daya, mengingat, berpikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Tiap
daya mempunyai fungsinya sendiri-sendiri. Tiap orang mempunyai/memiliki semua
daya-daya itu, hanya berbeda kekuatannya saja. Agar daya-daya itu berkembang
(terbentuk), maka daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori
ini bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan daya-daya
Anggapan ini sama halnya dengan daya-daya
pada badan. Apabila suatu daya telah dilatih, maka secara tidak langsung akan
mempengaruhi dayad-daya lainnya dan seseorang dapat melakukan transfer of
learning terhadap situasi lain.
Untuk itulah maka kurikulum harus
menyediakan mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya
tadi. Tekanannya bukan terletak pada isi materinya, melainkan pada
pembentukannya. Pendidikan dengan latihan pemilihan mata pelajaran dilakukan
atas dasar pembentukan daya-daya secara efisien dan ekonomis. Kurikulum
terorganisir dan diperuntukkan bagi semua anak, dan kurang mementingkan isi,
minat anak tidak diperhatikan, yang penting ialah kerja keras. Kebudayaan
ditanamkan pada anak untuk mempersiapkannya ke tujuan masyarakat.
Berkat kemajuan dalam psikologi, maka
muncullah teori-teori baru yang disebut Phrenologi. Phrenologi
adalah kombinasi antara psikologi daya dan fisiologi yang pada prinsipnya
menyatakan bahwa otak kita terbagi menjadi beberapa daerah dan tiap daerah mempunyai
fungsi yang berbeda-beda. Tiap fungsi itu terletak pada bagian tertentu pada
otak. Dengan demikian terdapat karakteristik mental individual. Tiap fungsi
mempunyai pusatnya masing-masing dan mengandung kesatuan fungsional.
2.
Dimensi Psikologi Daya
Konsep psokologi daya mempunyai tiga dimensi yaitu :
1)
Pemenuhan kebutuhan
2)
Kompetensi intra - pribadi
3)
Kompetensi inter - pribadi
Dimensi pemenuhan kebutuhan
merujuk pada kekuatan psikis yang diperlukan untuk memenuhi seluruh
kebutuhannya agar dapat mencapai kualitas kehidupan secara bermakna dan
memberikan kebahagiaan. Makin banyak kekuatan psikis dalam dimensi ini, makin
besar kemungkinan individu mampu memenuhi kebutuhan hidup sehingga lebih
bermakna dan bahagia. Sebaliknya makin sedikit kekuatan psikis dalam dimensi
ini, makin besar peluang untuk mengalami frustasi dan ketidak efektifan
hidupnya.
Dimensi kedua psikologi daya
berkenaan dengan kompetensi intra-pribadi yaitu kekuatan yang diperlukan dalam
menghadapi tuntutan yang berasal dari dalam dirinya sendiri.
Dimensi ketiga psikologi
daya adalah kompetensi inter-pribadi yaitu kekuatan psikis yang berkenaan
dengan hubungan bersama orang lain dan pada gilirannya akan mencapai
kebermaknaan hidup dan kebahagiaan hidup.
Ketiga dimensi tersebut
saling berinteraksi, dalam arti apabila terjadi perubahan dalam satu dimensi
menjadi lebih baik atau jelek, maka akan menyebabkan perubahan dalam dimensi
lain. Tugas pendidik adalah memperkuat ketiga dimensi tersbut untuk memperkuat
derajat fungsi daya psikis secara keseluruhan. Adapun penjelasan secara rinci
mengenai ketiga dimensi psikologi daya terebut adalah sebagai berikut :
1)
Pemenuhan kebutuhan
Makin banyak dicapai
kebutuhan psikologis, orang akan makin kuat secara psikologisnya seperti halnya
orang yang cukup gizi akan makin kuat fisiknya. Orang yang mendapatkan
pemenuhan kebutuhannya, akan menikmati fungsi-fungsi psikologis secara
normal, terbebas dari stress, dan
gangguan-gangguan lainnya. Sebaliknya orang yang pemenuhan kebutuhannya dalam
derajat tidak memadai, cenderung akan banyak mengalami gangguan psikologis dan
berada dalam rentangan fungsi psikologis yang tergolong distress atau abnormal.
Orang pergi ke konseling berkaitan erat dengan masalah pemenuhan kebutuhannya.
Ada beberapa macam yang terkait dengan konseling, yaitu :
a) Memberi dan menerima kasih
sayang
Untuk mencapai kelangsungan
hidup yang memuaskan, manusia memiliki kebutuhan untuk memberi dan menerima
kasih sayang dari pihak lain meskipun dalam kenyataannya orang lebih banyak
merasakan kebutuhannya untuk menerima kasih sayang. Menerima kasih sayang
sangat penting bagi individu karena dapat memberikan suasana kehangatan, rasa
diterima dan dapat dicintai. Pada kenyataannya banyak orang merasa terlambat
dalam pemenuhan kebutuhan ini karena telah memberikan kasih sayang kepada orang
lain, tetapi tidak menerima balasan kasih sayang dari orang lain.
b) Kebebasan
Pada dasarnya manusia
mempunyai keinginan untuk melangsungkan pemilihan secara bebas berdasarkan
timbangan dirinya sendiri dan bukan atas dasar
timbangan atau keinginan orang lain. Orang membutuhkan pengalaman dengan
derajat kebebasan dalam lingkungan pekerjaan, keluarga, persahabatan, dan
kehidupan masyarakat secara luas. Orang yang merasa kurang memperoleh kepuasan
kebutuhan akan semakin bergantung kepada orang lain.
c) Memiliki kesenangan
Kesenangan merupakan
kebutuhan paling mendasar dan mempunyai peranan erat terhadap kesehatan
psikologis. Pada anak-anak pemenuhan kebutuhan ini menempati prioritas utama
dan orang dewasa berpendapat bahwa kesenangan merupakan ciri-ciri anak-anak
bukan orang dewasa.
d) Menerima stimulasi/rangsangan
Pada dasarnya orang
membutuhkan sejumlah variasi dan perubahan yang sehat pada dirinya. Mereka
membutuhkan pengalaman yang merangsang hubungan dan tantangan baru untuk
menjaga kehidupan yang baik. Mereka secara sadar memanfaatkan waktu untuk mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru dalam persahabatan, pekerjaan dan kehidupan lainnya.
e) Perasaan mencapai prestasi
Orang membutuhkan untuk melihat hasil positif dari usaha-usaha yang telah
dilakukannya. Bila orang melihat dampak positif dari apa yang telah ia lakukan,
dia akan merasakan kepuasan, dam sebalikny jika tidak berhasil dari usahanya
maka akan menimbulkan kekecewaan, dan dapat mengganggu kondisi psikologisnya.
f) Memiliki harapan
Orang membutuhkan harapan akan kemungkinan yang akan dicapai di kemudian
hari, misalnya dalam pendidikan, pekerjaan, kehidupan perkawinan, keluarga dan
masyarakat. Bila seseorang merasakan ada harapan-harapan dalam tugasnya, maka
dia akan termotivasi dalam mengerjakan sesuatu, tentunya akan menghasilkan
sesuatu yang memuaskan pula.
g) Memiliki ketenangan
Kebanyakan
orang tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka membutuhkan untuk berada dalam
ketenangan atau kesunyian. Banyak orang senantiasa sibuk dengan berbagai
kegiatan sehari-hari dan menganggap bahwa berada dalam ketenangan merupakan kebutuhan
dasar manusia.
h) Memiliki tujuan hidup secara
nyata
Banyak
orang tidak menyadari akan kebutuhan mereka
tentang tujuan hidup secara nyata. Untuk memperoleh perjalanan hidup
yang bermakna dan bahagia, orang harus mengenal dan memahami tujuan hidup dan
arahan dalam berperilaku.
2)
Kompetensi intra - pribadi
Kekuatan psikologis dangat
ditentukan oleh sebarapa jauh orang mengenal dan berhubungan dengan diri
pribadi. Kompetensi intra-pribadi adalah kecakapan yang dipelajari yang dapat
membantu orang berhubangan secara baik dengan dirinya. Tujuan kompetensi
pribadi adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitaspemenuhan kebutuhan
pribadi. Hubungan dengan orang lain mempunyai kebersamaan dan keterkaitan
dengan hubungan dengan orang lain. Apabila orang mampu berhubungan dengan
dirinya secara efektif, maka akan efektif pula dalam berhubungan dengan orang
lain. Sebaliknya kegagalan dalam berhubungan dengan dirinya sendiri akan gagal
pula dalam behubungan dengan orang lain. Hubungan intra-pribadi berkenaan
dengan tiga kompetensi yang saling berkaitan, yaitu :
a)
Pengetahuan diri
Ketidaktahuan seseorang
dalam dirinya sendiri akan menimbulkan berbagai bentuk perilaku yang kurang
efektif dan dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan psikologisnya. Orang yang
kurang memahami dirinya, disebabkan oleh proses pembelajaran dari pengalaman
menyembunyikan bagian dirinya, untuk mencegah dan mengurangi kecemasan.
b)
Pengarahan diri
Pengarahan diri mempunyai
makna sebagai daya yang memberi arah bagi seseoarng dalam hidupnya dan tanggung
jawab penuh terhadap konsekuensi dari perilakunya. Semakin mampu seseorang mengarahkan
perilakunya, maka makin mungkin menjalani hidupnya secara efektif terhindar
dari situasi yang mengganggu perjalanan hidupnya. Orang yang kurang dalam
pengarahan diri akan manifestasinya dalam berbagai kemungkinan seperti kurang
percaya diri dan kurang mampu mengendalikan diri.
c)
Harga diri
Harga diri bermakna sebagai
suatu pandangan orang secara umum bahwa dirinya bermanfaat, berkemampuan dan
berkebajikan. Hal itu berkembang dari bagaimana orang berperilaku dalam
cara-cara yang sejalan dengan nilai-nilai yang sehat dan pengalaman-pengalaman
yang masuk akal dalam diri mereka. Harga diri hamper seluruhnya bersifat tidak
disadari dan memotivasi orang untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan
melindungi diri dari tantangan yang tidak diperlukan dan merugikan.
3)
Kompetensi inter - pribadi
Kompetensi inter pribadi
merupakan kecakapan yang dipelajari, yang memungkinkan orang berhubungan dengan
orang lain dalam cara-cara saling memenuhi. Kompetensi inter-pribadi melengkapi
kompetensi intra-pribadi karena keduanya dibutuhkan untuk pertumbuhan
psikologis. Apabila orang dapat berhubungan dengan dirinya dan orang lain
secara baik, maka dia akan mengalami pemenuhan kebutuhan secara baik.
Sebaliknya kesulitan dalam berhubungan dengan dirinya dan orang lain dapat
mengganggu pemenuhan kebutuhannya yang gilirannyadapat menyebabkan gangguan-gangguan
psikologis. Kompetensi intra-pribadi bertindak sebagai jembatan yang
menghubungkan dengan dunia luar. Makin banyak jembatan, makin kuat dirinya,
maka makin banyk kebutuhan dipenuhi dan makin banyak sumber-sumber psikologis
yang akan dimiliki untuk berbagi dengan orang lain.
Berikut ini akan dikemukakan
beberapa kompetensi yang berkaitan dengan kurangnya kompetensu pribadi, yaitu:
a)
Kepekaan terhadap dirinya sendiri
Pada
saat orang berhubungan dengan orang lain, orang perlu mengenal dan menyesuaikan
diri dengan dirinya seperti halnya dengan orang lain. Agar terciptanya hubungan
yang efektif.
b)
Ketegasan diri
Menjadi
tegas, berarti orang telah belajar dari hidupnya untuk mendapatkan apakah dia
lurus dan tegas serta berkomunikasi dengan cara-cara jujur secara konstruktif.
Orang-orang tegas tidak membiarkan orang lain menghalangi jalur pemenuhan
kebutuhannya, dan berkomunikasi dengan cara-cara yang sopan dan baik, sehingga
orang lain mengerti.
c)
Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain
Nyaman
dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain mempunyai makna sebagai suatu
kondisi psikologis yang bersifat transparan, yaitu membiarkan diri sendiri
dilihat orang lain dalam keadaan tertentu. Orang yang transparan bertindak atas
dasar prinsip bahwa bagaimana orang lain memandang tentang dirinya sama dengan
dia memandang orang lain.
d)
Menjadi diri yang bebas
Orang yang memiliki rasa kebebasan akan membiarkan orang lain untuk
menjadi dirinya sendiri. Ia membiarkan orang lain berada dalam suasana santai
dan nyaman dengan dirinya dan memuaskan. Orang yang bebas membiarkan orang menemukan
kebutuhannya dalam cara dan tempat yang mereka pilih. Sebaliknya orang yang
tidak bebas akan mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain.
e)
Harapan yang realistic terhadap dirinya dan orang lain
Hubungan antar
pribadi ditentukan oleh harapan terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Hubungan antar pribadi akan tercipta dengan baik dan menunjang kehidupan
psikologis yang sehat jika harapan terhadap diri sendiri dan orang lain dapat
terwujud secara realistis.
f)
Perlindungan diri dalam situasi inter-pribadi
Hubungan
antar pribadi akan berkembang baik apabila orang merasa terlindung dalam
berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki kompetensi ini akan mampu
menghadapi kejadian apapun dalam hubungan mereka dengan orang lain. Mereka akan
mampu bertindak dengan cara-cara yang tepat sehingga mereka dalam berhubungan
dengan orang lain tidak membuat dirinya terancam.
III PENUTUP
III.1
Kesimpulan
1.
Belajar adalah suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Tujuan belajar adalah untuk memperoleh perubahan tingkah laku dari
individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar.
2.
Pembelajaran
adalah membelajarkan siswa menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Tujuan pembelajaran adalah hasil pembelajaran yang diinginkan
yang mengacu pada struktur orientasi dan konstruk tertentu.
3.
Psikologi daya adalah struktur belajar yang didasari
oleh kesiapan mental yang terdiri dari jumlah daya (kekutan) yang
dimana satu lain terpisah, seperti ; daya mengamati, mengingat, menanggapi,
menhayal, dan berpikir yang kesemuaannya membutuhkan latihan.
4.
Dimensi-dimensi psikologi daya: Pemenuhan kebutuhan ;
Kompetensi intra – pribadi ; Kompetensi inter - pribadi
III.2
Saran
Dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran yang terpenting bukanlah mencapai nilai setinggi-tingginya,
melainkan sebuah hasil yang berasal dari sebuah proses belajar yang diikuti.
Dengan kata lain, sebuah nilai tidak akan berguna bila diperoleh dari sebuah
jalan pintas, tetapi nilai sebagai hasil belahar tersebut sangat bermanfaat
jika diperoleh dengan cara mengikuti proses belajar dengan baik.
Sebagai calon pendidik sudah
sepantasnya kita mengikuti proses pendidikan dengan baik, dan menikmati setiap
proses yang ada. Jadi mulai sekarang lebih mulia jika kita menikmati masa
pendidikan ini, guna menjadi seorang pendidik yang berkualitas.
III.3
Penutup
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi “Psikologi Daya dalam Belajar dan
Pembelajaran” yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan penyajian makalah
ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang aktif memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi kesempurnaannya makalah ini dan penulisan karya
tulis di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ratumanan, Tanwey, Gerson, Drs., M.Pd. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya. Unesa University Press.
Sagala, Syaiful, DR.,H.,M.Pd. (2008). Konsep
dan Makna Pembelajaran. Jakarta. Alfabeta Bandung.
Udin. S. Winataputra, dkk. (2008).Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.
www.wikipedia.com/teoritentangpsikologidaya/item
Tidak ada komentar:
Posting Komentar