Ged a Widget

Minggu, 13 Oktober 2013

MAKALAH PSIKOLOGI DAYA

MAKALAH
PSIKOLOGI DAYA
Uniba-kecil.jpg






Oleh : FBS 2011 B
-          Imron Rosidi
-          Lina Arisanti
-          Moh. Zainul Hakim
-          Rohim Pradana
-          Sumartono
-          Titin Purwanti
-          Yuli Karlina

MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
TAHUN 2012
 

            KATA PENGANTAR

Guru, sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran.

Belajar diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai upaya proses membangun pemahaman siswa. Pembelajaran disini lebih menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa dalam belajar. Tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup, sedangkan tujuan dari pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.




















DAFTAR ISI
Hal. Judul............................................................................................................................ I
Hal. Kata Pengantar............................................................................................................ II
Hal. Daftar Isi...................................................................................................................... III

I    PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
I.1          Latar  Belakang..................................................................................................... 1
I.2          Rumusan Masalah................................................................................................. 2           
I.3          Tujuan.................................................................................................................... 2

II    KAJIAN PUSTAKA................................................................................................... 3
II.1       Teori Tentang Belajar dan Pembelajaran............................................................... 3
II.1.1           Pengertian Belajar........................................................................................ 3
II.1.2           Pengertian Pembelajaran.............................................................................. 4
II.1.3           Tujuan Belajar.............................................................................................. 5
II.1.4           Tujuan Pembelajaran.................................................................................... 7

II.2       Teori Tentang Psikologi Daya............................................................................... 8
II.2.1           Pengertian psikologi daya…………………………………………………8
II.2.2           Dimensi psikologi daya……………………………………………………9


III  PENUTUP.................................................................................................................... 14
III.1    Kesimpulan............................................................................................................ 14
III.2    Saran...................................................................................................................... 14
III.3    Penutup................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16



















I    PENDAHULUAN
I.1          Latar  Belakang

Guru, sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakekat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, guru mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.

Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih setelah diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal memberi pengertian tentang pembelajaran. Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.

Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya peerubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal/individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik. (Udin S. Winataputra, dkk, 2008)

Sehubungan dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif.




I.2          Rumusan Masalah

Memahami makna belajar dan pembelajaran sangat penting dalam proses belajar. Namun kesadaran peserta didik untuk memahami makna dari belajar dan pembelajaran masih kurang, hal itu dipicu karena kebanyakan para siswa lebih mementingkan nilai atau hasil belajar dari sebagian mata pelajaran daripada makna dan manfaat dari pembelajaran itu sendiri. Oleh sebab itu sekarang banyak siswa yang memiliki nilai sempurna, namun tidak memiliki pemahaman yang jelas atau penerapan dari hasil nilai tersebut.
Berdasarkan masalah diatas, maka kami menyusun karya tulis ini, guna memaparkan makna tentang belajar dan pembelajaran, supaya para siswa dapat mengetahui makna sebenarnya dari proses belajar. Selain itu juga kami membahas tentang psikologi daya yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Sehingga para siswa mampu mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik.

I.3          Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah :

1.      Mengetahui makna dan manfaat dari belajar dan pembelajaran
2.      Mengetahui makna dari psikologi daya
3.      Meningkatkan prestasi belajar siswa setelah memahami makna dari pembelajaran
4.      Sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran

















II    KAJIAN PUSTAKA

II.1       Teori Tentang Belajar dan Pembelajaran

1.         Pengertian belajar

Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Didalamnya dikembangkan teori –teori yang meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi ‘kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)

Sedangkan menurut Morgan, et.al (1986) belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Pendapat ini serupa dengan pendapat Cronbach (Suryobroto, 1983) yakni “Learning is shown by a change in behavior as results of experience, dan pendapat Mazur dan Rocklin (Slavin, 1997) bahwa : Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Demikian juga Reber (1988) yang mengemukakan bahwa “Learning is a relatively permanent change in response potentiality which occurs as a result of reinforced practice”, belajar merupakan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif tetap sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Ormrod (1995) mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang berbeda. Difinisi pertama menyatakan bahwa, Learning is relatively permanent change in behavior due to experience, belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen karena pengalaman. Sedangkan definisi kedua menyatakan bahwa,Learning is relatively permanent change in mental associations due to experience”, belajar merupakan perubahan mental yang relative permanen karena pengalaman. Sehingga, belajar diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan.

Pengertian- pengertian ini memperlihatkan adanya beberapa karakteristik, bahwa :
a.       Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar.
b.      Perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan tanggapan terhadap suatu rangsangan.
c.       Perubahan itu terjadi secara permanen.
d.      Perubahan tersebut terjadi bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan fisik, melainkan karena usaha sadar.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Dimyati dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan bahwa penentu dari proses belajar adalah siswa. Selain itu Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses pencarian ilmu dalam diri sendiri melalu latihan, pembelajaran, dan yang lainnya sehingga terjadi perubahan dalam diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami, mencari, menelusuri dan memperoleh sendiri apa yang kita inginkan.

Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana seorang individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat, belajar merupakan proses yang terjadi dalam jangka waktu yang lama melalui latihan yang membawa terjadinya perubahan dalam diri sendiri. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan bahwa belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)

Bertitik tolak dari pandangan para ahli tersebut yang berbeda-beda, namun diantara mereka terdapat kesamaan makna dari pengertian belajar yaitu menunjukkan kepada ”suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu utamanya didapat karena kemampuan baru, dan perubahan itu terjadi karena disengaja. 
           
2.         Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008).

Pembelajaran juga bisa diartikan sebagai upaya untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Degeng (1984) pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Sehubungan dengan pelajaran Matematika, Nikson (1992) mengemukakan bahwa pembelajaran Matematika adalah suatu upaya dalam membantu siswa untuk mengkontruksi (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip Matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali. Dengan demikian pembelajaran dapat didefinisikan sebagai upaya proses membangun pemahaman siswa. Pembelajaran disini lebih menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa dalam belajar.

Istilah pembelajaran agaknya berkaitan dengan istilah mengajar dalam pengertian kualitatif menurut Biggs. Biggs (Syah, 1997) membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian, yakni:
a.       Pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transmission of knowledge, yakni mengajar merupakan suatu proses transmisi pengetahuan.
b.      Pengertian institusional, mengajar diartikan sebagai the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien.
c.       Pengertian kualitatif, mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yakni upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa.


Beberapa ciri pembelajaran yang perlu diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
a.       Mengaktifkan motivasi
b.      Memberitahukan tujuan belajar
c.       Merancang kegiatan dan perangkat pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif, terutama secara mental
d.      Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang berpikir siswa (provoking question)
e.       Memberikan bantuan terbatas kepada siswa tanpa memberikan jawaban final
f.       Menghargai hasil kerja siswa dan memberi umpan balik
g.      Menyediakan aktivitas dan kondisi yang memungkinkan terjadinya konstruksi pengetahuan.

3.         Tujuan Belajar

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:
a.       Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
·         Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
·         Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:
-       Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk lain.
-       Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
-       Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan
·         Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan  kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
·         Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:
-       Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
-       Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen dalam suatu struktur.
-       Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur kompleks.
·         Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas:
-       Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan
-       Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas
-       Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak
·         Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.

b.      Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni:
·         Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut.
·         Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimuli.
·         Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
·         Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai.
·         Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.

c.       Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:
·      Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang.
·      Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
·      Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan.
·      Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.
·      Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan efisien.
·      Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
·      Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.



4.         Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mempunyai kedudukan yang sangat penting. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan bagi:
a.       Penentuan isi (materi) bahan ajar.
b.      Penentuan dan pengembangan strategi pembelajaran.
c.       Penentuan dan pengembangan alat evaluasi.

Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah pernyataan umum tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada struktur orientasi, sedangkan tujuan khusus adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada konstruk tertentu.

Tujuan umum pembelajaran dapat dibedakan atas:
a.       Tujuan yang bersifat orientatif, dapat diklasifikasikan pula atas 3 tujuan, yakni:
·         Tujuan orientatif konseptual
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami konsep-konsep penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.
·         Tujuan orientatif prosedural
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa belajar menampilkan prosedur.
·         Tujuan orientatif teoritik
Pada tujuan ini tekanan utama pembelajaran adalah agar siswa memahami hubungan kausal penting yang tercakup dalam suatu bidang studi.

b.      Tujuan pendukung dapat diklasifikasikan menjadi 2 tujuan, yakni:
·         Tujuan pendukung prasyarat, yaitu tujuan pendukung yang menunjukkan apa yang harus diketahui oleh siswa agar dapat mempelajari tugas yang didukungnya.
·         Tujuan pendukung konteks, yaitu tujuan pendukung yang membantu menunjukkan konteks dari suatu tujuan tertentu dengan tujuan yang didukungnya.

Selain tujuan umum dan tujuan khusus di atas, terdapat pula tujuan pembelajaran yang lain yaitu untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.











II.2       Teori Tentang Psikologi Daya

1.      Pengertian Psikologi Daya

Seseorang belajar didasari oleh kesiapan mental yang terdiri dari jumlah daya (kekutan) yang dimana satu lain terpisah, seperti ; daya mengamati, mengingat, menanggapi, menhayal, dan berpikir yang kesemuaannya membutuhkan latihan. Terori ini memandang bahwa belajar pada bahan ajar telah mempunyai nilai dan nilai tersebut terletak pada formalnya, bukan pada materinya. Artinya, apapun materi ajar yang dipelajari seseorang tidaklah penting, melainkan yang penting adalah pengaruhnya dalam membentuk daya-daya tertentu.

Teori ini juga didasarkan pada suatu konsep bahwa manusia merupakan suatu sistem energi yang dinamis meliputi respon terhadpa rangsangan, dorongan, dan proses penalaran untuk memelihara kesimbangan dalam merespon sistem-sistem energi lain, sehingga pembelajran dapat berinteraksi melalui organ rasa.

Merujuk pada teori ini, juga mendasar adanya tingkah laku (behaviorisme) manusia merupakan tanggapan (respon) terhadap (stimulan) yang disebabkan oleh sesuatu yang dilihatnya. Jadi, terjadinya tingah laku disebabkan oleh sesuatu yang lain. dengan demikian munculah dua aliran;
1)      Koneksinoisme atau Asosianisme, yaitu terjadinya tingkah laku manusia karena respon yang disebabkan oleh stimulan lain dimana satu dengan lainya saling berhubungan.

2)      Konotivisme, yakni terjadinya tingkah laku manusia karena manusia karena kemampuan manusia untuk mengetahui dan membuat hubungan antara komponen yang diketahuinya. kemampuan mengetahui (kognitif) inilah menjadi respon seseorang terhadap sitimulan semakin kuat.
Selain itu, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, mengingat, berpikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Tiap daya mempunyai fungsinya sendiri-sendiri. Tiap orang mempunyai/memiliki semua daya-daya itu, hanya berbeda kekuatannya saja. Agar daya-daya itu berkembang (terbentuk), maka daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan daya-daya
Anggapan ini sama halnya dengan daya-daya pada badan. Apabila suatu daya telah dilatih, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi dayad-daya lainnya dan seseorang dapat melakukan transfer of learning terhadap situasi lain.
Untuk itulah maka kurikulum harus menyediakan mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tadi. Tekanannya bukan terletak pada isi materinya, melainkan pada pembentukannya. Pendidikan dengan latihan pemilihan mata pelajaran dilakukan atas dasar pembentukan daya-daya secara efisien dan ekonomis. Kurikulum terorganisir dan diperuntukkan bagi semua anak, dan kurang mementingkan isi, minat anak tidak diperhatikan, yang penting ialah kerja keras. Kebudayaan ditanamkan pada anak untuk mempersiapkannya ke tujuan masyarakat.
Berkat kemajuan dalam psikologi, maka muncullah teori-teori baru yang disebut Phrenologi. Phrenologi adalah kombinasi antara psikologi daya dan fisiologi yang pada prinsipnya menyatakan bahwa otak kita terbagi menjadi beberapa daerah dan tiap daerah mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Tiap fungsi itu terletak pada bagian tertentu pada otak. Dengan demikian terdapat karakteristik mental individual. Tiap fungsi mempunyai pusatnya masing-masing dan mengandung kesatuan fungsional.


2.      Dimensi Psikologi Daya

Konsep psokologi daya mempunyai tiga dimensi yaitu :
1)        Pemenuhan kebutuhan
2)        Kompetensi intra - pribadi
3)        Kompetensi inter - pribadi

Dimensi pemenuhan kebutuhan merujuk pada kekuatan psikis yang diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhannya agar dapat mencapai kualitas kehidupan secara bermakna dan memberikan kebahagiaan. Makin banyak kekuatan psikis dalam dimensi ini, makin besar kemungkinan individu mampu memenuhi kebutuhan hidup sehingga lebih bermakna dan bahagia. Sebaliknya makin sedikit kekuatan psikis dalam dimensi ini, makin besar peluang untuk mengalami frustasi dan ketidak efektifan hidupnya.

Dimensi kedua psikologi daya berkenaan dengan kompetensi intra-pribadi yaitu kekuatan yang diperlukan dalam menghadapi tuntutan yang berasal dari dalam dirinya sendiri.

Dimensi ketiga psikologi daya adalah kompetensi inter-pribadi yaitu kekuatan psikis yang berkenaan dengan hubungan bersama orang lain dan pada gilirannya akan mencapai kebermaknaan hidup dan kebahagiaan hidup.

Ketiga dimensi tersebut saling berinteraksi, dalam arti apabila terjadi perubahan dalam satu dimensi menjadi lebih baik atau jelek, maka akan menyebabkan perubahan dalam dimensi lain. Tugas pendidik adalah memperkuat ketiga dimensi tersbut untuk memperkuat derajat fungsi daya psikis secara keseluruhan. Adapun penjelasan secara rinci mengenai ketiga dimensi psikologi daya terebut adalah sebagai berikut :

1)        Pemenuhan kebutuhan

Makin banyak dicapai kebutuhan psikologis, orang akan makin kuat secara psikologisnya seperti halnya orang yang cukup gizi akan makin kuat fisiknya. Orang yang mendapatkan pemenuhan kebutuhannya, akan menikmati fungsi-fungsi psikologis secara normal,  terbebas dari stress, dan gangguan-gangguan lainnya. Sebaliknya orang yang pemenuhan kebutuhannya dalam derajat tidak memadai, cenderung akan banyak mengalami gangguan psikologis dan berada dalam rentangan fungsi psikologis yang tergolong distress atau abnormal. Orang pergi ke konseling berkaitan erat dengan masalah pemenuhan kebutuhannya. Ada beberapa macam yang terkait dengan konseling, yaitu :
a)      Memberi dan menerima kasih sayang

Untuk mencapai kelangsungan hidup yang memuaskan, manusia memiliki kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dari pihak lain meskipun dalam kenyataannya orang lebih banyak merasakan kebutuhannya untuk menerima kasih sayang. Menerima kasih sayang sangat penting bagi individu karena dapat memberikan suasana kehangatan, rasa diterima dan dapat dicintai. Pada kenyataannya banyak orang merasa terlambat dalam pemenuhan kebutuhan ini karena telah memberikan kasih sayang kepada orang lain, tetapi tidak menerima balasan kasih sayang dari orang lain.

b)      Kebebasan

Pada dasarnya manusia mempunyai keinginan untuk melangsungkan pemilihan secara bebas berdasarkan timbangan dirinya sendiri dan bukan atas dasar  timbangan atau keinginan orang lain. Orang membutuhkan pengalaman dengan derajat kebebasan dalam lingkungan pekerjaan, keluarga, persahabatan, dan kehidupan masyarakat secara luas. Orang yang merasa kurang memperoleh kepuasan kebutuhan akan semakin bergantung kepada orang lain.

c)      Memiliki kesenangan

Kesenangan merupakan kebutuhan paling mendasar dan mempunyai peranan erat terhadap kesehatan psikologis. Pada anak-anak pemenuhan kebutuhan ini menempati prioritas utama dan orang dewasa berpendapat bahwa kesenangan merupakan ciri-ciri anak-anak bukan orang dewasa.

d)     Menerima stimulasi/rangsangan

Pada dasarnya orang membutuhkan sejumlah variasi dan perubahan yang sehat pada dirinya. Mereka membutuhkan pengalaman yang merangsang hubungan dan tantangan baru untuk menjaga kehidupan yang baik. Mereka secara sadar memanfaatkan waktu untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam persahabatan, pekerjaan dan kehidupan lainnya.

e)      Perasaan mencapai prestasi

Orang membutuhkan untuk melihat hasil positif dari usaha-usaha yang telah dilakukannya. Bila orang melihat dampak positif dari apa yang telah ia lakukan, dia akan merasakan kepuasan, dam sebalikny jika tidak berhasil dari usahanya maka akan menimbulkan kekecewaan, dan dapat mengganggu kondisi psikologisnya.

f)       Memiliki harapan

Orang membutuhkan harapan akan kemungkinan yang akan dicapai di kemudian hari, misalnya dalam pendidikan, pekerjaan, kehidupan perkawinan, keluarga dan masyarakat. Bila seseorang merasakan ada harapan-harapan dalam tugasnya, maka dia akan termotivasi dalam mengerjakan sesuatu, tentunya akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan pula.

g)      Memiliki ketenangan

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka membutuhkan untuk berada dalam ketenangan atau kesunyian. Banyak orang senantiasa sibuk dengan berbagai kegiatan sehari-hari dan menganggap bahwa berada dalam ketenangan merupakan kebutuhan dasar manusia.

h)      Memiliki tujuan hidup secara nyata

Banyak orang tidak menyadari akan kebutuhan mereka  tentang tujuan hidup secara nyata. Untuk memperoleh perjalanan hidup yang bermakna dan bahagia, orang harus mengenal dan memahami tujuan hidup dan arahan dalam berperilaku.

2)        Kompetensi intra - pribadi

Kekuatan psikologis dangat ditentukan oleh sebarapa jauh orang mengenal dan berhubungan dengan diri pribadi. Kompetensi intra-pribadi adalah kecakapan yang dipelajari yang dapat membantu orang berhubangan secara baik dengan dirinya. Tujuan kompetensi pribadi adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitaspemenuhan kebutuhan pribadi. Hubungan dengan orang lain mempunyai kebersamaan dan keterkaitan dengan hubungan dengan orang lain. Apabila orang mampu berhubungan dengan dirinya secara efektif, maka akan efektif pula dalam berhubungan dengan orang lain. Sebaliknya kegagalan dalam berhubungan dengan dirinya sendiri akan gagal pula dalam behubungan dengan orang lain. Hubungan intra-pribadi berkenaan dengan tiga kompetensi yang saling berkaitan, yaitu :

a)         Pengetahuan diri

Ketidaktahuan seseorang dalam dirinya sendiri akan menimbulkan berbagai bentuk perilaku yang kurang efektif dan dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan psikologisnya. Orang yang kurang memahami dirinya, disebabkan oleh proses pembelajaran dari pengalaman menyembunyikan bagian dirinya, untuk mencegah dan mengurangi kecemasan.

b)        Pengarahan diri

Pengarahan diri mempunyai makna sebagai daya yang memberi arah bagi seseoarng dalam hidupnya dan tanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dari perilakunya.  Semakin mampu seseorang mengarahkan perilakunya, maka makin mungkin menjalani hidupnya secara efektif terhindar dari situasi yang mengganggu perjalanan hidupnya. Orang yang kurang dalam pengarahan diri akan manifestasinya dalam berbagai kemungkinan seperti kurang percaya diri dan kurang mampu mengendalikan diri.

c)         Harga diri

Harga diri bermakna sebagai suatu pandangan orang secara umum bahwa dirinya bermanfaat, berkemampuan dan berkebajikan. Hal itu berkembang dari bagaimana orang berperilaku dalam cara-cara yang sejalan dengan nilai-nilai yang sehat dan pengalaman-pengalaman yang masuk akal dalam diri mereka. Harga diri hamper seluruhnya bersifat tidak disadari dan memotivasi orang untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan melindungi diri dari tantangan yang tidak diperlukan dan merugikan.

3)        Kompetensi inter - pribadi

Kompetensi inter pribadi merupakan kecakapan yang dipelajari, yang memungkinkan orang berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara saling memenuhi. Kompetensi inter-pribadi melengkapi kompetensi intra-pribadi karena keduanya dibutuhkan untuk pertumbuhan psikologis. Apabila orang dapat berhubungan dengan dirinya dan orang lain secara baik, maka dia akan mengalami pemenuhan kebutuhan secara baik. Sebaliknya kesulitan dalam berhubungan dengan dirinya dan orang lain dapat mengganggu pemenuhan kebutuhannya yang gilirannyadapat menyebabkan gangguan-gangguan psikologis. Kompetensi intra-pribadi bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan dengan dunia luar. Makin banyak jembatan, makin kuat dirinya, maka makin banyk kebutuhan dipenuhi dan makin banyak sumber-sumber psikologis yang akan dimiliki untuk berbagi dengan orang lain.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa kompetensi yang berkaitan dengan kurangnya kompetensu pribadi, yaitu:
a)         Kepekaan terhadap dirinya sendiri

Pada saat orang berhubungan dengan orang lain, orang perlu mengenal dan menyesuaikan diri dengan dirinya seperti halnya dengan orang lain. Agar terciptanya hubungan yang efektif.

b)        Ketegasan diri

Menjadi tegas, berarti orang telah belajar dari hidupnya untuk mendapatkan apakah dia lurus dan tegas serta berkomunikasi dengan cara-cara jujur secara konstruktif. Orang-orang tegas tidak membiarkan orang lain menghalangi jalur pemenuhan kebutuhannya, dan berkomunikasi dengan cara-cara yang sopan dan baik, sehingga orang lain mengerti.

c)         Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain

Nyaman dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain mempunyai makna sebagai suatu kondisi psikologis yang bersifat transparan, yaitu membiarkan diri sendiri dilihat orang lain dalam keadaan tertentu. Orang yang transparan bertindak atas dasar prinsip bahwa bagaimana orang lain memandang tentang dirinya sama dengan dia memandang orang lain.

d)        Menjadi diri yang bebas

Orang yang memiliki rasa kebebasan akan membiarkan orang lain untuk menjadi dirinya sendiri. Ia membiarkan orang lain berada dalam suasana santai dan nyaman dengan dirinya dan memuaskan. Orang yang bebas membiarkan orang menemukan kebutuhannya dalam cara dan tempat yang mereka pilih. Sebaliknya orang yang tidak bebas akan mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain.


e)         Harapan yang realistic terhadap dirinya dan orang lain

Hubungan antar pribadi ditentukan oleh harapan terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Hubungan antar pribadi akan tercipta dengan baik dan menunjang kehidupan psikologis yang sehat jika harapan terhadap diri sendiri dan orang lain dapat terwujud secara realistis.

f)         Perlindungan diri dalam situasi inter-pribadi

Hubungan antar pribadi akan berkembang baik apabila orang merasa terlindung dalam berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki kompetensi ini akan mampu menghadapi kejadian apapun dalam hubungan mereka dengan orang lain. Mereka akan mampu bertindak dengan cara-cara yang tepat sehingga mereka dalam berhubungan dengan orang lain tidak membuat dirinya terancam.
























III  PENUTUP

III.1    Kesimpulan

1.         Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Tujuan belajar adalah untuk memperoleh perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar.

2.         Pembelajaran adalah  membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Tujuan pembelajaran adalah hasil pembelajaran yang diinginkan yang mengacu pada struktur orientasi dan konstruk tertentu.


3.         Psikologi daya adalah struktur belajar yang didasari oleh kesiapan mental yang terdiri dari jumlah daya (kekutan) yang dimana satu lain terpisah, seperti ; daya mengamati, mengingat, menanggapi, menhayal, dan berpikir yang kesemuaannya membutuhkan latihan.

4.         Dimensi-dimensi psikologi daya: Pemenuhan kebutuhan ; Kompetensi intra – pribadi ; Kompetensi inter - pribadi



III.2    Saran


Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran yang terpenting bukanlah mencapai nilai setinggi-tingginya, melainkan sebuah hasil yang berasal dari sebuah proses belajar yang diikuti. Dengan kata lain, sebuah nilai tidak akan berguna bila diperoleh dari sebuah jalan pintas, tetapi nilai sebagai hasil belahar tersebut sangat bermanfaat jika diperoleh dengan cara mengikuti proses belajar dengan baik.

Sebagai calon pendidik sudah sepantasnya kita mengikuti proses pendidikan dengan baik, dan menikmati setiap proses yang ada. Jadi mulai sekarang lebih mulia jika kita menikmati masa pendidikan ini, guna menjadi seorang pendidik yang berkualitas.







III.3    Penutup


Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi “Psikologi Daya dalam Belajar dan Pembelajaran” yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan penyajian makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang aktif memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaannya makalah ini dan penulisan karya tulis di kesempatan – kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

































DAFTAR PUSTAKA


Ratumanan, Tanwey, Gerson, Drs., M.Pd. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya. Unesa University Press.
Sagala, Syaiful, DR.,H.,M.Pd. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta. Alfabeta Bandung.
Udin. S. Winataputra, dkk. (2008).Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.

www.wikipedia.com/teoritentangpsikologidaya/item

Tidak ada komentar: